15. Sincerely, Aldefian

4.5K 421 46
                                    

Dia adalah sederhana. Satu kata yang bisa ditarik simpul begitu melihat wujudnya yang biasa saja.

Kata Alex, senyuman Aldefian itu cukup keren. Sayangnya anak lelaki itu jarang tersenyum. Padahal dirinya cukup terlihat manis. Aldefian terlalu mengabaikan dirinya.

Dia sudah terlanjur lama tersenyum saat kedaan memaksa untuk melakukan hal sebaliknya.

Setelah beberapa tahun berakhir, Aldefian yang dulu dan kini terlihat sangat berbeda. Badan kurusnya kini telah berisi dengan daging yang membuatnya terlihat lebih segar. Tak lupa pula senyuman manis yang kini jadi pelengkap hidupnya.

Ia senang seperti ini. Berubah derastis.

"Mama ulang tahun. Tapi pacarnya Papa belum pulang. Gimana caranya Mama balik rumah?" Cowok itu bolak-balik tak keruan. Dari satu sudut kamarnya ke sudut kamarnya yang lain. Berusaha memecahkan sumber masalahnya kini.

Hingga beberapa detik kemudian Aldefian menghentikan langkahnya. Menjentikkan jari lalu tersenyum kecil. "Mungkin gue harus ke apartemen Mama kali yah?" Aldefian mengangguk-angguk mengerti.

Usulannya kali ini akan ia ikuti.

***

Para siswa-siswi kelas XI MIPA 4 sedang melakukan pemanasan untuk pelajaran olahraga mereka dengan keliling lapangan di hari pertama sekolah, setelah sekian lama diliburkan.

Dengan diapit Hendra dan Geri, Aldefian turut berlari-lari kecil mengitari setiap sudut lapangan. Sesekali mengusap peluh yang bercucuran dari dahinya dengan napas tersengal.

"Gila. Ternyata selama ini keringat gue kecut banget," Hendra tiba-tiba menceletuk. Cowok gempal itu lalu menjulurkan lidah. Lalu membuang ludahnya berkali-kali.

Sudah mengubek-ngubek kotoran cicak, sekarang dia malah mencoba keringatnya sendiri. Hendra memang selalu ingin mencoba sesuatu yang baru.

Hal tersebut membuat Aldefian dan Geri kompak menoleh pada Hendra, menaruh atensi mereka sepenuhnya pada cowok kurang kerjaan itu. "Jorok banget sih lo." Aldefian mendelik, sementara Geri mengerutkan hidung jijik. Tapi Hendra justru ketaw-ketiwi.

Setelah muak dikelilingi oleh orang-orang abnormal--yang satunya bertubuh gempal, yang satunya lagi bertubuh mungil--akhirnya Aldefian memilih untuk mengencangkan larinya agar ia bisa beriringan dengan sang ketua kelas sekaligus tetangga sebelah rumahnya itu.

Dengan senyuman terkembang, Aldefian yang telah sampai di samping Analia sengaja menyelip diantara Analia dan Gita. Awalnya Gita ingin mengomel, tapi ia hanya mampu menyimpan omelannya itu dan mengalah pada Aldefian agar cowok itu mengambil posisinya.

"Hai An. Kaki lo udah gak sakit lagi?" Analia menoleh pada Aldefian yang menatapnya penuh minat. Gadis itu kemudian mengangguk kecil.

Aldefian pun ikut manggut-manggut sambil ber-oh ria. Ada jeda beberapa menit hingga Aldefian kembali bersuara, "panas banget, yah?"

"Kan ada mata hari." Analia menjawab sekenanya. Tinggal satu putaran lagi, lalu pemanasan ini akan berakhir yang kemudian akan dilanjutkan oleh materi olahraga inti.

Sepasang mata Aldefian menyipit dalam saat iseng memalingkan wajah pada matahari yang sebentar lagi bersiap untuk menduduki semesta tepat di atas kepala setiap manusia. Cowok itu kemudian kembali menatap Analia.

Ia kemudian berinisiatif untuk melakukan sebuah hal yang menurutnya romantis pada Analia di tengah hari yang cukup terik ini. Dengan senyuman manis yang setia terpampang di wajah khas asia itu, Aldefian kemudian mengangkat kedua telapak tangannya hingga bayangannya menutupi wajah Analia dari terik matahari yang menyengat.

Oh My NeighbourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang