Lena mengangkat alisnya penuh keheranan. Apa maksudnya?
"G-gausah k-"
"Gaada penolakan" Ucap Andika datar.
Lena mengatup mulutnya rapat-rapat dan setelah Andika membayar semuanya, mereka berdua berjalan keluar dari Supermarket itu.
"Makasih ya kak" Ucap Lena agak menundukkan pandangannya.
"Gausah bilang makasih kali Len, anggap aja itu ucapan terimakasih gue karena lo mau nemenin gue belanja tadi. Kalo gaada lo mungkin gue gaakan se-enjot tadi, walaupun gue emang udah sering belanja sih, tapi yaa pokoknya gitu deh" Jelasnya panjang.
Lena tersenyum dan mengangguk pelan. Menandakan bahwa ia mengerti tentang ucapan pria yang berada disampingnya.
"Aku duluan ya kak. Assalamualaikum" Pamitnya.
"Lo gamau bareng gue? Udah jam setengah sepuluh, gue gatega kalo cewek kaya lo jalan sendirian. Apalagi daerah ini sepi, walau banyak kendaraan yang berlalu lalang tapi perumahan lo pasti sepi kan?"
"Gausah kak, aku gamau ngerepotin kaka terus ju-"
"Gaada penolakan! Ini buat kebaikan lo, Jadi lo harus nurut!" Andika berjalan mendahului Lena yang masih terdiam menuju ke tempat mobilnya diparkirkan.
"Semoga Abi gak marah ngeliat aku dianterin pulang sama kak Dika" gunamnya pelan.
Tin...Tin...Tin....
Lena mendangakkan pandangannya dan melihat siapa yang berada didalam mobil itu. "Ayo masuk, udah malem"
Lena hanya mengangguk kemudian menuruti perintah dari seorang pria dihadapannya.
Hening...
Tidak ada percakapan diantara mereka, hanya lagu yang mereka dengar dari dalam mobil itu. Mereka hanyut kedalam fikirannya masing-masing.
Lena sibuk memikirkan reaksi Abi atau Uminya jika tau bahwa ia diantar oleh Pria karena jujur saja, Umi dan Abinya bisa dikatakan over protective kepadanya. Kenapa? Mereka hanya ingin melindungi anak perempuan satu-satunya yang mereka miliki. Sedangkan Andika? Ia sibuk menetralisir degupan jantungnya. Sesekali ia mencuri pandang kearah gadis yang sedang duduk disampingnya, dan ia bisa melihat ada keresahan yang berada dibalik wajah cantik gadis itu.
"Rumah lo dimana?" Tanya Andika.
"E-ehh? Kenapa kak?" Tanya Lena meminta pria disampingnya untuk mengulang pertanyaannya. Jujur saat ini fikirannya sedang berlarian diluar sana, bukan disini.
"Alamat rumah lo dimana Lena" Lagi.
"Mmm, di Perumahan Anggrek Nomor 12 pintu barat kak."
"Okey" Andika melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata menuju perumahan yang dimaksud oleh Lena tadi.
Tak tahan dengan ke-kepoannya, Andika membuka suara. "Lo kenapa? Kok gelisah gitu Len? Ada masalah?" Tanya Andika hati-hati.
Lena menggeleng sambil tersenyum, senyumnya bukan senyum yang tadi ia kembangkan, tapi senyum ini... seperti senyum kegelisahan.
"Lo gak pandai buat bohong didepan gue"
Lena sedikit shok dengan ucapan Andika. bukan, lebih tepat pernyataan yang benar adanya.
"Gapapa ko kak, aku cuman ngantuk aja hehehe" Elaknya.
Walau tidak percaya dengan alasan yang dibuat oleh Lena, Andika tetap mencoba untuk mempercayainya.
"Udah nyampe." Ucapnya ketika sudah berhenti dirumah yang bisa terbilang Mewah. Ya, bahkan sangat mewah sih menurutnya.
Lena membuka pintu mobil Andika dan keluar dengan barang-barang bawaannya. "Kaka mau mampir dulu?" Tanyanya sopan.
YOU ARE READING
C I N (T) A (COMPLETE)
Teen Fiction"Kenapa sih lo gak pindah aja ke agama gue Lun?" Tanya Andreas serius. "Kalo, gue pindah agama ke agama lo, yakin lo masih mau nerima gue?" Balas Luna dengan senyum manisnya yang tidak terkesan dibuat-buat. "Maksud lo?" Andreas menaikkan alis matany...
^Seindah Bintang^
Start from the beginning
