Chapter 44

27K 1.1K 20
                                    

"Aku akan terus menunjukan senyumku, walau aku sebenarnya benar benar tidak baik baik saja" - Ansefa.

***

Ansefa Side

Satu minggu sudah hubunganku dengan Ceo itu kembali pulih. Walau seperti itu, tetap saja ia kuanggap hanya sebagai teman saja, tidak lebih.

Aku mengehela nafas, sekarang aku berada di loker kampusku untuk mengambil ponselku. Aku membuka layar ponselku yang mati, tetapi saat layar ponselku nyala aku melihat ada sebuah pesan masuk yang kuterima.

Aku membuka pesan tersebut dan membacanya, ternyata ia adalah Sylvester. Aku tersenyum, dia menyapaku.

Ia memang baik.

Aku membuka pesanku yang lain, tetapi aku mengerutkan keningku bingung.

Kenapa Ceo itu menyapaku? Melalui pesan?

Aku tak berniat membalasnya, tetapi saat aku hendak mematikan layar ponselku Ceo itu menelfonku.

Ah!

Aku menghela nafas kasar dan mengangkat telfon tersebut. Aku tak berniat membuka konversasi apapun.

Tetapi, hening.

Aku mengehela nafas pasrah, anak itu memang sulit ku prediksi.

"Apa?" tanyaku datar, aku mendengar ia terkekeh tertahan. Kenapa pria ini senang sekali mempermainkanku?!

"Hari ini makan ya?" tawarnya yang membuatku memutar bola mataku jengah.

Makan.

"Aku sedang diet, kalau aku gemuk gimana? Aku pasti jelek" kataku sedih, aku mendengar ia tertawa. Menyebalkan.

"Memang kenapa kalau kau gemuk? Toh kau juga akan terlihat imut. Kaya bola" katanya yang membuatku semakin menghela nafas kasar.

Bola katanya?

"Kau mengatakan itu agar aku mau menerima tawaranmu. Aku tetap tak mau, maaf" kataku dan hendak mematikan telponku.

"Ah? Lihat saja, kau harus menerina tawaranku" kata Ceo itu dengan kesal aku mematikan ponselku.

Aku mau diet, dan dia tidak boleh mengacaukan dietku. Ini sudah kukontrol dari jauh jauh hari.

Aku menghela nafas dan melewati koridor dan melangkah memasuki kelasku.

Aku sebenarnya sedikit kacau, tetapi aku tak mau karena kekacauan perasaanku aku menjadi lengah.

Aku harus kuat.

Pertama kali orang yang kulihat adalah Sylvester, jujur saja aku sepertinya memiliki sedikit perasaan tapi..

Ini seperti pelampiasanku.

Aku tak mau melampiasi perasaanku kepada Sylvester, ini tak lucu.

"Syl?" panggilku, ia yang tengah berdiri memainkan ponselnya sontak menatap kearahku. Ia tersenyum kearahku dengan manis yang membuatku semakin merasa bersalah.

Aku menyukai Sylvester, tetapi aku tak mencintai Sylvester.

Sepertinya dia adalah pelampiasan perasaanku.

"Kau sepertinya tidak baik baik saja" kata Sylvester melangkah menghampiriku membuat diriku gugup.

Syl, aku tak mau rasa pelampiasanku semakin besar.

"Aku.. Aku harus pergi" kataku menaruh tasku cepat dan melangkah pergi.

Aku harap ini bukanlah awal masalah yang buruk, jika seandainya aku mencintai Sylvester pun bukan salahku, berati janjiku kepada Ceo itu sudah kupenuhi.

That's My Old ManWhere stories live. Discover now