Chapter 39 : Tak Terduga

24.6K 1.3K 11
                                    

"Dan akhirnya.. Kita melakukan hal yang sama" - someones

***

Seorang pria telah selesai melakukan rapatnya, kini terduduk disebuah taman dengan tatapan kosong.

Pria itu terdiam, wajahnya terlihat sedih sekarang. Entah karena apa, tetapi wajah itu menunjukan kesedihan.

Hampa, hancur dan tidak memiliki alasan. Pria itu menghela nafas sedih.

Ia menghela nafas dan menatap arlojinya sebentar, ia harus melakukan tugas proyeksi bukan?

Ia mungkin menggunakan pakaian formal nantinya, karena ia akan melakukan suatu kerja sama terhadap sebuah yayasan.

Ini penting.

Christopherpun melangkah pergi menuju yayasan tersebut. Ia harap hari ini akan menjadi hari yang baik.

~~~~~~~~~~❤~~~~~~~~

Ansefa Side

Aku melangkahkan kakiku mencari bola basket. Aku bingung, kenapa anak basket selalu menaruh kekasihnya yang bulet itu sembarangan. sekarang aku ada latihan, dan itu sulit kucari.

Aku menghela nafas, apa yang kini harus kulakukan?

"Sylvester, dilapangan indoor ini tak ada. Aku sudah mencari dilapangan outdoor tetapi tidak kunjung menemukannya juga" keluhku kesal, Sylvester hanya berdecak kesal.

"Mereka selalu membuat kesalahan yang sama. Aku juga sudah mencarinya di segala penjuru gudang peralatan olahraga." kata Sylvester yang membuat kami menghela nafas menyerah.

Aku tak tahu harus melakukan apa.

"Apakah kita akan mencari bola basket baru?" tanyaku, Sylvester sontak menatapku terkejut. Apa?

"Kau gila? Mau beli dimana? Aku tak mau rugi untuk membeli bola baru" gerutu Sylvester yang membuatku berdecak kesal dan menggelengkan kepalaku.

Pria ini tidak mau rugi.

"Aku akan mencari diluar" ucapku kesal yang membuat Sylvester mengangguk. Sylvester sendiri juga sibuk melihat seluruh lapangan Indoor, ia juga sedikit kesal rupanya.

"Nanti aku akan menghampirimu, Ansefa" kata Sylvester yang membuatku mengacungkan jari jempolku tinggi. Aku malas berbicara.

Akupun melangkah keluar lapangan dan melewati koridor kampusku. Disetiap Koridor aku meneliti siapa tau bola itu ada. Sayangnya, aku tak menemukannya.

Aku menghela nafas, bodohnya diriku. Mana ada orang bermain bola basket dikoridor.

Aku melangkah dengan wajah bingung, dimana aku harus mencari.

'Tek'

Langkahku terhenti, wajahku kembali terkejut. Aku terkejut sungguh, demi apapun aku terkejut. Apa ini?

Aku.. Ini..

Degub jantungku berdetak tak normal, dan aku rasanya ingin lari sekarang. Lari dari sini. Aku memasang wajah tak peduliku, harus. Tapi tubuhku seperti lumpuh, dan sangat kaku. Bahkan sangat tegang.

Tapi aku melihat dia sedikit terkejut, dan wajahnya.. Wajahnya berantakan sekarang. Ia sepertinya sedang kacau.

Tapi bagaimana bisa?!

Dia..

Kami menatap satu sama lain, kenapa ia bisa disini? Bahkan saking terkejutnya aku tidak bisa mengatakan apapun.

Ini memalukan.

Tetapi ia sungguh kacau, sangat kacau. Ia melihatku, ia terkejut. Dadaku kenapa?! Kenapa seperti ada nyeri yang menyenangkan?

Apa ini?!

"Ansefa!!" panggil seseorang dari belakangku, aku masih terdiam menatapnya.

Aku merasa Sylvester kini berada disampingku, mataku masih menatap lurus kearahnya dan ia melirik kearah Sylvester sekarang.

Oke, lupakan!

"Kau harus mencari bola basket bersamaku, kan?" kata Sylvester yang membuatku mengangguk. Aku semakin terkejut, Sylvester kini memegang kedua bahuku. Aku memilih menunduk dan Sylvester menuntunku untuk melewati sosok itu.

Tubuhku tegang saat melintasi orang itu, ada rasanya aku ingin menghentikan langkahku saat itu, saat tepat disampingku.

Tapi..

Aku sudah sangat sakit hati pada pria itu..

Kenapa aku bisa bertemu dengan Christopher?

***

Aku dan Sylvester kini berada di sebuah kantin kampus. Disini tidak terlalu banyak orang, jadi tidak terlalu ramai dan berisik.

Aku terdiam, menatap sosok itu. Aku tak menyangka jika aku bertemu Christopher saat ini juga. Kenapa?

"Sepertinya kau mengenal tn. Archila?" kata Sylvester yang sontak membuatku menatapnya. Namanya..

Aku terdiam, apa yang harus kujelasi?

"dia pernah mendekatiku" kataku, ia terkejut dan mengangguk seperti mengerti.

"Lalu? Kenapa kau tadi diam dan tidak saling menyapa?" tanyanya, aku hanya menghela nafas. Sungguh, mungkin karena terkejut dadaku masih berdetak dengan kencang.

Ini sungguh tidak lucu.

"Aku memiliki hubungan yang buruk dengannua" kataku datar, lagi lagi ia mengangguk. Untung ada Syl, atau tidak mungkin..

"Apa kau menyukainya?" kata Sylvester yang membuatku berdecak kesal. Menyukai dari mana?

"Aku terkejut tadi.. Aku malah tadi mau lari. Menyukai dari sisi mana? Aku tadi bereaksi seperti itu karena aku terkejut" jelasku kesal, sedangkan Sylvester hanya terkekeh kecil.

"Tapi kau tau tidak, kenapa ia berkunjung ke kampus kita?" tanyaku, Sylvester mengangguk. Ayo! Aku penasaran!

"Tugas proyeksi. Untuk pembangunan negeri ini, beberapa perusahaan sukses harus menjalin kerjasama dengan beberapa yayasan. Membantu infrastruktur setiap kampus, sekolah, rumah sakit, apapun itu. Intinya bertujuan untuk membangun negeri ini" jelas Sylvester yang membuatku mengerutkan keningku.

Tak masuk akal itu!

"Ia sedikit berantakan tadi" kata Syl yang membuatku sontak menatapnya.

Aku juga tahu jika ia berantakan, bahkan tadi aku sangat terkejut bukan main.

Harusnya ia bahagia dengan gadis itu, bukan seperti ini.

Ini aneh.

Adalah masalah sepertinya.

Tapi sebentar..

Itu berati..

"apakah perusahaan Archila akan membuat kerjasama dengan yayasan kampus kita?" tanyaku bergetar, tanganku mengepal. Kuharap tidak, atau hanya sekedar kunjungan.

Berikan aku jawaban yang memuaskan, Syl!

"Sayangnya, Iya"

Haiiiii 😹😹😹 author back loh 😂 gimana, memuaskan? Hiks, kasian Ansefa 😂😂

Author sih rencananya mau update 2/3 part sih.. Soalnya di lembar kerja Author udah author buat hehehehe

But, i hope you'll enjoy

That's My Old ManWhere stories live. Discover now