Chapter 25 : Berpisah

26.3K 1.4K 32
                                    

"Jika seandainya kau bukan milikku, jika pada akhirnya kau bukan milikku, lalu apa gunanya pertemuan kita? Sebuah kasih sementara, sebuah sakit hati yang dirasakan yang berujung pada perpisahan, apakah ini bagian dari takdir? Jika ya, kenapa takdir mengkehendaki demikian?"

-Ansefa

*********💔**********

Ansefa Side

Aku sudah menyelesaikan ulanganku, kini aku bebas. Aku bisa melakukan apapun, dan mengerjakan apapun sesuka hatiku.

Bulan sudah menerangi jalanku, bintang bintang dilangit sudah menampakan diri mereka sebagai segerombolan yang indah.

Walaupun sudah pukul 7 malam, taman ini tetap ramai. Aku tersenyum, walaupun aku berjalan sendiri aku tak dijajah oleh perasaan sedihku.

Aku senang oleh rasa kesendirianku, aku bebas atas rasa sakit hatiku. Dimalam ini, aku tak akan memutar memori percintaanku. Aku akan menghadapi tantangan masa depan, dan aku akan menemukan kisah cinta yang lebih baik lagi.

Aku berjalan, mengelilingi taman ini diterangi oleh lampu taman yang cukup terang. Walau disini dingin, tetapi aku merasa tenang.

Langkahku terhenti, pandanganku kini terfokus pada suatu hal yang familiar untukku. Aku menyipitkan mataku, apakah aku salah lihat?

Aku berjalan mengendap endap, dan mempertajam penglihatanku. Aku harap, aku salah lihat. Kuharap itu bukan orang yang kumaksud.

Tetapi aku salah, dugaanku benar.

Aku melihat dua orang duduk, mereka tengah sedang berbagi perasaan mereka. Tertawa dan pria itu merangkul tubuh wanita itu.

Itu adalah Ceo itu dan wanita yang pernah menciumnya. aku terdiam, dadaku kembali terhunus oleh panah. Tubuhku lemas, rasanya aku mau lari tapi tak bisa.

Dia bilang bukannya ada urusan dengan perusahaannya, apakah ia membohongiku?

Mataku memanas, aku ingin sekali berlari tetapi aku tak bisa.

"Ansefa?" panggil seseorang yang membuatku menatap kearahnya. Ah tidak!

Tanpa berkata apapun aku berlari, entah kemana. Aku tak tahu ia mengejarku atau tidak, jantungku berdetak dengan kencang seiring langkahku. Aku harap aku terbebas darinya.

Sebuah taksi melintas didepanku, tanpa berkata apapun aku memasuki taksi itu.

Kenapa aku lagi lagi bertemunya? Apakah ini takdir? Jika ya, maka takdir sangat kejam! Sangat, sangat jahat pada diriku.

***

Aku duduk terdiam dalam kamarku yang gelap, aku terduduk sendiri.

Aku tidak sakit, tidak. Tanpa dia aku juga bisa melangkah sendiri. Aku tidak membutuhkan dirinya.

Aku mengepalkan tanganku kuat, perasaanku seperti lemah. Aku kesal, marah, takut, tapi sisi lain aku merasa senang. Aku mendapat kepastian ternyata kalau dia tidak mencintaiku.

Tapi aku takut..

Apakah aku ditakdirkan untuknya? Aku tak tahu kenapa aku berpikir semacam itu.

Aku menatap kearah depanku, aku melihat bayangan ia tersenyum kearahku.

Ia pernah bertanya padaku, apa yang aku lakukan saat ia meninggalkanku.

Aku hanya menjawab...

Menangis.

Tanpa kusadari aku menangis. Aku benci pada diriku yang bodoh.

Aku bangkit dan melangkah dekat jendela, dan duduk diatas meja dan menatap kearah jendela itu.

Aku memang tadi berlari, tetapi aku yakin ia tidak mengejarku.

Aku yakin, mungkin dia bukanlah yang terbaik.

Aku terkejut saat melihat Ceo itu didepan rumahku, dan ia menatap kearahku dengan senyumnya. aku menghapus air mataku, apakah ia bermaksud memberikanku penjelasan?

Aku mengacungkan jari jempolku, dan melangkah menghampirinya.

Apa yang akan ia lakukan? Aku harus terlihat baik baik saja tanpanya.

Aku melangkah menghampirinya, tanpa senyum. Ia tersenyum kearahku, aku tak peduli.

"Bagaimana kabarmu?"

"Baik" ucapku spontan, dan tersenyum kecil. Ia bertindak seolah keadaanya baik baik saja. Melihat dirinya membuatku sakit.

"Ada yang ingin kusampaikan padamu, tapi aku harap kau mau menerimanya" ucap pria itu, aku mengangguk. Jantungku berdetak tidak normal, dan kini aku takut. Entah apa yang membuatku takut, aku juga tak mengerti.

"Kita akhiri hubungan kita"

Jantungku mencelos, jiwaku sudah pergi entah kemana. Aku terdiam, dia pergi?

Aku tersenyum kearahnya, dia menatapku khawatir. Tidak, aku kuat kan?

"Terserah kau saja, itu hakmu." ucapku, ia tersenyum lega.

"Aku menemukan cinta lamaku, Ansefa. Maafkan aku.. Tapi, aku sudah merasa nyaman dengannya" ucapnya, aku tersenyum. Sungguh, aku lemas sekarang. Aku ingin berlari.

"Tak apa, itu hak mu. Aku.. Dan kau akan berpisah, dan aku akan mengembalikan semua yang kau berikan. Dan masalah kuliah itu.. Aku cabut saja pembiayaan itu." ucapku, ia tersenyum dan menggeleng.

"Aku seperti ini tidak meminta apapun darimu, Ansefa"

"Tapi aku tidak akan berkuliah disana" ucapku serius, ia terdiam. Aku melihat kearah bulan sebentar dan tersenyum kearahnya.

"Aku harus tidur, maafkan aku aku tak bisa menemanimu. Sampai jumpa" ucapku dan melangkah pergi. saat aku membelakangi dirinya, senyumku hilang. Tubuhku gemetar, dan aku ingin berlari di kamarku.

Ia jahat!!

See? Dia meninggalkanku! Aku hanya pelampiasan baginya!

Sesampainya dikamar, aku mengunci pintu kamarku. Aku berlari menuju kasurku dan tidur.

Aku terdiam, aku ingin menangis tetapi aku tak bisa. Tubuhku lemas, aku tak ada nafsu melakukan apapun.

Diam dan tidak melakukan apapun.

Aku harus melupakannya.

Kami sudah berpisah.

Ini yang terbaik..

Ya, layaknya aku dan Patrick.


Hello 😂😂😂 maafkan Author baru update 😂😂😂 Author lagi ada trouble sama 💔 author 😖😖

But, I hope you'll enjoy 😄😄😄

That's My Old ManWhere stories live. Discover now