Chapter 40

25.7K 1.2K 49
                                    

Christopher Side

Aku duduk terdiam mendengar penjelasan ketua yayasan yang menjelaskan segala yang dimiliki kampus itu, baik secara kelebihan maupun kekurangan. Aku sebenarnya tak fokus kearah penjelasan melainkan seseorang yang kutemui tadi.

Itu Ansefa.

Ia berubah padahal aku hanya meninggalkannya satu tahun. Ia terlihat lebih dewasa dan menawan. Aku cukup terpesona.

Yang membuatku bingung adalah, kenapa ia menolak pembayaranku di Covard? Padahal universitas ini tidak ada apa apa dengan Covard.

"Jadi, bagaimana pak? Apakah anda mau menerima kerjasama ini?" tanya seseorang yang membuatku tersadar. Ah, aku harap ia tidak menyadari jika aku termenung.

"Aku terima" kataku, mereka tersenyum.

"Kami sangat berterima kasih kepada anda. Karena anda kampus kami terbantu" kata Salah satu ketua yayasan yang membuatku tersenyum.

Aku sebenarnya mau menjalin kerja sama dengan Covard, tetapi entah kenapa aku menerima tawaran ini.

Aku harap karena ini aku bisa membantu Ansefa, tidak lebih.

Aku melangkah keluar dari ruang rapat dan hendak kembali kerumahku. Tetapi saat aku berada di koridor, aku melihat seorang pria yang tadi bersama Ansefa kini tengah terduduk sendiri dan menatap layar ponselnya.

Aku akui, pria itu memiliki penampilan yang baik. Kharisma anak mudanya sangat terlihat.

Ah, aku memikirkan apa. Memang Ansefa harus bersama dirinya.

Tetapi..

Kenapa sepertinya aku cemburu?

***

Aku melangkahkan kakiku masuk kedalam rumahku. Aku membersihkan diriku dan berbaring diatas kasurku.

Ini benar benar melelahkan.

Aku harus menjalin kerjasama yang rumit. Aku terdiam, melihat Ansefa tadi.

Aku masih terpesona dengannya.

Bagaimana bisa anak seperti itu membuatku menunduk nyerah?

Tetapi aku menyadari satu hal.

Apakah Ansefa juga menyebutku sebagai mesin uangnya?

Tapi jika ya, kenapa sebelum perpisahan saat kami memesan beberapa makanan, ia yang membayarnya?

Kenapa ia juga menolak pembayaranku di Covard?

Ia juga tak segan segan mengomeliku atau memarahiku jika aku salah, berbanding dengan Thessa yang merayuku dan membiarkan kesalahanku begitu saja.

Aku terbangun, sepertinya ini semua aneh. Ada perbandingan yang tajam antara Ansefa dengan Thessa.

Aku terdiam, Ada apa dengan gadis itu?

Apakah ia..

Aku terdiam, dan aku menyadari satu hal..

Apakah ia adalah wanita yang kuperlukan dan yang kucari selama ini?

Aku masih ragu.

Tapi apakah itu benar?

Jika ya, bagaimana caraku mendekati gadis itu kembali?

Aku harus memutar otak untuk hal ini..

~~~~~~~~~~~~~❤~~~~~~~~~~~~

Ansefa Side

Aku menatap kearah laptopku, sekarang aku ingin menuntaskan pekerjaan presentasiku.

Aku terdiam dan menatap kearah bulan dijendelaku. aku tersenyum.

Aku tak tahu, jika ia datang. Ada rasa senang dalam hatiku, tetapi mungkin karena rasa rinduku saja. Aku menghela nafas dan kembali menatap kearah laptopku.

Ini aneh.

Ia kacau..

Aku bingung, kenapa ia sepertinya sedang suram. Tidak, memang dia suram.

Setauku ia sangat bahagia sebelum pergi.

Ah, mungkin mereka memiliki masalah. Aku tak mengerti masalah dimana, tetapi aku kurang mau perduli.

Itu masalah dia, bukan masalahku.

Aku mengetik tugas presentasiku lagi, tetapi aku kembali terdiam merenung.

Ia akan bekerjasama dengan yayasan kampusku, akankah itu berati aku akan sering bertemu dengannya?

Kenapa bisa secara kebetulan ia menjalin kerjasama semacam ini?

Aku pikir, jika ia menjalin kerja sama dengan yayasan pasti ia akan memilih Covard.

Ah, memikirkan itu membuatku pusing.

Aku memutar bola mataku jengah dan menghentikan tugasku, kehadiran Ceo itu sangat menggangu pikiranku. Tak harusnya aku seperti ini.

Aku menatap kearah ponselku sebentar dan tersenyum kecil.

Itu Sylvester.

'From : Sylplester

Anse, besok kau mau berlatih basket besok bersama teman kita? Saat kelas olahraga aku akan berlatih basket, apa kau mau ikut?'

Aku tersenyum membaca pesan Syl, ini menggelikan.

Aku mengetik pesan untuk membalas pesannya, tentu jawabanku ya. Sangat senang jika aku bisa berlatih dengan teman sekelas.

Aku merasa aneh dengan Syl, ia adalah orang yang dingin dan cukup ketus. Tetapi entan kenapa, dari mana asalnya ia bisa menyukai gadis sepertiku.

Aku galak, menyebalkan. Harusnya dia benci padaku. Tapi nyatanya tidak.

Ia menyukaiku.

Apakah aku menyukai dirinya?

Entah, aku masih belum pasti dengan itu.

Haiiii author back 👻👻 like a ghost :v oke guys, this's indeed lil freak but..

I hope you'll enjoy 😘😘

That's My Old ManWhere stories live. Discover now