Chapter 5 : Ancaman?

55.7K 2.9K 7
                                    

Ansefa Side

Besok adalah hari kelulusanku. Aku dan teman temanku akan berpisah, dan aku akan memulai hidupku di kampus lain? Mungkin. Walaupun tujuanku adalah Covard, melihat ia mengajukan persyaratan diluar akal membuatku sempat gila. Bagaimana bisa ia melakukan demikian?

Aku tersenyum, umurku kini sudah 17 tahun. Aku akan memulai kehidupanku yang baru , yang akan membuatku merasa nyaman. Ini menyenangkan.

Aku dan Patrick. Itu mauku.

Apakah aku bisa memulai sebuah hubungan yang jauh lebih dari serius dengannya?

Aku membayangkan, jika aku akan memulai hidup baru dengannya, aku akan melakukan semua yang harus aku lakukan bersamanya. Aku akan menghambiskan waktu bersamanya, dan bahagia bersamanya.

Hanya dia.

Aku menatap kearah rembulan, dan membisikan beberapa harapan untukku. Apakah aku akan selalu bersamanya?

'Drrtt'

eh? Aku menatap kearah ponselku, dan benar ada sebuah panggilan masuk. aku menatal kearah nomor yang menelfonku, tetapi itu ternyata nomor asing. Astaga, siapa dia?

"Hallo?" tanyaku.

"Kau? Masih ingatkah kau dengan diriku?" tanya seseorang dari seberang sana, aku hanya mengerutkan keningku. Sepertinya suara ini familiar.

Aku mencoba untuk mengingat ngingat suara ini. Jika patrick, ini tak mungkin. Satpam sekolahpun tidak mungkin memiliki suara seberat ini.

Ini suara seorang pemimpin. Mantab dan berkharisma.

Ini suara Ceo itu.

Tunggu,

SUARA CEO ITU?!

"Kau?!!!" tanyaku tak percaya. Apa maksud dari pria ini menelfonku malam malam? Apa ia sungguh tidak waras?

"Kau mengingatku? Ah itu adalah hal yang bagus" aku menggeram mendengar kata katanya. Bagus? Justru aku berusaha menghindar darinya! Betapa bodohnya ia!

"Kenapa kau muncul lagi?!" tanyaku kesal, dan sesekali menggerutu.

"Karena aku merindukanmu" jawabnya singkat yang membuat bulu kudukku merinding. Merindukanku? Orang sepertiku dirindukan olehnya? Dia gila?

Mungkin, saraf di otaknya perlahan lahan putus.

"Maaf, ada urusan apa sampai sampai seorang CEO dari Archila.inc malam malam menelfonku?" tanyaku berusaha sopan. Siapa tahu aja otaknya kembali lurus dan tidak belok.

"Sudah kukatakan, aku merindukanmu" jawabnya kini penuh ketegasan, aku hanya menghela nafas. Lelah rasanya aku mengurus orang ini.

"Bisakah kau pergi? Aku dan Patrick-"

"Teman pria mu itu sudah kuurusi" ucapnya, aku terdiam. Di urusi? Aku terdiam, tubuhku menegang. Apa yang dia lakukan pada Patrick?!

"Jangan!! Dimana dia sekarang?!"

"Ansefa!!" pekik seseorang dari jauh yang masih dapat ku dengar. Tidak, ini adalah sebuah kebodohan! Ia seorang Ceo, dia bisa melakukan apa saja! Aku menggeleng, aku bangkit dari tempat istirahatku dan menatap kearah lurus. Tidak..

"Lepaskan dia!! Jangan sakiti dia!!!" pekikku histeris, tetapi aku malah mendengar suara Ceo itu tertawa. Tidak, Patrick! Aku akan melakukan segala cara agar aku dapat menyelematkan pria itu!

"Katakan , apa maumu! Lepaskan dia!!" teriakku kesal, ia tertawa dan aku mendengar suara pukulan. Tidak, sungguh pilu rasanya.

"Kau yakin akan melakukan ini?" tanyanya, nafasku mulai memburu. Disinilah pemikiranku yang kritis diuji.

Baiklah.

"Ya, katakan apa itu!!"

"Menikahlah denganku"

###

Aku terdiam, di bawah cahaya rembulan. Terduduk sedih disebuah balkon, dan membisikan kesedihanku seorang diri.

Akankah seluruh dunia mengecamku nanti? Aku mencintai Patrick, tetapi ada saja orang yang menentang hal itu.

Siapa nama ceo itupun aku tak tahu. Tapi, kenapa dia bertindak semena mena?

Aku paham, jika mungkin dia tergila gila padaku. Tapi, ada batas wajar untuk hal itu.

Bahkan demi Patrick, aku berani melakukan sebuah pengorbanan.

Aku akan menikahi pria itu.

Aku yakin, Patrick tak setuju, dan aku tak mau. Tetapi sepertinya takdir tengah menguji cinta kita. Apakah akan ada sebuah keajaiban untuk hubungan kita?

Atau mungkin ini adalah sebuah pengorbanan yang indah?

Entahlah.

****

Author Side

Seorang pria tertawa keras, ia tersenyum dan menatap seorang pria didepannya dengan fisik yang cukup menyayat hati.

"Dia menyetujui persyaratanku, Patrick.. Apakah kau setuju?" tanya pria arogant itu kepada Patrick yang duduk terikat dengan tubuh dipenuhi luka. Patrick hanya berdecih, sedangkan ceo itu tertawa.

"Dia terpaksa" kata Patrick singkat yang membuat tawa ceo itu membesar. Patrick menatap kearah ceo itu sinis, tetapi Ceo itu tampak tidak memperdulikannya.

"Ada banyak hal yang memang harus dilakukan untuk mendapatkan seseorang yang kau cintai, bahkan tidak terkecuali mengikatnya secara paksa" ucap ceo itu membuat tangan patrick mengepal kesal. Jika ia semakin melawan, maka ceo itu bisa saja bertindak jauh lebih anarkis dari biasanya. Ia tak mau Ansefa terluka, jadi mau tak mau ia memilih diam untuk keselamatan Ansefa sendiri.

"Aku akan pergi menemui calon istriku,jadi, nikmati hidupmu selagi ada" ucap Ceo itu meninggalkan Patrick.

That's My Old ManWhere stories live. Discover now