24. Take My Hand

Zacznij od początku
                                    

"Jadi, selama ini Kak Hirella bohong mengenai status Zayn?"

"Hirella hanya menjadi korban taruhan Jemmy dan teman-temannya. Aku kasihan sama Hirella, tapi aku juga mencintainya sejak kami satu almamater. Aku menikahinya bukan karena aku kasihan, tapi aku benar-benar mencintainya. Aku tidak peduli dia seperti apa, aku mencintai Hirella, Aldan. Aku mencintainya dan mencintai anak-anak kami."

***

Begitu Mobil Ardian berhenti di depan rumah Aldan, Hirella langsung berlari sekuat tenaga untuk menghampiri suaminya. Dia tidak tahu apa yang telah terjadi, tapi dia berharap mendapatkan kabar baik dari suaminya.

Sebab jika Hirella tidak mendapatkannya, dia pasti akan bunuh diri saat ini juga. Dia tidak bisa kehilangan anak-anaknya, baginya anak-anak nya adalah darah dan nafasnya, sekarang atau sampai kapanpun.

"Mass??" Hirella mengetuk kaca mobil Ardian tidak sabar, "Buka Mas, mana Zayn...dimana anak aku Mas?"

Sudah seperti orang gila saja tingkah Hirella tidak bisa menemui, melihat, dan memeluk putra sulungnya.

Ardian pun membuka pintu mobilnya dengan hati-hati sebab Zayn tertidur di dalam gendongannya. Dia tidak ingin putranya terbangun hanya karena dia terburu-buru ingin memberikan Zayn kepada Hirella.

"Zaaaayyyyyn...." teriak Hirella meluapkan rasa frustasinya.

Hirella menutup mulutnya sendiri dengan kedua telapak tangannya. Dia tidak percaya jika keajaiban Tuhan itu ada, dan terbukti sekarang Zayn telah kembali. Zayn ada di dalam kuasa suaminya.

"Mana Mas, sini...anak aku, anak aku..." kedua lengan Hirella terulur ke depan ingin cepat-cepat mendekap Zayn kecil.

"Pelan-pelan Hirella, awas...hati-hati, dia akan terbangun." peringat Ardian sembari memberikan Zayn kepada Hirella.

Tapi rupanya peringatan Ardian tidak digubris sama sekali oleh Hirella. Begitu rindunya dia sampai dia memeluk Zayn dengan erat, menangis hingga sesenggukkan nya pecah begitu saja.

Sontak dengan apa yang dilakukan oleh Hirella, Zayn mulai sadar dan terbangun kembali. Dia memutar kepalanya ke kanan ke kiri seperti orang kebingungan, sebab tidak mendapati diri Jemmy di dekatnya.

"Paaaapaaaaa....Paapaaaaa.....Mommy, tolong Papapa, Papaa sakit...Darah nya banyak. Mommyyy, Zayn mau Paapaaa..."

Zayn memberontak luar biasa, Hirella yang tidak mengerti menjadi kebingungan sendiri. Ditatapnya wajah Zayn yang basah oleh air matanya sendiri.

"Hei, Nak. Ini Mommy, Zayn... lihat Mommy!" Hirella mencoba untuk membuat putranya tidak histeris dan terlihat frustasi. Tapi sepertinya Hirella gagal, Zayn memberotak tidak terkontrol seperti pertama kali dia diambil paksa oleh Ardian dari sisi Jemmy.

Ardian pun mengambil alih dari Hirella untuk menenangkan putra sulungnya, di dekapnya tubuh kecil Zayn lalu dengan sebisa mungkin Ardian menggunakan segala caranya agar putranya diam.

"Zayn! Daddy janji akan menolong Papa. Daddy sudah bilang kan tadi! Sekarang tenanglah Nak! Tenang!" Ardian terpaksa menaikkan intonasi suaranya agar Zayn mau tenang.

"Daddy tidak bohong? Daddy janji?" Zayn mengulang ucapannya, dia ingin Ardian benar-benar tidak ingkar akan perkataannya.

"Iya! Iya, Janji!"

Zayn pun akhirnya mau diam setelah Ardian mengatakan janjinya. Zayn pun berangsur tenang dan ekmbali terlelap setelah Ardian mengusap-usap kepalanya dengan lembut.

"Ada apa Mas? Siapa orang yang dimaksud Papa oleh Zayn?"

"Dia Jemmy, Hirella. Zayn memanggilnya dengan sebutan 'Papa'"

"Hhh apa?"

***

"KELUARLAH! PERGILAH DARI SINI, KAMU MEMALUKAN KELUARGA KITA, ALDAN!"

Usai berhasil menemukan Zayn, Aldan tidak menyangka jika sang Papa menyuruhnya pergi. Papanya begitu murka ketika mendengar dari Hirella dan pengakuan Aldan sendiri beberapa jam yang lalu jika Aldan adalah seorang 'Gay'.

"Papa, Jangan! Mas Aldan bukan Gay, Pah!" Aliendia tidak mau jika suaminya dikatakan gay oleh semua orang.

Dia beranggapan jika Aldan hanya salah pergaulan saja sehingga membuatnya harus berhubungan dengan Jemmy.

"TIDAK! PERGILAH! JANGAN KEMBALI, NAMA MU SUDAH TIDAK ADA DI DALAM SILSILAH KELUARGA KITA!" Pria tua itu masih bersikeras mengusir Aldan karena Aldan sudah dianggapnya memalukan nama kelaurga.

Sang Papa pun meminta beberapa pegawai rumah tangga untuk mengambil pakaian-pakaian Aldan dan Aliendia karena Aliendia juga membela suaminya yang menurut pria tua itu sudah bersalah.

Pakaian-pakaian milik Aldan dan Aliendia dibuang keluar rumah tanpa menyisakan satu pun.

Melihat apa yang dilakukan oleh sang Papa, Aldan hanya bisa menitihkan air matanya. Dia tidak menyangka apa yang diperbuatnya menghasilkan keburukan seperti ini.

Mungkin ini menjadi titik terendah hidupnya, dia bukan siapa-siapa lagi. Aldan kini menjadi pria miskin.

Dia juga berpikir, pasti sedikit lagi Aliendia juga akan meninggalkannya karena dia sudah tidak memiliki harta dan benda apapun.

"Maas.." suara Aliendia memanggilnya.

Aldan yang membeku di tempatnya kini menoleh ke samping, dia melihat Aliendia berdiri di sampingnya. Dengan gerakan pelan dan sangat lembut, Aliendia menyisipkan jari-jari tangannya ke dalam celah jari Aldan. Jari-jari mereka pun bertautan.

Aldan menggelengkan kepalanya tidak percaya, pemikirannya salah.

Sangat-sangat salah bahkan, sebab wanita muda yang sudah dia sakiti hatinya dan fisiknya luar biasa justru menggenggam erat tangannya, menguatkannya disaat dia terjatuh.

"Aliendiia....?"

"Saya mencintai Mas Aldan, saya akan ikut kemanapun Mas Aldan pergi."

***

Nulisnya beruraian air mata girls T_T

hiks, saya baper.

***

Surabaya, 24 April 2017 : 20.20 WIB

Salam,

Denz91^_~

Let's Play (Complete)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz