10. He

8.9K 942 61
                                    

Mencintaimu adalah sebuah keputusan mutlak yang tidak pernah ku sesali. Biarpun harus mati, aku tidak peduli. Tapi percayalah aku disini, ingin menemanimu hingga nanti.

Aku mencintaimu, Aliendia. Aku mencintaimu.

Suara mirip bisikan tersebut membuat Aliendia yang sedang tertidur lelap menjadi terbangun. Saat dia terbangun ada rasa berbeda yang dirasakan yaitu keadaan sekitarnya. Seingatnya dia sedang tidur di Sofa seperti kebiasaan malam nya selama berbulan-bulan, namun sekarang ini dia mendapati Tubuhnya berada di atas ranjang milik Aldan. 

Sejenak Aliendia berpikir apakah dia dalam keadaan bermimpi lalu tidak sadar berjalan menuju ke Ranjang Aldan dan menghempaskan Tubuhnya ke atas Ranjang ini, atau memang seseorang telah menggendong Tubuhnya untuk ditidurkan disini. Dua kemungkinan itu langsung dipikirkan keras oleh Aliendia apalagi saat dia bangun ada Selimut yang menutupi Tubuhnya hingga sebatas Leher. Belum lagi Rambutnya yang terikat dan tertutupi oleh Jilbab kini justru terurai lepas begitu saja.

Aliendia pun mulai sadar semua yang telah terjadi padanya bukan dia sengaja melainkan dilakukan oleh seseorang kepadanya. Apalagi sepasang Matanya seolah memaku di satu sudut dimana pria yang sehari-hari selalu berbuat kasar juga menyakitinya berada disana, tepat diatas Sofa. Sofa itu merupakan Sofa yang ada di Kamar Tidur mereka. Sekarang justru keadaannya berbalik, Aliendia di atas Ranjang sedangkan Aldan membaringkan tubuhnya di Sofa. 

Jikalau Aliendia berbuat sendiri entah sadar atau tidak sadar tidur di tempat tidur Aldan, pasti pria itu akan berlaku kasar dan mengusir Aliendia dari tempat tidurnya. Namun justru sekarang seolah Aldan membiarkan Aliendia tidur di Kasur tanpa pengusiran atau tindak kekasaran yang biasanya dia lakukan kepada Aliendia. 

"Astagfirullah Hal Adzim." begitu mendapati dirinya telah salah memilih tempat untuk tidur, Alin langsung bergegas menyibak Selimut yang menutupi Tubuhnya kemudian turun dari Ranjang milik Aldan sembari mengikat Rambutnya yang terurai panjang menggunakan Ikat Tali Rambut di atas Meja. 

"Mas." Alin memanggil Aldan dengan suara yang sangat pelan nyaris tidak terdengar sama sekali oleh Aldan sebab memang Wanita muda itu takut jika Suaminya terganggu. Hanya saja jam sudah menunjukkan pukul enam pagi, seharusnya mereka berdua sudah melakukan sarapan pagi bersama dan bersiap untuk bekerja. 

Langkah-langkah kecil pun diambil oleh Alin untuk berjalan mendekati sang Suami yang masih tertidur pulas disana. Alin melihat kedua Tangan Aldan menyilang seperti memeluk Tubuhnya sendiri. Meski terlihat tidak nyaman, Alin bisa menangkap gelagat Aldan masih ingin menikmati aktivitas tidurnya. 

"Sudah pagi Mas." ucap Aliendia takut-takut. Wanita muda itu sudah menyiapkan Jantung nya dengan kuat agar saat Aldan terbangun dari tidurnya, Alin sudah siap menerima umpatan kotor Aldan. 

"Mas, apa Mas tidak ingin bekerja? Sudah pukul enam, Mas."

Mendengar sayup - sayup seseorang memanggil namanya, Tubuh Aldan pun menggeliat ke kanan dan ke kiri dengan perlahan. Setelah dia merasa cukup sadar, Aldan membuka Matanya yang awalnya menyipit sampai lama kelamaan menjadi terbuka lebar. Di depannya sudah ada Aliendia menunggunya untuk bangun. Wajah cantik Aliendia pagi ini dengan Kepala tak berhijab membuat Aldan terkesima. Semalam dia memang sudah melihatnya, tapi sekarang rasanya cukup berbeda. Aldan merasakan sesuatu aneh terjadi padanya, Jantungnya yang berdenyut normal menjadi berdenyut lebih cepat dua sampai tiga detik dari biasanya. 

"Alin?"

"I-i..ya Mas. Emh, maaf saya membangunkan Mas jam enam pagi. Saya juga baru bangun." sesal Aliendia. Dia sampai kehilangan waktu ibadahnya karena terlambat bangun. Tidak biasanya memang Aliendia sampai seolah terhipnotis, hingga suara Adzan pun tak terdengar di Telinganya. Alin berpikir apakah Tubuhnya sangat lelah sehingga membuatnya menyesal kehilangan satu waktu. 

Let's Play (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang