23. Missing You, Zayn

7.1K 938 35
                                    

"BOHONG! Alin berbohong Mah, Pah. Selama ini Aldan membohongi kita semua. Jemmy adalah pacar gay Aldan. Jemmy menculik Zayn. Dia mengambil Zayn tanpa sepengetahuanku!" berkali-kali Hirella harus berteriak tidak menerima semua pembelaan yang dilakukan oleh Aliendia untuk suaminya.

"Tidak! Mas Aldan orang baik. Dia tidak terlibat dalam penculikan ini." entah apa yang berada di benak wanita tua berstatus calon ibu itu, dia membela suaminya mati-mati'an karena dia yakin suaminya tidak terlibat.

Ditatapnya lekat-lekat sepasang mata bermanik coklat itu, Alin menyelaminya untuk menggali sebuah keyakinan jika Aldan tidak melakukannya.

Baginya Aldan tetap orang baik. Aldan memang kasar dan kejam, tapi bukan berarti Aldan berani menculik keponakannya sendiri.

Setidaknya kalimat-kalimat itu yang terus merasuki otak dan hati Alin.

Alin pun memejamkan matanya sejenak, meresapi keyakinan yang dipegang teguh olehnya. Dia harus percaya pada suaminya, seburuk apapun suaminya pasti suaminya tidak akan berbuat kriminal.

"Udah! Berhenti! Ardian, kontrol istrimu!" perintah Papa Hirella dan Aldan kepada anak menantunya.

"Iya Pah." sesuai dengan perintah sang Papa mertua, Ardian pun membujuk Hirella dengan membisikkan sesuatu yang membuat Hirella akhirnya memundurkan langkahnya ke belakang.

Hirella menurut pada sang suami meski pada akhirnya dia harus tumbang masuk ke dalam dekapan Ardian. Dan sebagai suami, Ardian hanya bisa menenangkan istrinya terus menerus selain dia menyuruh beberapa anak buahnya untuk mencari dimana keberadaan putra sulungnya, Zayn.

"Maaas... Anak aku Mas, hiks." suara sesenggukan tangis kesakitan dan kepedihan yang dirasakan oleh seorang Hirella terdengar jelas di telinga semua orang.

Begitu sedih nya seorang Hirella kehilangan satu anak nya yang sekarang entah dimana keberadaannya.

"Sabar ya. Sebentar lagi Zayn pasti ketemu. Jangan khawatir, mas akan berusaha."lirih Ardian berbisik di dekat telinga istrinya.

Ardian memberikan beberapa kecupan hangat di pelipis istrinya agar istrinya menjadi lebih sedikit tenang.

***

Ketegangan di dalam rumah Aldan masih terasa meski belum ada percakapan sama sekali diantara mereka semua.

Ardian masih memeluk Hirella, sedangkan orang tuanya sama-sama tidak percaya jika putra kebanggaan mereka menjadi seorang pelaku penyimpangan seksual.

"Aldan, benarkah apa yang dikatakan oleh Hirella? Kamu seorang Gay?" Papa bertanya kepada Aldan dengan suara yang terdengar sangat tegas.

Papa berjalan mendekat ke arah putra bungsu nya itu, dengan kedua tangan berdecak pinggang serta suara geraman yang terdengar jelas di telinganya. Semua yang dilakukan Papa Aldan karena dia ingin putranya berterus terang.

Sedangkan di sisi Aldan, pria itu tidak bisa berkata apapun selain menganggukkan kepalanya lemah seusai melirik ke arah istrinya yang berada di sampingnya.

Aliendia sama sekali tidak pernah beranjak dari sisi Aldan. Moment seperti ini adalah moment dimana dia harus berada di samping Aldan, membela dan mendukungnya apapun yang terjadi.

Dia tahu Aldan salah, tapi bukan berarti dia tidak bisa merubah semua sikap dan sifatnya, bukan?

Yang jelas Alin tidak akan meninggalkan Aldan dalam masa-masa keterpurukannya seperti sekarnag ini. Semua orang memusuhinya, namun Aliendia tidak akan belaku sama.

Dia akan tetap berada di belakang Aldan, tanpa diminta oleh Aldan.

PLAAAK...

Satu tamparan keras diberikan oleh Papa kepada Aldan. Tamparan itu mendarat mulus mengenai pipi Aldan bagian kiri sampai tubuh Aldan terhempas ke belakang.

Let's Play (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang