8. Work (2)

8.6K 933 75
                                    

Hari ini adalah hari minggu, biasanya kegiatan Aldan di hari minggu adalah bermain Tenis dengan memakai Lapangan lebar berumput bersama rekan kerja atau Kekasihnya, Jemmy. Tapi untuk minggu ini entah mengapa dia enggan menghabiskan waktunya di luar rumah. Pusing, mual, dan demam terkadang secara bergantian menyerang tubuhnya. Aldan tahu tubuhnya tidak dalam keadaan yang sempurna. Oleh karena itu berada di dalam rumah adalah pilihan yang terbaik.

Tersadari tidak oleh Aldan, awal mulai Tubuhnya tidak berada dalam kondisi terbaik adalah ketika kehamilan Aliendia diketahui keduanya. Kedua orang itu tentunya Aliendia sendiri yang hamil dan Aldan saat dia mengantar sang Istri menuju ke Rumah Sakit. Apa yang diucapkan oleh Dokter Alif di Rumah Sakit sedikit banyak memperngaruhi pikiran Aldan meski terlihat di luar dia tidak suka dengan kehamilan Istrinya. Bayangan isi Rumah penuh dengan tangisan bayi lalu bau bermacam-macam berasal dari bayi seperti bau kencing, poop, muntah'an atau apapun sungguh membuat Kepala Aldan semakin nyeri. 

Sejak Ibu Aldan sembuh dan diperbolehkan keluar dari Rumah Sakit dua hari yang lalu, Aldan menjadi ikut tenang meski terkadang dia harus bersitegang dengan Kakak Perempuannya jika sedang ingin menjenguk Ibunya di Rumah Sakit. Dan mengenai permintaan Aliendia untuk bercerai dengan Aldan saat ini sejenak mereka lupakan sampai setidaknya bayi di dalam Perut Aliendia terlahir di dunia ini. Mendengar kabar itu tentu saja Ibu dan Ayah Aldan menjadi tenang tidak sekhawatir sebelumnya apalagi Aliendia berjanji berusaha untuk menerima Aldan meski itu hanya di depan kedua Mertua nya. Catatan di depan kedua Mertuanya itu hanya diketahui oleh Aliendia, Aldan, dan Hirella. 

"Lieeen, Kopiii... Kepala gue pusiiing." teriakan Aldan dari dalam Ruang Kerjanya membuat Aliendia yang sedang mengepel Lantai Rumah menjadi tersentak hebat. Suasana Rumah yang hening tanpa ada satu suara pun membuat teriakan Aldan seperti layaknya suara guntur yang menggelegar. Pelan, Aliendia meletakkan Telapak Tangannya di bagian Dada kemudian mengusap lembut bagian tersebut agar Jantungnya berpacu dalam keadaan normal kembali. 

" Iyaa Mas." jawab Aliendia dari luar. 

Cepat - cepat Aliendia menuju ke Dapur untuk membuatkan Kopi Aldan. Diambilah satu cangkir Kopi yang terletak di dalam Lemari Gantung kecil Dapur kemudian memasukkan Bubuk Kopi dan Gula ke dalam cangkir. Kebetulan Toples Kopi dan Toples Gula juga berada di tempat yang sama dengan cangkir khusus untuk Kopi tersebut. 

"Buruuuaaan Lien! Lelet amat lo. Ngapain aja sih!" suara teriakan Aldan membuat Aliendia tersentak untuk kedua kalinya. Hampir saja Teko yang berisi Air Panas mengenai Tangannya. Akibatnya ada Air Panas yang berceceran di atas Lantai, tapi untungnya tidak sampai mengenai Kaki Aliendia.

"I-iya Mas. Sebentar lagi." sahut Aliendia cepat agar Aldan tidak kembali berteriak memanggil namanya.

Cepat-cepat Aliendia mengambil Sendok kecil untuk mengaduk Kopi tersebut hingga semua bagian tercampur rata. Setelahnya Aliendia membawa secangkir Kopi buatannya menuju ke Ruang Kerja Aldan. Rencananya jika dia memiliki kesempatan, maka Aliendia akan meminta ijin kepada Aldan untuk bekerja. Karena dia adalah seorang Istri dan bagaimanapun sikap Aldan kepadanya, ketika dia ingin keluar dari Rumah ini, dia harus mendapatkan ijin dari Suaminya. 

"Ini Mas." dengan hati-hati Aliendia meletakkan secangkir Kopi itu di atas Meja Kayu dekat Sofa Ruang Kerja Aldan. 

"Makasih." ucap Aldan setelah sang Istri membawakan secangkir Kopi untuknya dengan aroma yang luar biasa menggoda. Setiap hari setiap waktu setidaknya Kopi buatan Aliendia adalah menu wajib yang harus dia konsumsi. Tanpa secangkir Kopi buatan Istrinya, Kepala Aldan terus menerus berdenyut sakit. 

"Ngapain lo disini? Udah sono lanjutin aja kerjaan lo!" sentak Aldan sambil memicingkan Matanya mencuri pandang ke arah Aliendia yang masih berdiri di dekat Sofa. 

Let's Play (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang