15. Problem

8.5K 973 50
                                    

Menjalani kehidupan sehari-hari dengan Perut yang telah membuncit setidaknya pasti akan membuat seorang wanita yang belum pernah mengalaminya akan merasakan kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Dan hal itu juga tentu terjadi oleh Aliendia sebagai salah satu dari wanita-wanita muda berstatus sebagai calon Ibu. Rasanya pasti senang, tidak sabar menunggu kelahiran anaknya nanti, tapi bersamaan dengan keadaan tubuhnya yang memegal hampir di setiap hari.

Sejak Perutnya semakin terlihat membuncit, Aliendia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk beristirahat seusai bekerja tapi tentunya setelah melayani semua kebutuhan sang Suami. Lelah dan letih bekerja seharian seolah terbayarkan oleh tanda-tanda kehidupan di dalam Perutnya. Alin sendiri sering sekali secara tidak langsung mengajak anak di dalam Perutnya berbicara. Selain berbicara juga tentunya mengaji. Kegiatan mengaji yang dilakukan oleh Aliendia selalu dia sempatkan seusai mengerjakan kewajibannya menjalankan Fardhu lima waktu.

"Engh... Jangan gerak-gerak lo, Lien! Lo bikin gue gak bisa tidur!" bentak Aldan disaat sepasang Matanya masih saja tertutup. Dia terlihat tidak nyaman dengan aktivitas tidurnya di malam hari karena geliat pelan Tubuh Aliendia terasa olehnya.

"Kalau begitu saya pindah ke Sofa saja ya Mas." pinta Aliendia dengan sangat. Wanita muda itu kesulitan tidur karena memang keadaan yang sekarang membuatnya enggan juga memejamkan Mata padahal kantuk sudah melanda dirinya.

"Lo lagi hamil, kalo lo tidur disono ntar badan lo sakit semua bego!" celetuk Aldan kasar. Aldan yang mendengar keluhan itu merasa seperti Aliendia akan pergi meninggalkannya padahal kenyataannya tidak seperti itu.

Sama sekali Aldan belum membuka Matanya tapi dia sudah bergumam terus menerus memperingatkan sang Istri.

"I-iya Mas. Maaf."

"Udah, sekarang lo tidur aja. Gue jagain lo!"

Tiga kata terakhir yang terucap dari Bibir Aldan seolah-olah seperti Oase di Padang Pasir bagi Aliendia. Dia tidak sedang bermimpi bukan saat Aldan mengucapkan kalimat indah itu. Dia juga belum sepenuhnya bisa terlelap apalagi dalam keadaan seperti ini.

Ya seperti ini dalam arti kata berada di dalam dekapan Aldan. Tadi sewaktu Aldan mengajaknya tidur bersama dalam ranjang yang sama, Aliendia pikir Suaminya bercanda tapi nyatanya tidak. Dia pun akhirnya merasakan sebuah keterkejutan yang tidak dia duga sebelumnya. Selain mengajaknya tidur di ranjang yang sama, Aldan lantas menarik tubuh Aliendia yang mulai menggemuk masuk ke dalam dekapannya. Aldan memeluk tubuh Istrinya erat-erat sampai sang Istri merasa ada sebuah keanehan yang terjadi tapi dia tidak mengerti apa. Semua terasa gamang jika melihat perubahan sikap sang Suami kepada Aliendia meski bila dari tutur kata masih saja terdengar kasar.

Pria itu memeluk tubuh sang Istri, membawanya masuk sampai Kepala sang Istri menyentuh ke permukaan Dada nya. Seketika rasa sakit dan nyeri yang menyerang hampir di seluruh bagian tubuhnya terasa menguap begitu saja, tertinggalah hanya rasa hangat. Pertemuan tubuh keduanya membuat Jantung kedua anak manusia itu berdenyut lebih cepat dari sebelum-sebelumnya.

"Mas?" lirih Aliendia memanggil Suaminya kembali.

"Apa?" suara Aldan terdengar sangat ketus ketika menjawab panggilan dari Aliendia.

"Apakah Mas harus tidur dengan memeluk saya seperti ini?" bukan karena tidak merasa nyaman atau tidak menyukai saat dia dipeluk oleh Suaminya sendiri, tapi lebih kepada Aliendia yang takut akan terjadi sesuatu dengan Jantungnya karena terlalu cepat berdenyut tanpa bisa dia kontrol sama sekali.

"Kenapa? Lo gak suka?" Kepala Aldan melongok ke bawah untuk melihat ekspresi apa yang nampak di Wajah Istrinya. Meski Wajah sang Istri tak begitu jelas terlihat sebab seperti tersembunyi dalam dekapannya, juga karena Aldan telah mematikan lampu kamarnya.

Let's Play (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang