24. Take My Hand

7.3K 1K 95
                                    

"Daddy gak mau, Daddy gak mau. Paapaaaa....."

"Shht, Zayn. Diem nak, psttt...."

"Enggak! Daddy tolong Papa. Daddy banyak darah, kaki Papa tangan Papa. Daddyyy...."

Berada dalam perjalanan pulang memangku Zayn tidaklah mudah.

Aldan memaksa dirinya untuk menyetir karena Ardian harus menenangkan putra sulungnya yang bertingkah polah tidak terkontrol sama sekali.

Zayn merengek meminta Ardian menolong Jemmy yang kesakitan. Ingatan Zayn akan darah yang mengalir deras di kaki dan tangan Jemmy membuatnya trauma dan syock dalam waktu yang sama.

"Daddyy....gak mau. Daddy tolong Papa, Zayn mau Papa. Daddyyy..." Zayn berteriak sekuat-kuatnya, tubuhnya terus memberontak memukuli dada Ardian kesal karena Ardian tidak kunjung membantu Jemmy yang sedang merintih kesakitan.

"Dan, gimana ini? Apa yang harus Kakak lakuin?" Ardian bertanya kepada Aldan yang mati-mati'an untuk berkonsentrasi menyetir dikala dia harus menata hatinya yang perih melihat Jemmy yang tertembak, dan melihat keponakannya terus memberontak.

"Aku gak tahu kak! Dikit lagi sampai rumah, kita tanya Kak Hirella aja." ujar Aldan disetujui oleh Ardian.

"Shht... iya. Iya nanti Daddy tolong Papa ya. Daddy jenguk Papa."

"Daddy janji?" sejak kecil Zayn diajarkan oleh kedua orang tua nya harus berkata jujur dan menepati janji. Oleh karena itu Zayn pun berlaku sama kepada Ardian untuk berkata jujur dan menepati janji.

Ardian menganggukkan kepalanya ketika Zayn menengadahkan kepalanya ke atas menatap wajah laki-laki yang sejak dia lahir sudah dikenalnya sebagai ayah kandung. "Iya Nak. Zayn diem ya. Zayn gak boleh nangis lagi."

Diusapnya punggung Zayn oleh Ardian berkali-kali sampai anak laki-laki itu mulai tenang kemudian tertidur.

Ardian menilik ke bawah, dilihatnya wajah Zayn yang memerah dengan air mata yang masih menggenang di pelupuk.

Melihat Zayn seperti sekarang ini, membuat hati Ardian hancur berantakan. Dia tidak tahu bagaimana nanti jika Zayn sudah dewasa mengerti siapa diri Jemmy sebenarnya.

"Kak, boleh aku tanya?"disela Ardian yang terus mengamati putra sulungnya, Aldan tiba-tiba mengalihkan perhatian Ardian kepada Zayn.

"Ya Dan, ada apa?"

"Apa hubungan Kak Hirella dengan Jemmy? Mengapa Zayn memanggil Jemmy dengan sebutan Papa?? Apakah Zayn anak Jemmy dan Kak Hirella? Tapi bukankah Zayn lahir dalam sebuah pernikahan sah antara kakak dan Kak Hirella?"pertanyaan memberondong Aldan membuat Ardian bingung harus menjawab apa.

"Aku gak tahu harus jawab apa, Dan. Tapi..." kalimat Ardian menggantung. Lidahnya tiba-tiba menjadi kelu harus menjawab apa dan menerangkan apa kepada Aldan. Yang dalam arti sesungguhnya akan membuka aib istrinya di masa lalu.

"Tapi apa, Kak?"

"Zayn, anak Hirella dan Jemmy, Aldan!"

Chiiit.....

Aldan langsung menginjak rem sekuat-kuatnya karena dia begitu terkejut mendengar pengakuan dari Ardian. Aldan memutar kepalanya ke samping, menatap sepasang mata Ardian tidak percaya.

Kepala Aldan menggeleng lemah, dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Kakak Iparnya, "Gak mungkin Kak! Kakak bohong kan?"

"Aku sungguh-sungguh. Aku menikahi Hirella saat Hirella mengandung Zayn. Zayn sudah berumur 5 minggu di dalam perut Hirella ketika aku memutuskan untuk menikahinya."

Let's Play (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang