14. Why?

8.8K 971 59
                                    

"Mas, Maa Syaa Allah. Wajah Mas kenapa?"

Baru menginjakkan Kakinya sampai menjangkau Ruang Tamu, Aliendia terkejut sekali melihat sang Suami memiliki beberapa titik legam hampir diseluruh wajahnya. Beberapa luka biru itu terlihat semakin lama semakin berubah meng-ungu, menimbulkan sakit dan nyeri bersamaan mendera Aldan

Karena tubuhnya letih sekali ditambah nyeri yang menghinggapi, Aldan enggan berkata apa-apa kepada Istrinya yang memandang cemas di tempatnya. Wanita muda itu berdiri memaku dengan Telapak Tangan kiri yang menutup Mulutnya sendiri karena begitu terkejut.

Namun tidak lama, Aliendia melangkahkan Kaki mendekat ke arah Suaminya. Dia mendaratkan satu Jarinya ingin menyentuh permukaan Wajah tampan Aldan tapi cepat - cepat ditangkis olehnya.

"Udah gak usah pegang-pegang lu. Gue gak papa! Gue capek, gue pengen istirahat." teriaknya kasar. Seketika Jantung Alin berdenyut lebih cepat dari sebelumnya, seolah dia baru saja melihat Hantu kegelapan di depan kedua Matanya. Aldan membentaknya begitu kasar tanpa memandang Alin siapa dan bagaimana perasannya.

"Tap...tap-pi Mas?"

"Bawel lo Lien! Udah sana pergi. Buatin gue Teh apa Kopi!" sekali lagi Aldan membentak Alin bersamaan dengan pria itu juga menginginkan segelas Teh atau secangkir Kopi.

"Ba-ba..ik Mas." tanpa bertanya lebih banyak lagi, Alin segera melangkah pergi menuju ke Dapur. Dada nya masih tetap bergemuruh tidak berubah seperti sebelumnya, tapi justru sekarang pikirannya melayang memikirkan apa yang terjadi dengan Suaminya. Seluruh permukaan Tubuh Aldan dipenuhi luka lebam, paling banyak berada di wajah. Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah Aldan mengalami sebuah kecelakaan? Atau jatuh tanpa sebuah kesengajaan? Pemikiran itu melayang dan terus melayang sampai bubar dengan sendirinya akibat suara teriakan Aldan memanggil dirinya.

"Lien, lo tidur di Dapur apa hah? Lama bener lo! Kepala gue udah pusing Aliendiaaaa...."

***

"Lo masak apa, gue laper." segelas Teh hangat telah terteguk sempurna sampai tandas menghangatkan Perut Aldan. Pria itu menikmati segelas Teh buatan Istrinya yang terasa nikmat walaupun rasanya tidak terlalu manis. Sebenarnya Aliendia sengaja membuatkan Teh hangat tidak begitu manis agar Suaminya tidak berkutat dengan Penyakit Gula mengerikan dikala usinya sudah berkepala tiga.

"Saya membuat Gulai Telur," jawab Aliendia takut-takut. Gulai buatan Aliendia hanya Gulai sederhana sebab Santan yang digunakan pun hanyalah Santan Instan dari Supermarket. Begitu pula dengan bumbunya yang merupakan bumbu instan siap saji. Dia tidak sempat membuat Santan dari proses memeras parutan Kelapa asli dan membuat Bumbunya dari bumbu-bumbu dapur mentah sebab dia harus ke rumah sakit untuk mengecek kandungannya sesuai ajakan Hirella." Maaf hanya itu Mas. Saya tidak sempat memasak tadi, karena saya harus... Hmm, ke...rumah sakit." ujarnya memberitahu Aldan. Meski penuturannya terdengar terbata- bata, tapi Aldan mengerti apa yang dibicirakan oleh Aliendia.

"Gak papa. Gue laper banget, gue pengen makan." pinta Aldan ditengah kelaparan yang telah dia rasakan sejak tadi.

"Jadi Mas ingin makan? Bukankah Mas tadi bilang Mas ingin istirahat?"

"GUE LAPER BEGO! Gimana gue bisa tidur kalo gue laper? Udah! Lo siapin aja makanannya, banyak bacot lo. Durhaka lo ngelawan Suami. Bisa masuk neraka lo!"

"Ma-af Mas."

***

Sudah lima belas menit Aliendia menemani Suaminya yang sedang makan dengan lahapnya di Meja makan. Suaminya terlihat seperti orang yang tidak makan selama berhari-hari. Tapi kalau boleh berkata jujur, Alin menyukai pemandangan seperti sekarang ini, Suaminya nampak lebih manis. Pria yang memiliki usia berkepala tiga itu makan dengan lahap sampai menghabiskan dua piring nasi padahal hanya ada tiga telur berada di dalam kuah Gulai buatan Aliendia tersebut.

Let's Play (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang