TIGA

6.3K 438 19
                                    

“Hei, Sasuke! Kalau kau tidak berkedip, matamu akan segera jatuh sekarang juga.” Semua orang di meja memperhatikan Sasuke setelah mendengar perkataan dari Tenten.

“Aah, kau cemburu ya, teme?”

“Diam, kau dobe!” Sasuke menggeram menahan marah.

“Hei, teme. Aku kan hanya bertanya.”

Sasuke pergi meninggalkan mereka begitu saja.

“Apa ada yang salah dari pertanyaanku?” Naruto bertanya pada Sakura dengan tatapan bingung.

“Ck.. Dasar Naruto baka tidak peka.” Yang lain mengangguk setuju mendengar perkataan Ino.

Sasuke berjalan menuju kelas dengan perasaan yang dongkol. Aura yang dikeluarkannya membuat siapa pun yang berjalan bersisihan dengannya menghindar begitu saja.

‘Ck, untuk apa sih mereka harus berpelukan seperti itu? Bikin marah saja.’ Sasuke terus mengumpat dalam hati mengingat adegan reuni antara Hinata, Kiba dan Shino.

Perasaannya bertambah buruk saat dia berjalan melewati kelas Hinata. Di dalam sana Hinata sedang terlibat pembicaraan seru dengan Kiba dan Shino. Bisa dikatakan hanya dengan Kiba saja sebenarnya karena Shino terlihat lebih diam dan sesekali menanggapi ketika ditanya oleh Hinata.

‘Cih, sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan? Kenapa Hinata sampai tertawa seperti itu?’

Sasuke mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas. Sepertinya tawa Hinata tidak hanya menarik perhatian dirinya karena ternyata hampir seluruh penghuni kelas juga terus memperhatikannya. Terutama tatapan dari para lelaki yang bahkan seolah siap meneteskan liurnya kapan saja.

Sasuke mengepalkan tangannya berusaha menahan diri untuk tidak menghajar mereka yang saat ini sedang menatap Hinata penuh damba. Dia memejamkan mata dan menghembuskan nafasnya.

Sasuke kembali menatap Hinata, segala gerak-geriknya tidak luput sedikit pun dari atensinya. Cara Hinata tersenyum, cara dia tertawa, cara dia berbicara, cara dia mengerutkan dahi ketika bingung, cara dia menggembungkan pipi ketika kesal, cara dia memiringkan kepala ketika tidak mengerti, cara dia mengerjabkan mata ketika berusaha meyakinkan sesuatu, cara dia menggaruk pipi ketika merasa canggung, cara dia mengetukkan kedua telunjuknya ketika salah tingkah, dan yang paling dirindukan Sasuke dari semua sikap Hinata adalah ketika dia sedang merona merah saat merasa malu.

Sasuke sadar bahwa sejak dulu sampai sekarang dia selalu memperhatikan Hinata. Dia bahkan mengingat dengan detail bagaimana kebiasaan dan gerak-gerik gadis Hyuga itu. Walaupun penampilannya kini sangat jauh berbeda dibandingkan dulu, tapi baginya dia masih tetaplah sama. Dia tetap Hinata-nya.

“Dia tidak pernah berubah.” Sasuke tersenyum hangat memandang Hinata yang sedang tertawa mendengar lelucon dari Kiba.

“Hoi, teme. Sedang apa kau di sini?” Sasuke dikagetkan oleh suara cempreng sahabat durennya itu.

“Hn.” Sasuke pergi begitu saja meninggalkan Naruto dan yang lainnya.

“Woi, teme. Apa maksudnya dari gumamanmu itu?”

“Hn.”

“Woi, teme. Aku sedang bertanya padamu. Dasar pantat ayam.” Naruto berjalan mengikuti Sasuke menuju ke kelas mereka. “Sakura-chan, aku ke kelas dulu.”

“Dasar baka.” Sakura menepuk jidat lebarnya melihat kekasih dan sahabatnya yang sedang bertengkar absurb.

“Kau tahu kalau pacarmu memang baka, jidat. Tapi kau tetap menyukainya.” Ino menggelengkan kepala melihat tingkah ajaib teman-temannya.

Beautiful to Me (END)Where stories live. Discover now