29. Keajaiban doa

15.6K 872 19
                                    

***

Ayash masuk ke dalam kamar, meletakkan segelas teh manis hangat di atas meja rias. Lalu ia duduk di tepi tempat tidur, diperhatikannya Afifah yang meringkuk membelakanginya. Punggung telapak tangan kanannya terjulur ke dahi Afifah, yakin istrinya tidak demam tangannya turun mengusap punggung Afifah beberapa kali.
Jantung Afifah berdebar merasakan pembaringannya sedikit terguncang ketika Ayash memperbaiki posisi tubuhnya separuh berbaring, mendekatkan kepalanya ke kepala Afifah. Gadis itu sudah bangun sebelum subuh tadi, tapi ia kembali tidur karena kelelahan.

Afifah bisa merasakan hangat napas Ayash ketika mencium ubun-ubunnya, dibisikkannya sebuah doa yang sama yang sering ia dengar sebelumnya. 'Rabbana hablana min azwajinaa wadhurriyatinaa qurrota'ayun wajalnaa lil muttaqina imamaa ...'

"Fa ... bangun," Ayash mengguncang lembut bahu Afifah.

Afifah bangun dari posisinya. Meski baru bangun tidur aura kecantikan gadis itu masih terpancar. Ayash tersenyum sendiri menatap pesona gadis yang semalam telah sah menjadi istrinya, melihatnya saja sudah menentramkan hati. Afifah adalah sejumput keindahan dari milyaran anugrah tuhan. Representasi keteduhan abadi tak terperi.

Ia ingat salah satu sabda Nabi;

"Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya." (HR. Abu Dawud)

"Kamu sakit? Betah aja di balik selimut kayak ulet," Ayash mengacak gemas rambut istrinya.

Afifah merona, alasannya berada di balik selimut karena sedang malas melakukan sesuatu. Ayash sih cuti selama beberapa minggu karena menikah. Namun tetap saja ia bosan melihat Ayash ke sana-sini menelepon salah satu kawannya sedangkan dia di abaikan.

"Mager. Kamu cuekin aku terus dari tadi, bosen." rajuknya membuat sebuah senyuman terbit di bibir Ayash.

"Ya maaf."

"Gak apa-apa."

Mendengar ini Ayash jadi teringat kalimat Rafiq. Bahwa gak apa-apanya cewek itu hoax.

"Jangan ngambek dong. Semalam kan baru aja baikan masa sekarang marahan lagi," Ayash sedikit menahan tawa.

"Ya, terus?" Afifah hanya berharap Ayash membujuknya dengan kalimat manis seperti pasangan-pasangan yang biasa ia tonton di video baper nikah muda. Tapi ah, jangan banyak mengkhayal. Ayash takkan bisa seromantis itu.

"Apa? Berpuisi? Maaf, Fa. Aku bukan Ali. Aku ya aku. aku yang cinta engkau seperti ini adanya. Bukan Fatimah, juga bukan Aisyah. Tapi Afifah di depan mataku ini."

Untuk urusan menggombal Ayash mundur. Tapi jika soal kejujuran Ayash berdiri paling depan. Meski sebenarnya ia pun pernah berbohong. Membohongi perasaannya pada Afifah.

"Menurutmu, kita ini mirip ya?"

"Ha?" Ayash mangap beberapa saat mendengar kalimat yang diucapkan istrinya. "Maksudnya apa?"

"Katanya jodoh itu cerminan diri, persis kayak diri kita sendiri. Jadi aku bingung kenapa kita berjodoh. Soalnya, aku gak seganteng kamu." Jawab Afifah dengan polosnya

Mendengar kalimat polos dari istrinya Ayash langsung ngakak. Istrinya ini memang polos dan minta di jitak.

"Eh. Kenapa ketawa?" Afifah memanyunkan bibirnya sebal melihat Ayash yang tertawa keras, sedang bicara serius malah di tertawakan.

Melihat wajah istrinya yang bete Ayash bersusah payah menghentikan tawanya. Ia tak mau merusak mood istrinya pagi-pagi. Sebenarnya yang mulai siapa sih?

ISTRI IMPIAN ( R E M A K E )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang