2. Ikut Campur

Depuis le début
                                    

"Ambil buku itu dan minta maaf sama Gea!" ucap Razka santai tapi terdengar menakutkan sekaligus membingungkan di telinga Sasya.

"H-hah?" bibir bawah Sasya yang sedari tadi digigitnya refleks terbuka mendengar nada perintah Razka.

"Cepat! Nggak usah sok bego."

"Nggak. G-gue nggak mau," jawab Sasya gemetar bercampur bingung dengan maksud kedatangan cowok ganteng itu.

Ini maksudnya, Razka ikut campur dan membela Gea?

Razka menyingrai mendekati Sasya, menatap gadis itu yang ketakutan. "Gue udah pernah bilang. Jangan gigit bibir lo. Dan. Gue. Nggak. Suka. Ngulang. Dua. Kali." ucap Razka penuh penekanan.

Sasya menggelengkan kepala sambil perlahan mundur dengan kaku. "Ta-tapi ... Gu-gue nggak mau!" ucap sasya kemudian lari dengan kaki gemetar.

~🍂🍂🍂~

"Sasya? Lo di apain sama Razka? Kenapa anak-anak ngomongin lo?" tanya Laura yang baru masuk kelas. Sepupunya itu langsung duduk di sebelah Sasya. "Gara-gara kemarin itu, ya?"

Sasya menggelengkan kepala dengan kedua tangan menutup wajahnya.

Ah, ada yang melihat keributan itu ternyata.

"Lo nggak di apa-apain, kan, Sya?" Tanya Laura lagi. Tidak puas hanya mendapat gelengan kepala.

Sepanjang perjalanan ke kelas, Laura mendengar nama Sasya, Razka, juga Gea di sebut-sebut. Laura nggak bertanya pada mereka, tapi langsung menemui sepupunya.

Diawal masuk sekolah, biasanya mereka pergi ke kelas bersama. Saat Sasya yang duluan datang, gadis itu akan menunggu Laura di gerbang. Begitu pun sebaliknya. Bahkan kadang mereka berangkat dari rumah yang sama. Karena Laura cukup sering menginap di rumah Sasya.

Tapi akhir-akhir ini, Sasya yang memang lebih sering datang duluan sudah jarang menunggu Laura. Karena setelah menjadi kakak kelas, sepupunya itu makin sering datang seenaknya. Bahkan kadang baru datang di detik-detik bel masuk berbunyi.

"Sya, jangan diem dong! Gue khawatir,"

"I'm okay, Ra." sahut Sasya akhirnya.

"Ceritain kenapa lo bisa sama Razka. Kenapa si ... siapa tuh, anak baru itu juga di sebut-sebut!" Laura menghadapkan Sasya sepenuhnya kearahnya.

Sasya tidak akan bercerita kalau tidak dipaksa. Untuk masalah tertentu Laura tidak akan memaksa, akan menunggu Sasya siap dulu. Tapi kalau masalahnya seperti sekarang ini, Laura wajib tahu.

"Lo pernah denger gosip Razka sama Gea?" Sasya malah bertanya.

"Gosip Razka yang bucin kak Tamara? Sering banget." Laura mengangguk. Secara otomatis otaknya memutar ingatan apa saja yang Razka lakukan untuk mengajak kakak kelasnya itu balikan. "Kalo gosip Gea belum pernah denger. Kenapa memang?"

"Maksud gue, gosip Razka pacaran atau lagi deketin Gea, gitu?"

Laura menggeleng. "Nggak. Razka mana mau deket sama cewek lain. Kenapa, sih? Kenapa muter-muter gini? Lo mau cerita atau buat gue pusing?"

Sasya menjatuhkan kepalanya ke atas meja. Enggan bercerita sebenarnya. Tapi Laura mengguncang bahu lemas Sasya dan merengek, memaksanya bercerita.

"Gue kenal Gea. Dan ada masalah sama dia. Jangan tanya masalahnya apa karena gue belum siap cerita,"

Laura menutup kembali mulutnya yang akan bertanya. "Oke."

"Razka datang ikut campur dan berada di pihak Gea." Lanjut Sasya.

After ROù les histoires vivent. Découvrez maintenant