Chapter 11 - I Shine for You

Start from the beginning
                                    

Ketika aku memandang kekelaman Istana Kegelapan, hari-hariku bersama Zveon di masa lampau masih terputar jernih di otakku. Salah satunya, ketika ia tengah merawat lukaku, tepat sebelum Anna menggelar sebuah pesta untuk merayakan kemenangan mereka melawan Damagus.

"Aku tidak ingin lagi berdansa dengannya."

"Kakak hanya ingin berdansa dengan Ziella ya?" sahut Stella saat itu.

"Begitulah."

Kemudian Zveon membawaku berdansa di tengah pusaran kunang-kunang dengan melodi musisi yang mengalun khusus untuk kami. Aku berlarian mengejarnya di bawah labirin penuh bintang, hingga kembang api meletup dan menyinari ciuman kami.

Hal yang sama terjadi di Pesta Fancy kami yang terakhir—Pesta Fancy satu-satunya tahun itu. Hanya saja, ia tidak bersamaku. Ia bersama Noola. Sampai berita duka itu menyayat hati belahan timur dunia, meninggalkan Noola dalam lautan pilu hingga Zveon harus selalu berada di sisinya untuk menjaganya agar tidak tenggelam.

Aku berada di tengah Warrior dan dibilas luruhan air mata langit ketika Zveon dan Noola saling berpelukan di samping makam mendiang Raja Claumere. Jubah kelamnya melingkupi tubuh mungil Noola ketika putri itu bertangkup di lehernya, dan hujan sama sekali tak menyentuh Noola—tak menyentuh siapa pun yang Zveon lindungi. Gigiku bergemeletuk ketika kurasa dingin meretakkan bagian yang terkuat dari tulang-tulangku, dan aku hanya bisa menggigil sebelum Forest menghalangi pandanganku.

"Cepat atau lambat, ia harus memiliki permaisuri yang mengantarkan generasi pemerintahannya. Dan ia, aku, atau siapapun juga tidak bisa menjamin keberhasilan hubungan kalian, Ziella. Kau juga tidak."

Aku ingat, Maggie sedikit membantuku berjalan pulang karena kakiku sangat sulit digerakkan saat itu. Alhasil, aku tak menghadiri acara penobatan Pangeran Forest karena Maggie menyuruhku beristirahat sejenak. Sampai malam itu, aku sama sekali tak berbicara dengan Zveon. Aku bahkan tak tahu lagi bagaimana aku bisa berinteraksi dengannya. Ia adalah Raja Dunia Kegelapan. Kupikir, inilah saatnya bagiku untuk menyadari betapa tak berharganya diriku.

Aku menutup kedua tirai jendela yang sedikit transparan, tak ingin menatap istana kegelapan itu lagi. Cahaya jingga mengarak jalanku menuju tempat tidur dengan selimut putih yang siap membalutku dengan mimpi. Akan tetapi, sebelum aku meringsut di atasnya, aku mendengar sebuah suara auman panjang dan menggema. Aku menoleh ke atas atap, mengira-ngira dari mana suara itu berasal. Sang Pyrenix tidak pernah mengeluarkan suara semacam itu; ia selalu berkaok, dan lagi pula, aku tahu ia sudah terlelap di pekarangan kami berjam-jam yang lalu.

Kemudian, sesuatu yang berkeretak terdengar samar. Seketika, aku merasa takut bila ada seorang penyusup yang berniat menyerbu kediaman kami. Namun, itu tidak mungkin, karena aku tahu Maggie telah mengaktifkan keamanan mansion itu dengan lingkupan sihir proteksi yang kuat. Aku membalikkan badan ke arah jendela kamarku lagi dengan siaga. Tirai-tirai transparan bergeming sambil menembuskan sedikit cahaya gemintang malam.

Sebuah bayangan terlihat menyelinap dari bagian luar jendela itu. Ia berdiri diam di depan kaca, terlihat begitu tinggi dan besar. Aku menarik napas dan hampir berteriak, sebelum bayangan itu mengetuk kaca jendelaku tiga kali dan mengeluarkan suara yang amat kukenal.

"Ziella, kumohon buka jendelanya..."

Mataku membelalak ketika aku mendengar suara bisikan lembut itu. Sebelum aku dapat kembali bernapas, bayangan itu kembali berkata.

"Ini aku. Zveon."

Kusingkap tirai itu ke samping. Panorama Demozre ditutupi oleh tubuh seorang pria yang mengenakan jubah hitam malam. Kontur tulang pada wajahnya begitu simetris dan tegas. Telapak tangan kanannya terpampang di permukaan kaca. Kedua netra merahnya mengobar ke arahku. Sementara itu, angin meniupnya dari arah timur, membuat rambut birunya tersibak ke depan, dan jubahnya berkibar beriringan dengan bendera West di istananya. Zveon menatapku dengan wajah memelas. Aku terkejut begitu lama, dan ia masih mengharapkan reaksiku.

Shine and Shadow (Dark and Light, #2)Where stories live. Discover now