EMPAT BELAS

21.2K 1K 36
                                    

Babak Keempat Belas
Kesepakatan yang ini hanya di antara kita
(Henry & Stacy Peterson)

Ballroom hotel begitu silau akan gemerlap gaun pesta dan perhiasan mereka yang memantulkan cahaya lampu. Wangi parfum mahal menguar menggoda hidung yang melintas. Di situlah Henry berdiri dengan rambut basah diberi gel dan disisir dengan sangat rapi. Potongan jasnya melekat dengan baik pada tubuh yang sudah kehilangan beberapa pound berat badannya. Tapi dia luar biasa tampan. Tak kurang sedikitpun. Paling tidak itu yang Stacy rasakan.

Well, ya, sesuatu menjadi lebih berharga ketika kita akan kehilangannya. Dan sangat berharga ketika sudah tidak ada. Itulah yang Stacy rasakan malam ini.

Ia terus memandangi suaminya yang berbahagia menerima ucapan selamat dari semua orang tanpa henti. Stacy tidak masalah karena tempatnya di sisi pria itu terisi oleh kolega-koleganya, ia memandangi suaminya dari jauh dengan sorot mata tak tergambarkan. Senang, sedih, haru, bercampur jadi satu.

Ia cukup terhibur karena diberi kesempatan oleh Marilyn merekomendasikan kue-kue manis untuk acara ini. Stacy menikmati cupcake kedua ketika seseorang menyentuh sikunya. Ia mendongak mendapati suaminya sedang tersenyum hangat. Sangat tampan, hanya itu yang ada dalam benak Stacy yang mulai tumpul.

"Kau penggemar berat cupcake ya." komentar suaminya membuat pipi Stacy merona.

Ia menelan sisa di dalam mulut sebelum menjawab. "Kau mau kuambilkan lagi-"

Henry lebih dulu melahap sisa gigitan di tangan Stacy, bibir dan lidahnya menyentuh jemari wanita itu membuat paha Stacy menegang dan lututnya lemas.

"Ini saja sudah cukup. Nah, ayo kita dengarkan sambutan Ignasius. Ia ingin melihat aku dan kau berdiri di sana dan menatapnya dengan sorot mata kagum padanya, kau bisa berakting seperti itu, kan?"

Stacy tersenyum, ia menyeka sudut bibir Henry dengan tisu, "Ayahmu sangat mudah untuk dikagumi, itu tidak akan sulit." sebelum menyeberangi lautan manusia menuju podium.

Tepat di tengah ruangan, Henry berhenti. Ia menarik tubuh Stacy mendekat hingga wanita itu membentur dadanya.

"Bagaimana denganku? Apa aku pernah membuatmu kagum, baby?" bisik suaminya.

Stacy terpaku menatapnya, apakah dia benar-benar ingin dengar jawabanku? Tapi akhirnya ia menjawab dengan pertanyaan.

"Apa kau tidak pernah memperhatikan caraku menatapmu?"

"Jadi itu bukan bagian dari sandiwara?"

"Selain hati, mata tidak pernah berdusta. Kau bisa mempercayainya"

Sudut bibir Henry membentuk senyuman puas. Ia menarik dagu Stacy lebih tinggi sembari merundukan wajahnya sendiri. Bibir mereka bertemu dalam sebuah ciuman. Ciuman hangat dan tulus dari hati ke hati. Bukan sandiwara. Stacy mengalungkan lengan ke leher Henry lalu membalas ciumannya, tidak peduli seberapa ramai orang-orang memberi semangat pada mereka. Ciuman itu adalah milik mereka berdua secara pribadi, bukan untuk memuaskan mereka yang masih penasaran dengan pernikahan mendadak itu.

Henry terkejut mendapati dirinya terengah-engah mencium Stacy di tengah kepadatan pesta. Ia menangkup wajah istrinya sambil menyentuh bibirnya yang bengkak.

"Ayo!" Stacy mengangguk menerima ajakan suaminya. Ia melirik Henry yang menggenggam tangannya dengan begitu posesif, melindunginya dari persinggungan dengan tamu yang lain membuat Stacy merasa spesial malam ini, ia merasa benar-benar menjadi Mrs Peterson yang sesungguhnya.

"Putraku selalu membuat kejutan di muka umum." Ignasius menanggapi tingkah putranya di tengah ballroom. Setelah memberi sederet lelucon dan juga kata-kata perpisahan akhirnya Henry secara tidak resmi menjadi komisaris. Upacara akan dilakukan pada hari kerja minggu depan, tapi malam ini Henry sudah bisa mendapatkan surat-surat warisan yang menyertai jabatan itu.

What Makes You Fall In Love (#2 White Rose Series)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu