DUA BELAS

8.3K 781 19
                                    

Babak Kedua Belas
Sangat manusiawi jika satu individu ingin terlihat istimewa di depan individu lain. Terlebih jika ada hati di antaranya
(Stacy Peterson)


Stacy menggunakan rayban sambil menikmati semilir angin di geladak. Henry sudah pergi begitu ia memastikan semuanya. Malam itu, sehari sebelum berangkat mereka sempat berbincang serius di kamar pria itu.

"Kau sudah mengunjungi Travis?" tanya Henry tak acuh ketika Stacy membantu suaminya berkemas.

"Yah," Stacy menjawab sambil meraih kemeja dari tangan Henry, ia menata kemeja itu di dalam koper, "Aku sudah menggunakan alat itu."

Henry mengangguk, ia diam menikmati tubuh istrinya yang bergerak lincah merapikan barang bawaannya.

"Kau tahu, Hanzel mundur dari kompetisi." Henry mengumumkan.

Stacy menoleh padanya, "Benarkah? Apa itu artinya kau bisa mendapatkan posisi itu lebih cepat?"

"Itu tergantung Papa."

"Mungkin sepulangnya dirimu dari Thailand."

Henry mengedikan bahunya, "Mungkin."

Stacy memandang lurus ke arahnya, "Aku juga punya kabar baik untukmu."

"..." suaminya diam menanti.

"Aku mendapatkan menstruasiku minggu lalu. Aku tidak hamil, kita bisa tenang sekarang." Stacy mengulas senyum lega.

Entah mengapa kabar yang seharusnya menggembirakan itu tidak terdengar seperti kabar baik di telinga Henry. Dulu, ketika Stacy berperan menjadi Anette dan mengatakan bahwa mereka memiliki bayi, Henry ingin jatuh pingsan. Ia ingin kabur bahkan ingin membawa gadis itu ke dokter kandungan terdekat untuk aborsi. Tapi sekarang ia justru mengingikan yang sebaliknya. Henry menampar pipinya sendiri membuat Stacy terkenjut.

"Aku sedikit mengantuk saja." Suaminya beralasan. "Jaga dirimu selama aku tidak ada, aku tidak ingin mendengar skandal yang kau ciptakan."

"Aku mengerti." Ia memberanikan diri untuk bertanya, "Kau jadi pergi bersama Ellene?"

Henry tidak langsung menjawab, ia menyentuh pipi istrinya. "Tidak. Mungkin aku mencari wanita di sana saja. Itu lebih aman."

Stacy memaksakan dirinya mengangguk, "Oke. Jaga dirimu di sana."

Mereka telah memutuskan untuk menjaga jarak. Mereka tidak akan mengulang kesalahan malam itu. Hatinya sudah cukup terluka dan proyek mereka masih panjang. Terlalu berbahaya untuk bermain hati.

"Kita sudah mendapatkan pembagian kamar." Sam menghampirinya di geladak. Gadis itu terlihat begitu ceria. Liburan ini terhitung mewah untuk seorang anak sekolahan.

"Kita sekamar?" tanya Stacy sambil berjalan bersisian.

"Kau keberatan?" gadis itu balik bertanya.

"Tentu saja tidak. Akan sangat menyenangkan memiliki teman sekamar."

"Paling tidak kau tidak perlu merindukan Henry sendirian."

Mereka sedang menertawakan betapa konyolnya Henry ketika seorang pria berkulit coklat dan seksi menghampiri mereka. Stacy merasakan perubahan gestur Sam di sisinya, seolah gadis itu membentuk pertahan diri tak kasat mata.

"Halo, Sam!" sapa pria itu lebih dulu. Kemudian ia menoleh pada Stacy, "Hai, cantik!"

"Hai. Hm, Stacy, kenalkan...dia Colin, pemilik yacht ini. Teman Royce dan Henry. Dan...Colin, ini Stacy. Istri Henry."

Kedua alis tebal Colin terangkat tinggi, pandangan pria itu jelas-jelas menilai penampilan Stacy. "Pasti ada sesuatu dari dirimu yang menarik perhatian pria itu." ia tersenyum, "Jujur saja aku terkejut mendengarnya menikah."

What Makes You Fall In Love (#2 White Rose Series)Where stories live. Discover now