Prolog

28.1K 1.3K 22
                                    

Ada tiga jenis kesan pertama; Baik, Buruk, dan Curious.
(Henry Peterson)

"Dasar pria brengsek!" gadis itu benar-benar menjerit di tengah keramaian klub kabaret, intonasinya berlomba demi mengungguli kebisingan musik dalam ruangan kedap suara yang luas itu. Tidak heran jika sekarang beberapa tamu di meja sebelah menoleh ke arah mereka secara terang-terangan.

Henry mengerjap bingung oleh karena itu ia tidak langsung menimpali, kimia alkohol mulai bereaksi melemahkan kerja otaknya yang cemerlang walau ia belum benar-benar mabuk. Irisnya mengamati wajah gadis itu melalui kelopak mata yang disipitkan dengan skeptis. Satu pertanyaan timbul dalam benaknya, siapa dia?

Sel-sel dalam otaknya bekerja keras membuka lembaran file yang tersusun—entah rapi entah berantakan—dalam istana pikiran. Ibarat file sudah di tangan, ia hanya perlu membukanya saja, lantas jeritan melengking gadis itu membuyarkan segalanya seperti ombak menyapu jejak di atas pasir. Hilang. Dan Henry terlalu malas untuk berpikir ulang. Apa pentingnya  aku berpikir untuk gadis mabuk ini? Tidak ada yang menarik darinya.

Henry menghela napas besar. Jelas sekali wajahnya terlihat meremehkan jerit histeris gadis itu.

“Kau-“ mau tidak mau Henry melirik telunjuk kecil yang menuding hidung mancungnya, “merayu wanita ini. Sementara aku-“ telunjuk itu beralih menuding wajahnya sendiri, “mengandung anakmu?”

Jika saja Henry sedang syuting sebuah opera sabun, sudah pasti terdengar efek gemuruh petir saat ini. Mendengar tuduhan itu membuat Henry kehilangan separuh kepercayaan dirinya. Akhirnya ia mendapatkan karmanya setelah menghabiskan masa produktif untuk berpetualang mencari kesenangan semalam di atas ranjang tanpa sebuah komitmen dan dilakukan dengan wanita yang berbeda setiap kalinya. Oh, sialan!

Otaknya mulai bekerja keras sekarang karena tuntutan hati nurani. Bukan berarti ia menyesali gaya hidup yang ia agungkan selama ini namun ia menyesal karena dari sekian banyak wanita mengapa harus gadis ini orangnya? Mengapa harus dia yang hamil? Gadis yang ia sendiri tidak ingat namanya bahkan bagaimana mereka membuat bayi dalam rahimnya. Benar-benar tidak ada kenangan tersimpan tentang mereka dalam kabinet pikiran Henry.

Bagaimana pun juga ini adalah pertunjukan paling memalukan sepanjang karir Henry sebagai Cassanova. Tertangkap basah sedang merayu wanita lain sekaligus dituduh menghamili pula. Baiklah, Henry pernah tertangkap basah sedang bercinta dengan wanita lain, namun menghamili? Sepertinya tidak. Henry belum pernah lepas kendali oleh karena itu ada yang harus ia selidiki lebih lanjut. Bisa saja gadis ini seorang penipu. Gagasan itu sedikit terasa melegakan.

Masih belum puas hanya dengan mengumbar aib mereka—jika memang terjadi—tangan kecilnya meremas kerah kemeja Henry, mendekatkan wajah mereka kemudian…menangis. Astaga! Senjata andalan perempuan.

“Bertanggung jawablah, Henry-“ katanya dengan nada putus asa membuat percaya diri parlente itu kembaligoyah, “…kau tega melakukannya padaku malam itu. Aku sudah berkata jangan namun kau tetap melakukannya.” ia mengguncang tubuh tegap Henry sekali lagi, “Kita akan mempunyai bayi.”

Masih belum sanggup berkata apapun soal tuduhan itu, ia membiarkan sang gadis menangis tersedu sambil menguburkan wajah tegasnya di dada Henry. Satu tangannya hampir terangkat untuk membelai rambut gadis itu namun ia urungkan tepat waktu. Hampir saja.

Ia merasakan Kate beranjak dari tempat duduknya. Kate, wanita yang ia kencani malam ini berdiri dengan wajah jengah. “Kurasa kalian harus menyelesaikan ini berdua, aku akan pindah meja.”

Henry buru-buru menangkap pergelangan tangan mulus Kate yang dihiasi gelang emas putih elegan. “Ini hanya salah paham, bolehkah aku menemuimu setelah membereskannya?” katanya. Tapi kemudian ia tersentak ketika merasakan sepasang lengan kecil memeluk pinggangnya erat. Gadis itu berusaha memisahkan Henry dari Kate.

What Makes You Fall In Love (#2 White Rose Series)Where stories live. Discover now