EMPAT (4.2)

12.4K 1K 8
                                    

Stacy mencermati kembali riasannya di cermin, hidungnya bebas minyak dan semuanya sempurna. Kemudian ia beralih pada bibirnya, sekarang ia menggunakan lipstik berwarna peach yang hampir senada dengan warna pipinya yang bersemu merah lantas merasa ragu. Ia menoleh pada pria yang sedang fokus mengendalikan kemudi.

"Apakah menurutmu aku terlihat pucat dengan lipstik ini?" tanya Stacy dan Henry hanya melirik sekilas.

"Kau cukup baik dengan itu." Jawab Henry.

"Tapi sejauh yang kutahu wanitamu tidak terlihat seperti ini." Stacy tampak putus asa, pergi ke salon jelas tidak ada cukup waktu. Ia mengeluarkan isi tas riasnya dan menemukan dua lipstik berwarna merah marun dan merah muda, "Mari kita buat ini terlihat nyata." ia menyodorkan dua batang lipstik ke arah Henry, "Pilih yang sesuai."

Henry mengambil lipstik merah marun dan menyerahkannya pada Stacy.

"Oke." gadis itu menghapus lipstik di bibirnya kemudian memulas dengan warna baru.

Ketika Henry mencuri pandang ke arahnya dengan ekor mata. Ia menyadari bahwa Stacy tidak cocok menggunakan itu, gadis itu lebih cantik berdandan seperti tadi menjadi dirinya sendiri. Tapi Henry tidak akan protes toh mereka hanya bersandiwara. Ia cukup menghargai totalitas Stacy dalam bekerja.

Henry memarkir mobilnya di pelataran ketika sampai di kediaman Ronald. Gwen, istri Ronald baru saja melahirkan anak pertama mereka dan sekarang seluruh keluarga muda berkumpul. Henry memanfaatkan acara ini untuk memperkenalkan Stacy pada keluarga besar mereka karena tiba-tiba muncul di depan publik dengan status 'menikah' tentu lebih aneh lagi.

Ia menunggu Stacy turun sendiri dari mobil dan berjalan bersama. "Sebentar-" ujar Henry menghentikan langkah mereka, "lipstik mengotori tepian bibirmu." katanya sembari mengusap kulit Stacy.

"Oh, biar kubereskan." dengan sigap Stacy meraih tasnya tapi Henry menahan.

"Tidak perlu." ia mengusap lagi, "sudah beres. Ayo kita masuk."

Stacy menyentuh jejak jari Henry di bibirnya, "Apa benar aku sudah rapi?" gerutunya pelan karena tidak yakin dengan penampilannya.

Orang pertama yang mereka jumpai adalah Cindy. Gadis itu berdandan sangat cantik untuk acara ini, namun senyum manisnya lenyap ketika melihat gadis yang dibawa oleh Henry.

"Cindy." sapa Henry ramah namun gadis itu bersungut-sungut padanya.

"Kalian berkencan?" alisnya bertaut memandang keduanya bergantian, "Dia gadis penjual kue itu, bukan?"

"Ya, namanya Stacy." jawab Henry santai.

"Apa yang sudah terjadi waktu itu? Seharusnya aku tidak membiarkan kalian berdua bersama. Aku kecewa padamu, Henry." remaja itu menghentakan kakinya pergi dari hadapan Henry dan Stacy dengan raut wajah kecewa.

Stacy tidak bergerak, ia dan Henry hanya saling melirik penuh pengertian. "Kau baru saja mematahkan hati seorang gadis muda."

Henry menggandengnya lagi dan mereka berjalan berdampingan, "Lebih baik seperti itu. Aku tidak sanggup menikahinya, ketika dia jelas-jelas mencintaiku tapi aku bahkan tidak memiliki perasaan apapun. Suatu hari aku akan berselingkuh dan dia akan merasakan patah hati yang lebih mengerikan lagi." ia melirik wajah Stacy sekilas lalu tersenyum jahil, "Lagi pula ada seorang gadis datang menawarkan pernikahan yang kuinginkan."

Stacy tersenyum malu karena sindirannya tapi kemudian ia tersentak, ia menoleh dengan raut wajah protes, "Oh, kau berniat untuk selingkuh setelah menikah?" Stacy menyesali nada bicaranya yang seperti kekasih sungguhan. Astaga, dia cemburu.

Henry tersenyum miring lalu merunduk ke arahnya, "Kita hidup masing-masing, ingat? Kecuali kau bisa menahanku di atas ranjang dengan keahlianmu. Mungkin saja kau bisa menjinakan 'lil bro' yang liar ini, maka aku tidak akan mencari wanita lain."

What Makes You Fall In Love (#2 White Rose Series)Where stories live. Discover now