TIGA (3.1)

12.7K 992 11
                                    

Babak Ketiga:
Ketika membuat kesepakatan dengan iblis adalah satu-satunya cara.
(Stacy Connor)

Henry menatap malas pada penyanyi klub yang tampil kelewat seksi namun sebanding dengan suaranya yang merdu. Ia lebih banyak melamun sambil menatap ke dalam gelasnya yang baru tersentuh sedikit ketimbang memandangi wanita itu.

Tapi memang itu tujuan Henry datang kemari. Menyaksikan Meredith bernyanyi sebelum membawa wanita itu pulang untuk menghangatkan ranjangnya.

Masalah yang ada di depan mata benar-benar membuatnya pening. Hanzel sungguh sangat curang karena melakukan hal sepicik itu. Sekarang ia butuh wanita sebagaimana fungsi tubuh mereka seharusnya. Henry butuh bercinta karena memacu mobil sport di jalan tol ditambah denda tilang masih tidak cukup meredakan emosinya.

Hatchi!

Kepalanya tersentak, menoleh ke arah seorang gadis blonde berpotongan rambut bob yang baru saja membersit hidungnya yang sudah tampak merah.

Sebuah rasa penasaran menggelitik, ia ingin memperhatikan gadis itu lebih lanjut karena rupanya Henry mulai tertarik sekarang. Maaf Meredith, sesalnya dalam hati.

Harapannya pupus ketika pria gugup yang duduk bersama gadis itu tiba-tiba berlutut di kakinya. Apakah pria itu terserang ayan? Henry siap untuk memanggil petugas keamanan klub dan dengan senang hati menemani gadis itu menggantikannya.

Tapi bukan. Pria itu tidak ayan karena ia mengulurkan sebuah kotak beludru yang familiar di mata Henry. Kotak yang selalu Henry berikan kepada setiap wanita yang menjadi teman kencannya.

Sialan! Ini sebuah lamaran. Pria itu terlihat sangat lemah dan tidak sebanding untuk mendapatkan gadis blonde penuh semangat walau sedang terserang flu.

Henry mengalihkan pandangannya dari pasangan itu. Ia tidak ingin menjadi saksi romantis dua anak manusia yang memutuskan untuk menjadi bodoh karena mengikat diri satu sama lain. Apa enaknya terikat? Please, anjing saja tidak senang diikat.

Seorang pengantar minuman berjalan lurus ke arah mereka. Langkahnya sangat tegas di atas sepatu berhak tinggi. Ia sedang membawa bir dingin dalam pitcher di tangan sebelah kiri. Apakah wanita itu akan menginterupsi lamaran tersebut? Henry kembali tertarik untuk menyaksikannya. Bahkan sekarang ia menopangkan dagunya seperti sedang menyaksikan sebuah pertunjukan teaterikal.

Detik berikutnya membuat Henry hampir terjungkal dari bangku sempitnya. Wanita pengantar minuman itu menuang bir dalam pitchernya. Bukan ke dalam gelas mereka tapi ke atas kepala si gadis blonde.

Gadis cantik itu menjerit kedinginan dan tidak terima namun seperti yang Henry duga, pria lemah itu diam saja melihat keduanya adu mulut. Henry ingin sekali menarik si blonde pergi dari sana tapi sisa bir dalam pitcher kembali dituangkan ke atas kepalanya.

"Apa yang kau lakukan pelayan murah?" Henry nyaris tertawa keras mendengar betapa kasarnya gadis blonde itu menghinanya. Tapi yah, ia salut, gadis itu memang sudah sepantasnya membela diri.

"Jared tidak akan melamarmu karena kami masih bertunangan." pelayan itu mengangkat pitchernya, membuat Henry was-was jika benda itu mendarat di atas kepala si gadis blonde. Tidak! Jangan dulu, aku belum merasakannya, jangan pecahkan kepalanya. Bisik Henry dalam hati.

Gadis blonde itu menuding wajah si pelayan, "Kau meninggalkannya, ingat?"

"Kami hanya berpisah sebentar untuk saling introspeksi diri masing-masing tapi kau datang merusak segalanya."

Si blonde mengabaikannya dan bergelayut manja pada pria lemah, "Sayang..." tapi pria itu diam saja. Ingin rasanya Henry meninju hidungnya yang berbentuk paruh.

What Makes You Fall In Love (#2 White Rose Series)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz