DELAPAN (8.2)

11.4K 977 8
                                    

Di tengah badai yang menyerang Superfosfat, Henry dibebani oleh musuh abadi dalam selimutnya, Hanzel. Seharusnya pria itu mendukung keputusannya untuk merumahkan sebagian pegawai mereka sementara hingga kondisi perusahaan kembali pulih.

Namun yang dilakukannya justru membentuk kubu untuk menyerang Henry. Mendukung karyawan yang berdemo menolak PHK massal, mempengaruhi sebagian karyawan yang tersisa untuk bekerja lambat. Segala cara ia lakukan.

Semua karena Hanzel Peterson berperan aktif menggalang dukungan untuk menjadikannya komisaris selanjutnya menggantikan Ignasius. Pria itu masih belum puas menggantikan posisi Royce pada bagian audit internal pasca pengunduran diri, ia ingin melakukan lompatan besar dengan memanfaatkan momen pensiun dini Ignasius yang bertepatan dengan krisis yang dialami Superfosfat. Setelah Royce mengundurkan diri, pilihan untuk calon komisaris selanjutnya tinggal mereka berdua, Henry dan Hanzel.

Merasa tidak mampu menyaingi ide brilian Henry serta cara kerja pria itu yang 'super tega' Hanzel memanfaatkan kelemahan Henry, yakni personal brandingnya yang dikenal buruk.

Hanzel berhasil menghasut sebagian besar dewan direksi yang merupakan orang di luar garis keturunan Peterson. Ia mengangkat citra perusahaan sebagai senjata dikaitkan dengan situasi dimana perusahaan mereka bergerak, yakni masyarakat. Semua itu menjadi masuk akal untuk dipertimbangkan. Kini sebagian kecil pendukung Henry berbalik menyatakan dukungannya pada Hanzel.

"Sepuluh persen menuju pernikahan, benar?" suara rendah itu membuat Stacy sontak memutar tubuhnya. Ia berada di gedung pencakar langit Superfosfat karena Henry berencana mengajaknya makan siang sekaligus membicarakan langkah mereka selanjutnya.

Matanya melebar mendapati seorang pria dengan tinggi tubuh rata-rata dan wajah yang tampan. Peterson memang memiliki jaminan berwajah tampan walau kualitas otak mereka cenderung bervariasi.

"Hanzel." Stacy membalas sapaannya. Jika saja tidak diperingatkan lebih dulu oleh Henry bahwa pria di hadapannya adalah musuh utama Stacy, mungkin sekarang gadis itu sudah gemetar mendapatkan tatapan seperti itu. Tidak tajam, hanya intens dan...misterius.

Pria itu menikmati kesendirian mereka di ruang tunggu, ia hanya berjarak satu meter dari tempat Stacy berdiri. "Aku tidak tahu perjanjian seperti apa yang kalian sepakati. Tapi menjadi istri bayaran?" pria itu menggeleng iba, "apakah kalian benar-benar melakukannya? Maksudku, bahkan apakah kalian tidur satu ranjang? Bercinta? Jika ya, mungkin Henry memang telah menyewa jasa seorang pelacur cantik."

Seperti api yang menjalari minyak, emosi Stacy sangat cepat tersulut. Ingin rasanya ia menampik segala tuduhan Hanzel. Alih-alih marah, Stacy mendapati dirinya menitikan air mata ketika membalas tatapan pria itu.

"Memang sulit dipercaya bagi kami untuk melangsungkan pernikahan tanpa menimbulkan spekulasi. Henry memilih waktu yang tidak tepat untuk kami berdua menikah. Apa sebaiknya kami menunda pernikahan ini setelah dia menjadi komisaris? Tapi tidak, kau sendiri yang membuat pengaturan ini dan kau akan kalah oleh senjatamu."

"Jangan kau pikir bahwa pernikahan adalah awal dari kemenangan. Aku tidak akan mundur begitu saja sekalipun kalian menikah."

"Percuma saja kau mengatakan ini padaku, aku tidak ada hubungannya dengan persaingan bodoh kalian berdua."

"Kalau begitu ceritakan padaku awal mula kalian bertemu."

"..." Stacy tertegun, ia tidak siap dengan serangan pertanyaan seputar bagaimana mereka bertemu, bagaimana mereka jatuh cinta, dan sebagainya.

Saat itulah pintu terbuka dan Henry berdiri di sana bak seorang malaikat bersayap bagi Stacy. Pria itu menatap Stacy lalu beralih pada Hanzel. Alisnya berkerut dan wajahnya begitu masam terlebih karena melihat air mata di wajah Stacy.

What Makes You Fall In Love (#2 White Rose Series)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz