11.Peringatan

221 24 101
                                    

Laura mengerjap pelan. Kedua mata indahnya perlahan terbuka. Ia menyentuh keningnya.

"Kak Gian.." lirih Laura. Ia melirik sekelilingnya tak ada orang disana.

Serba putih gini ruangannya

Gue udah mati ya?

Ini surga?

Laura menatap selang yang terpasang di tangan kanannya. Ia meraba sesuatu yang membantunya bernafas.

"Apaan nih?"

Tiba-tiba pintu terbuka dan menampakkan beberapa orang berpakaian serba putih menghampirinya.

"Ini dimana?" lirih Laura menatap tiga orang berpakaian serba putih.

"Sudah sadar? Bagaimana? Apa anda masih merasa sakit?"

Laura menatap orang itu bingung.

"Maaf saya ini dokter yang menangani anda.."

Owalah anjir ganteng nih dokter

Masih muda lagi

"Nona.." Dokter itu menggoyang-goyangkan telapak tangannya ke arah wajah Laura.

"Eh.. Iya dok, kakak saya mana?" Dokter itu tersenyum sekilas.

Meleleh deh gue liat ginian

"Pasien bernama Anggian yang datang bersama anda?" Laura mengangguk. "Dia baik. Hanya ada sedikit luka lebam di wajahnya saja. Malah sebaliknya, anda yang lebih parah nona.." Laura kaget mendengar penuturan dokter itu.

"Sa-saya kenapa dok?"

"Anda mengalami patah tulang belakang sebelah kiri.. Dan itu membutuhkan pemulihan yang lama. Mengingat luka anda yang cukup parah.."

"Kok bisa ya dok?" tanya Laura dengan wajah tanpa dosa. Entah Laura yang gagal paham atau memang otaknya yang lemot atau mungkin ingatannya belum kembali.

Dokter itu terkekeh kembali. Kedua suster yang bersamanya pun terlihat tersenyum melihat tingkah Laura yang lucu.

"Saya tidak tahu soal itu nona. Dan ya anda harus rutin check up ke sini. Untuk pemulihannya. Dan saya yang akan menangani anda.."

Asik ketemu tiap hari nih

Laura menatap dokter itu dengan senyum tipisnya.

Astaga Laura, lo kan sukanya kak Reyhan ngapa lo genit si ah

Laura menggeleng pelan ketika pikirannya kembali terfokus kepada Reyhan.

Ngomong-ngomong soal Reyhan? Kemana dia? Kenapa Laura tak melihat dia disini menjaganya?

"Ya sudah saya pamit dulu. Anda, beristirahatlah yang cukup.."

"Hah?" Laura kaget karna sibuk memikirkan Reyhan membuatnya lupa kalau di ruangan itu ia tak sendiri. "Eh maaf, iya-iya dok.." lanjut Laura kikuk.

***

"Gi, lo yakin mau keruangannya Laura?"

Anggian terduduk.

"Iyalah. Gue udah sembuh juga. Lagian ngapain coba pake di rawat segala." Gian melepas selang infus yang tertempel di tangan kirinya.

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now