2.Hari Pertama Sekolah

306 46 71
                                    

07:50 am

Gian memarkirkan mobilnya dengan sempurna. Ia turun kemudian membukakan pintu untuk adiknya. Pasang mata menatap Gian di parkiran dengan tatapan memuja.

"Ayo turun." kata Gian membuat beberapa orang penasaran siapa yang berada di mobil Gian.

Laura turun dengan tatapan datar. Ia memandang kesal ke arah sang kakak.

"Sok manis lo!"

Itulah kata yang keluar dari mulut Laura, Gian tersenyum. Entah orang seperti apa dia yang memang selalu berubah-ubah sifatnya.

"Kamu mau kemana?"

Laura menatap kesal kakaknya yang menggunakan logat aku-kamu setelah tadi menggunakan logat lo-gue.

"Kelaslah. Lo kira ngantin?"

"Kalo bicara sama kakak kamu itu yang sopan Laura." Gian menarik lengan Laura.

"Kan lo yang ngajarin gue kak." Laura berjalan beriringan dengan Gian. Dia melihat pasang mata sedang menatap ke arahnya horor.

"Ganti logat Ra!"

"Ogah ah."

"Ganti gak?"

"Eh!" kaget Laura, saat beberapa gadis menghadang jalan mereka. Gian menatap mereka datar.

"Kak Gian dia siapa?" tanya gadis berambut pendek.

"Pacar kakak?" tanya gadis berambut hitam panjang dengan wajah sendu.

"Kak Gian, dia pacar kakak beneran?" kini seorang gadis dengan tampilan hits nya mulai berbicara dengan mata yang berkaca-kaca.

Entah memang pada dasarnya sifat kedua kakak-beradik itu sama atau apa. Mereka sama-sama memasang wajah datar.

"Minggir.."

Kata-kata itulah yang keluar dari mulut Gian. Dia menarik Laura pergi dari sana. Para gadis pemuja Gian pun kesal dengan sikap Gian ditambah Laura yang mereka kira adalah kekasih Gian.

"Sepopuler itukah kakak disini?" sindir Laura, membuat Gian tersenyum remeh.

"Parah! baru juga masuk sekolah udah jadi tontonan aja kita." bisik Laura di saat ia dan Gian berjalan di koridor sekolah. Kali ini bukan main semua pasang mata menatapnya tak suka.

"Udah nikmatin aja. Ini resiko punya kakak ganteng kek gue."

"Ew jijik."

Gian terkekeh mendengar lontaran adiknya dan segera merangkul kan tangannya di leher Laura.

"Eh lepasin kak. Lo apa-apaan sih." Laura memukul lengan Gian yang merangkul dirinya dan membuat kepala Laura mengarah ke ketiak Gian.

"Diem aja napa? Lo berisik tau gak!"

"Diem-diem gundulmu! Ketek lo bau kak, Ogah gue!" Laura berlari kearah lapangan dimana para murid baru sedang berkumpul.

"Sialan lo! Eh awas hati-hati ntar jatoh.." teriak Gian lalu melanjutkan jalannya walaupun kesal tapi ia tetap khawatir dengan adiknya.

"Iya.." balas Laura melambaikan tangannya dengan jalannya yang mundur kebelakang.

.
.
.

Dug

Laura berhenti ketika tubuh belakangnya seperti menabrak sesuatu. Ia menoleh dengan tatapan polosnya menatap orang yang ia tabrak.

Deg

Jantungnya seperti berhenti berdetak melihat orang yang berada di depannya dengan postur tubuh tinggi tak lupa rambut yang tertata rapih dengan topi seperti ciri khasnya.

"Lo ngapain berdiri disini?"

Laura tetap diam membisu menatap pahatan Tuhan yang ia rindukan didepannya.

"Woi!" teriak laki-laki itu tepat di depan wajah Laura.

Laura tersentak kaget. Ia menatap sekelilingnya. Ia berada di tengah lapangan dimana sedang di langsungkan upacara pembukaan masa orientasi siswa.

Semua pasang mata menatapnya. Semua tertawa ketika menyadari Laura yang tak tau malu.

Sial

Laura mengumpat dalam hatinya. Ia benar-benar malu sekarang. Lalu ia menatap ke sekeliling murid-murid hendak mencari tempat kosong.

"Lo mau kemana?" Laki-laki itu seperti tau pikiran Laura pun menarik tas punggung laura kasar.

"Apaan sih kak? Lepasin, gue mau baris!"

Sumpah demi apa? Laura membentak laki-laki di depannya membuatnya mengatupkan mulutnya cepat atas kecerobohan mulutnya.

"Ups! Maaf..." sesal Laura, membuat laki-laki itu tersenyum menyeringai.

"Lo boleh baris.. Tapi di sana.." tunjuk laki-laki itu kearah tiang bendera. Laura mengikuti arah tangan laki-laki itu dan dengan cepat hendak melayangkan protes.

"Gak ada protes, lo udah telat!"

Laura diam. Ia mengangguk pasrah. Menahan malu berbaris di depan bendera di saksikan beratus pasang mata.

Sialan!

Gian menatap ke arah lapangan. Ia melihat adiknya di permalukan disana namun dia hanya diam. Percuma dia bertindak karna itung-itung ini sebagai pelajaran adiknya.Ia pun berjalan masuk ke dalam kelasnya.



Part 2
Happy reading ya :*
Vomment :*

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now