"Berisik ah, pulang sana," usir Shafira keki namun Sarah tetap cuek dan tetap tertawa.

****

Shafira turun dari lantai dua rumahnya dengan menggunakan celana jeans dan kaus bergambar kucing. Hari sabtu ini dia dan mamanya sudah janjian akan pergi ke pasar majestik untuk belanja bahan. Sebenarnya tidak ada event apa-apa, tapi entah kenapa Shafira ingin sekali membuat baju untuk dirinya sendiri.

"Ma, udah siap belum?" teriak Shafira dari ruang tv karena dia terlalu malas untuk masuk ke kamar orangtuanya.

"Yah, mama gak jadi ya. Diajakin ke Thamrin city sama bu Wiwin," sahut mamanya yang ternyata sudah rapih juga.

Shafira cemberut. "Yah gimana sih, bilang kek dari tadi," serunya keki.

"Ikut mama aja, yuk," ajaknya.

"Ah bilang aja minta dianterin," gerutu Shafira yang disambut tawa sang mama.

"Nanti mama traktir makan deh," bujuknya.

"Yaudah deh, daripada aku bete," Shafira bangkit dari duduknya dan berjalan menuju garasi rumahnya. Wajahnya semakin tertekuk begitu mengetahui mobil kecil dirumahnya sudah tidak ada.

"Loh mobil kecil aku mana, ma?" tanya Shafira.

"Di bawa papa kayaknya, dia ke Serang sama kakak. Disana kan susah jalannya sempit makanya bawa mobil kecil," jelas sang mama.

"Ih yang ada harusnya papa bawa mobil monster, jalanan rusak masa bawa mobil kecil," gerutu Shafira sambil membuka pintu mobil Pajero milik sang papa.

Shafira benar-benar gak habis fikir. Seharusnya ketika papa nya pergi ke kebun milik mereka di Serang, biasanya beliau akan membawa mobil Pajeronya karena memang medan yang dilalui cukup berat dan Shafira paling anti membawa mobil itu karena selain besar, Shafira yang tubuhnya gak terlalu tinggi dan berisi membuat dia gak percaya diri untuk bawa mobil papanya itu.

Selama perjalanan Shafira hanya diam karena fokus pada jalanan macet yang mereka lalui. Beratnya mengemudi mobil besar itu repot kalau saat macet, gak bisa nyelip-nyelip dan nyempil-nyempil jadi harus ekstra sabar apalagi kalau disalip mobil kecil karena Shafira jarang menggunakan mobil papanya ini jadi gak berani terlalu mepet dengan mobil depan. Mau maki-maki tapi nanti dosa sendiri jadilah Shafira harus berkali-kali menghela nafas.

"Macet ya Ra, dikira gak akan semacet ini," gumam bu Wiwin dari kursi belakang.

Ira -mama Shafira- mengiyakan dan mereka kembali membicarakan hal-hal yang terjadi dikomplek perumahan mereka hingga gosip-gosip artis masa kini dan Shafira gak mau ikut bergabung dalam pembicaraan itu.

Setengah jam kemudian, Shafira menghentikan mobilnya di lobi untuk menurunkan mamanya juga ibu Wiwin. "Kamu gak turun?" tanya sang mama.

"Gak ah, mau keliling dulu. Mau aku jemput lagi apa gimana?" tanya Shafira. Dia oke-oke saja jika harus menjemput mamanya walaupun tadi sedikit keki tapi dia sudah ikhlas gak jadi beli bahan dengan mamanya.

"Gak usah. Mama bisa pulang naik uber atau kereta. Kamu hati-hati ya bawa mobil gede kalau bisa pulang aja," pesan mamanya.

"Hati-hati ya, Fir. Makasih udah dianterin," ucap bu Wiwin.

Shafira menganggukan kepalanya sambil mengacungkan kedua jempolnya kemudian kembali melajukan mobilnya menuju jalan raya. Setelah berkeliling tidak tentu arah, Shafira membelokkan mobilnya menuju mcdonalds karena hanya restoran cepat saji itu yang punya lahan parkir kosong dan cukup luas untuk Shafira memarkirkan mobil raksasanya papanya ini dengan rapih.

His PromisesWhere stories live. Discover now