Saudaranya mengangguk senang dengan mata bersinar cerah, "Tuan ini dan kekasihnya yang memborong."

Stacy mengikuti arah telunjuk Viviane. Ia berhasil untuk tidak terkesiap mundur ketika matanya bertemu dengan Henry. Pria itu begitu dekat dengannya dan setampan biasanya.

"Kekasih?" bisik Stacy lirih untuk dirinya sendiri. Kemudian ia memandangi Henry dan Cindy bergantian. Sengatan rasa yang begitu asing singgah di hatinya, rasanya terlalu aneh karena sekarang ia kecewa. Kecewa atas dasar apa? Stacy memarahi diri sendiri.

Stacy menegakan punggungnya, ia mengalihkan pandangannya kepada kue-kue yang sudah terjual sambil membasahi bibirnya lalu berkata, "Sayang sekali." Ia memindahkan kue-kue itu kembali pada tempatnya.

"Tidak masalah. Tolong bagikan kue-kue ini pada anak pramuka yang menunggumu tadi, mereka mendapatkannya gratis." Cetus Henry lagi membuat Cindy dan Viviane memekik senang.

Stacy mendongak, menatap mata Henry sesaat untuk memastikan apakah ada kilau mengejek dalam tatapan pria itu. Tapi ia tidak mendapatkan yang ia cari, Stacy kembali memasukan kue-kue ke dalam kotak sambil menggigit bibirnya sendiri. Benaknya berputar-putar, pikirannya terpecah antara hal krusial dan hal asing yang sifatnya mengganggu.

Semalam ketika selesai membuat kue, Stacy memutuskan untuk menginap di Little Sunny. Mereka menghabiskan waktu bersama hingga tengah malam lalu berdoa bersama. Suasana haru menyelimuti mereka saat itu. Stacy berbagi kamar dengan Viviane, gadis itu tidur terlalu cepat karena kelelahan. Sementara Stacy diam memikirkan solusi atas masalah mereka.

William benar, aku bukan superhero. Tidak ada yang bisa kulakukan. Ia sempat berpikir untuk meminta bantuan seseorang yang selama ini mengirimkan anak buah untuk mengawasinya dari jauh, namun Stacy ragu. Pria itu penjahat, yayasan rohani dan penjahat adalah dua hal yang bertentangan. Suster Abigail pasti lebih memilih anak asuhnya dibesarkan oleh panti asuhan lain ketimbang oleh seorang penjahat.

Kemudian ia juga sempat memikirkan pria yang sekarang berdiri tegang di sisinya. Bagaimana jika Stacy menerima proyek dari Henry dengan syarat pria itu mau memenangkan gugatan melawan William. Stacy akan membantu pria itu mendapatkan warisannya. Solusi yang bagus karena Henry hanya menginginkan pernikahan temporer dan Stacy bersedia memberikannya.

Namun sepertinya sudah terlambat, rupanya roh kudus turun dalam tidur pria itu, mensucikan otaknya dan membuka mata batinnya karena sekarang Henry bersedia menikah. Jalan yang bisa ia coba sekarang adalah meminta bantuan si pria misterius, asalkan suster Abigail tidak mengetahuinya maka semua akan baik-baik saja. Toh sama saja, Stacy tetap menggadaikan jiwanya, entah itu pada Henry atau pada pria misterius.

Selesai menata kue, Stacy menguatkan diri untuk mendongak menatap pria itu. Ia berhasil menguasai diri karena sekarang ia mampu tersenyum cerah dan penuh syukur padanya, "Terimakasih, Anda sungguh murah hati. Saya akan menyampaikan pada mereka bahwa kue ini gratis, pemberian Mr Henry dan-" ia menoleh pada kekasih pria itu dengan wajah bertanya.

"Cindy." Jawab gadis itu mantap.

"Mr Henry dan Miss Cindy." Stacy berhasil mengulang nama mereka dengan tegas sebelum berbalik pergi.

"Biar aku ikut denganmu." Kata Henry di belakangnya membuat langkah Stacy tertahan.

"Tapi aku kepanasan." Protes Cindy manja.

"Tunggu di mobil bersama Tally, aku tidak akan lama." Dalam lima langkah pria itu berhasil menjajari Stacy dan mereka pergi bersama.

Stacy mempercepat langkahnya karena Henry merentangkan telapak tangannya di punggung Stacy. Panas dengan cepat menjalar dan Stacy mengutuk reaksi tubuhnya sendiri.

What Makes You Fall In Love (#2 White Rose Series)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ