Namun Daniel hanya menggeleng lalu kembali menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher sang ayah.

"Baiklah, ayo kita temui momma." Seru Taehyung pelan.

Taehyung baru saja memasuki ruangan kerjanya dengan Daniel yang beberapa kali menguap lebar di gendongannya. Hal pertama yang ia temukan adalah sosok Lian yang tampak menemani Dariel bermain mobil-mobilan di sofa. Melihat itu tak ayal membuat senyuman Taehyung semakin merekah—hatinya selalu dipenuhi rasa bahagia kala melihat keluarga kecilnya yang berkumpul. Sepertinya hari ini dia banyak tersenyum karena berbagai hal.

Memang sudah sepatutnya ia bersyukur.

"Sepertinya mereka kelelahan." Ungkap Taehyung begitu dirinya dan Daniel telah ikut bergabung di sofa. Sedikit mengubah posisi Daniel agar lebih nyaman menyandar pada dadanya.

Lian mendongak, mendapati wajah lelah Daniel di pangkuan suaminya. Tangannya kemudian terulur ke depan, mengelus sayang surai kelam putra sulungnya itu. "Seharusnya mereka sudah tidur siang sejak tadi."

Netranya pun kembali beralih pada sang adik—Dariel—yang sekarang juga mulai menguap beberapa kali dan sesekali merengek padanya.

"Bagaimana denganmu?"

Lian yang akan beranjak untuk mengambil dot susu milik kedua putra mereka itupun mengurungkan niat. Menatap Taehyung dengan sebelah alis yang terangkat. "Apa?"

"Apa kau lelah mengurus twins kita?"

Tentu saja mendengar pertanyaan pria ini membuatnya ingin tertawa. Bagaimana bisa dia punya pemikiran seperti itu? Maksudnya, kenapa dia harus merasa lelah jika itu memang sudah menjadi tugasnya sebagai seorang ibu dan juga seorang istri?

"Aku tidak merasa lelah. Aku malah senang karena bisa merawat dan melihat pertumbuhan mereka."

Taehyung menatap lamat-lamat sang istri yang baru saja bangkit dari sofa kemudian mengangkat tubuh Dariel untuk dipindahkan ke ruang istirahat yang berada di dalam ruang kerjanya.

Sebenarnya dia hanya khawatir jika ternyata istrinya ini kelelahan karena harus mengurus dua bayi kembar mereka secara bersamaan, mengingat mereka sama sekali tidak menggunakan jasa dari babysitter sejak kelahiran twins mereka. Bukankah itu melelahkan? Dia hanya tidak ingin kalau istrinya sakit. Apakah itu berlebihan?

"Kalau begitu kita tambah adik bayi lagi bagaimana?" tawar Taehyung yang kemudian ikut bangkit dari duduknya, berjalan mengekor di belakang Lian. "Ah... Aku sangat merindukan masa-masa malam pertama kita." Desahnya.

Lian memejamkan mata sejenak. Bisa ia rasakan telinga dan juga wajahnya yang tiba-tiba memanas—dia sangat malu. Bagaimana bisa pria ini melontarkan kalimat-kalimat tersebut dengan entengnya? Dengan penuh rasa malu sekaligus kesal Lian mencoba untuk mengabaikan ucapan Taehyung. Anggap saja dia tidak mendengar apa-apa.

Beberapa menit berlalu dengan tenang. Taehyung tidak lagi bersuara sampai Lian merebahkan tubuh Dariel pada ranjang berukuran big size yang berada di ruang istirahat milik suaminya—Taehyung memang sengaja menambah satu kamar di dalam ruangannya untuk ia istirahat ketika harus bekerja lembur di Drouant.

"Sayang, let's did our first night again." Rengek Taehyung yang berdiri tepat di sampingnya.

Oke, aku tidak dengar. Rapal Lian dalam hati.

Taehyung masih belum menyerah agar istrinya itu mau menanggapi perkataannya. Namun memang dasarnya hal yang ia ucapkan itu tidak penting, Lian hanya menatapnya datar lalu mengambil alih Daniel dari gendongannya untuk direbahkan di sebelah sang adik.

PURPOSE COMPLEX ✔️Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora