Prolog

10.7K 416 3
                                    

Langit begitu gelap, padahal jam dinding baru menunjukkan pukul 4:00 sore. Wanita yang sedang mengandung itu menutup jendela sembari menatap keluar dan ternyata kilatan petir sukses mengangetkannya. Dia bersusah payah berlari menghampiri suaminya yang berada di ruang tamu.

Sedetik kemudian, hujan turun deras. Petir menggelegar semakin menjadi-jadi. Wanita itupun memeluk suaminya. "Aku takut, mas," pelukannya semakin erat. "Mas Anton jangan tinggalin aku ya."

"Jangan takut, nanti dedek bayinya ikut takut," laki-laki itu – yang dipanggil dengan nama Anton- membalas pelukannya dengan tangan kanan yang mengusap perut buncit karena hamil. "Kamu jangan takut, Ryn. Mas janji gak bakal ninggalin kamu," Anton pun mengecup puncak kepala Ryn.

Mereka saling berdekapan dalam diam. Hujan di luar membuat suasana semakin mencekam. Dinginnya angin diam-diam mulai menghangat dengan pelukan. Belaian tangan Anton sungguh menggelitiki tubuh Ryn.

Tiba-tiba

"Mas denger?" Ryn mendongakkan kepalanya menatap sorot mata Anton.

Anton mengangguk. "Bayi? Sayang kamu belum lahirankan?"

Ryn menepuk pundak Anton gemas. "Ih perut aku masih buncit gini juga."

"Iya juga sih," Anton menggaruk tengkuknya. Tiba-tiba bulu kuduknya terangkat. Merinding. "Tapi serius itu suara bayi-kan? Emang tetangga kita ada yang punya bayi?"

"Setau aku engga," Ryn menggeleng dan seketika itu menggenggam tangan Anton. "Kok mendadak serem ya?"

Mereka diam. Mendengarkan dengan seksama apa yang berbunyi sedari tadi. Suara tangisan bayi yang sedari tadi terdengar ditelinga mereka berdua kini semakin keras, semakin terdengar dengan jelas.

"Mas," Ryn mengguncang-guncangkan lengan Anton. "Ayo kita cari sumber suaranya di mana."

"Taapi mas takut, kalo itu hantu gimana?"

"Ih apaan sih kok jadi mas yang penakut? Masih sore juga," Ryn menarik tangan Anton.

Setelah dicari-cari ternyata si empu suara berasal dari luar. Anton dan Ryn memegang knop pintu bersamaan. Jantung mereka berdebar. Otak mereka berpikir, ada apa diluar? Haruskah membuka pintu ini yang tiba-tiba terlihat menyeramkan? Dengan segenap tenaga dan keyakinan, mereka membuka pintu secara perlahan.

Dan betapa kagetnya mereka melihat pemandangan diluar. Ada sebuah keranjang yang tergeletak di halaman. Bukan, bukan keranjang buah, melainkan keranjang bayi. Iya, bayi. Bayi asli dan bukan boneka.

Anton dan Ryn saling memandang. Sebelum akhirnya Ryn membawa bayi itu pada pelukannya. "Yaampun Mas! Ini bayi siapa?" Ryn mengecup bayi itu bermaksud menenangkannya dan menghangatkan tubuh mungil itu yang basah.

"Ryn," Anton memberikan sepucuk surat yang terselip dikeranjang itu.

Di surat itu tertulis bahwa ...

*
Gimana? Jangan lupa voment ya^^

Gadis HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang