Hari Yang Luar Biasa

1.9K 138 3
                                    

Mencintaimu adalah keharusan bagiku. Dan, melupakanmu adalah kemustahilan terbesar di dunia ini.
*

"Baik anak-anak pembelajaran hari ini selesai. Jangan lupa PRnya kalian kerjakan" guru matematika itu pergi dengan lima buku paket di tangannya.

Semua murid berlarian meninggalkan kelas yang terasa sumpek. Tersisa Gadis dan Reza yang masih membereskan bukunya.

"Za udah lama gak ke bi Asih. Kangen." Gadis menyimpan ranselnya dipundak.

"Otw sekarang. Ajak yang lainnya. Gue tunggu di parkiran"

***

"Assalamualaikum. Bi Asih yuhuuu ada Deni datang. Deni ganteng loh bi Asih belum tahu yaaa" Deni mengetuk pintu dengan gaya konyolnya.

"Deni ish gak sopan sayang" Sela menjewer telinga Deni membuat Deni meringis ke sakitan.

"Geli!" kata Meysa, Seli, dan Gadis berbarengan membuat Didit, Radit, dan Reza yang mendengarnya terkekeh pelan.

Tak lama ada seseorang yang membukakan pintu. Dengan senyum yang mengembang, bi Asih memeluk Gadis dan Reza sembari mencium pipi mereka.

"Ya ampun. Kalian kemana aja? Bibi kangen! Bibi kira kalian udah lupa sama bibi" Bi Asih melepaskan pelukannya.

"Kita gak lupa sama Bibi,kok." Gadis dan Reza tersenyum ramah.

"Eh ini siapa? Temen-temen kalian?"

"Radit bi" Radit tersenyum menyalami Bi Asih.

"Seli"

"Didit"

"Meysa"

"Sela"

"Deni ganteng" kata Deni sembari menyalami Bi Asih, lalu merapikan rambutnya dengan tiga jarinya mebuat Sela lagi-lagi menjewer telinganya.

"Aduh pasangan muda tuh ya suka lucu-lucu. Ah jadi kangen si Bapak" Bi Asih tersenyum sembari membenarkan dasternya. "Eh lupa, ayo masuk"

Merekapun masuk dan terduduk di ruang tamu. Rumah yang begitu sederhana namun memberi kesan nyaman kepada pengunjungnya.

"Bibi buatin minum dulu ya"

"Eh gak usah bi gapapa"

"Eh? Yaudah bibi buatin gorengan ya? Kalian pasti lapar"

"Deni ikut! Deni ganteng lapar nanti kalo kelaparan jadi gak ganteng lagi" Deni berdiri dari duduknya.

"Ember! gue gak kuat pengen muntah, gila!" Meysa menutup telinganya, sedangkan yang lainnya tertawa terbahak-bahak.

"Sela lo sabar juga ya udah 10 bulan sama si Deni, kalo gue sih pasti ilfiel." Meysa lagi-lagi bergumam.

"Sirik aja lo! Yang pentingkan gue sayang" Sela meneloyor kepala Meysa membuat dirinya meringis menahan sakit.

Bagai melayang di awan, Deni menghampiri Sela dan langsung merangkulnya. "Yuk Sayang!"

Semua melongo melihat tingkah mereka berdua. Ada-ada saja!

Dapur Bi Asih begitu bersih. Sayuran yang akan dipakai untuk membuat gorengan pun begitu segar. Gadis dan Reza bertugas memotong sayuran, Sela dan Deni bertugas membuat adonan tepung, Meysa dan Didit bertugas membuat minuman, sedangkan Seli dan Radit bertugas menyiapkan tempat di halaman belakang.

Gadis dan Reza memotong sayuran dalam diam, tanpa suara, hanya ada suara pisau yang bergelut dengan talenan.

Meysa dan Didit sedang membeli sirup untuk minuman mereka.

Gadis HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang