7. Tolong, Jangan Jadi Zombie Lagi!

172 31 23
                                    

"Aku denger aksi heorikmu selama aku nggak ada!" teriak Ranika.

Gadis itu baru saja keluar dari ruang sucinya (sebuah bilik yang terbuat dari dinding kaca, tempatnya mengkultur beberapa jenis tanaman hias langka, yang terletak di seberang konter pemesanan makanan). Dia akhirnya kembali ke Calestyn setelah memburu tanaman-tanaman hias langka ke berbagai penjuru dunia. Neva selalu mengatakan kalau Ranika adalah cewek sinting paling cantik yang pernah ada. Dan Ranika menyukai pujian itu.

Neva mengangkat kepalanya dari atas meja, lalu tersadar bahwa Calestyn sudah tutup. Dia juga teringat, dia dan Ranika belum mengobrolkan apa pun sekembalinya gadis itu dari petualangannya. Ajaibnya, Ranika berhasil menemukan Koki'o dan apa pun nama aneh tanaman-tanaman langka buruannya. Neva akhirnya tahu bagaimana wujud tanaman-tanaman itu, meski dia tidak benar-benar memahami di mana letak pesonanya.
Di luar, hujan masih jatuh satu-satu.

"Aku cuma ngehajar orang satu kali, kok," sahut Neva, lalu berdiri dari kursinya, dan berjalan menuju bilik tanaman.

Neva mengamati pot-pot baru dari luar dinding, mencoba memahami perasaan Ranika yang tegila-gila setiap kali berada di dalam sana.

"Aku juga denger soal thrilling drama penyadapan Calestyn," kata Ranika lagi. "Ada model cantik yang ngejar mantan bosmu, datang ke sini." Ranika menghilang ke dapur dan kembali dengan beberapa toples kudapan yang bentuknya lebih mirip batu-batuan dari Merkurius.

Neva melirik Affandy yang sedang menghidangkan teh hitam Tiongkok yang dibawa Ranika sebagai oleh-oleh. Pengaruh kepulangan Ranika membuatnya tampak jauh lebih hidup dari makhluk hidup mana pun yang pernah dikenal Neva.

"Fandy pasti nyeritain versi hiperboliknya. Versi original-nya ordinary banget, kok. Cenderung klise dan ngebosenin, malahan," kata Neva.

Affandy nyengir lebar-lebar dan mulai menata cangkir teh di salah satu meja.
"Kamu musti lihat gayanya Neva waktu dia sadar Calestyn disadap, Ran. Beuh! Aku aja merinding." Affandy bercerita dengan suara yang ditekan dalam-dalam. Dia lalu mengacungkan dua jempolnya tinggi-tinggi.

Neva benar-benar ingin melemparinya dengan toples-toples beserta batu-batuan di dalamnya.

Ranika tertawa terbahak-bahak.
"Jadi, apa rencanamu?" tanya Ranika, ketika mereka bertiga telah duduk berhadap-hadapan mengitari meja, menghadapi cangkir teh masing-masing.

Neva mengambil sebutir penganan dari dalam toples, lalu mengunyahnya sambil merenung. "Rasanya lumayan untuk ukuran batu."

"Kebetulan belinya di pinggir jalan. Faktanya hampir cocok," kata Ranika.

Neva mengambil sebutir lagi. "Aku mau ngehubungin temen-temen lamaku di KN. Barangkali ada yang denger gosip baru tentang dia."

Dia! Sekarang Neva bahkan tidak berani menyebut namanya.

Neva memandang ke luar jendela, tidak memperhatikan Ranika dan Affandy yang saling melempar pandang kemudian menatapnya dengan khawatir.

Malam turun dengan perlahan, memekatkan kesenduan yang dibawa hujan berjam-jam yang lalu.

"Va ...," kata Ranika, tidak tahu bagaimana harus memulai. "Aku tahu, hanya kamu yang paham dengan situasi ini. Tapi ...."

Pandangan Neva yang mengarah dengan tiba-tiba kepadanya, membuat Ranika ragu selama sesaat. Jika Neva sudah memutuskan sesuatu, tidak ada yang bisa menghentikannya.

"Tapi aku pikir, kamu butuh saran," lanjut Ranika, akhirnya.

"Aku lebih butuh petunjuk menuju ... Ares." Suara Neva memelan ketika dia menggumamkan nama Ares. Tepat pada saat itu, sebuah mobil baru saja terparkir di halaman Calestyn.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HEALINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang