Aku Mendua!

656 53 2
                                    

Agatha baru saja memejamkan matanya selama beberapa menit di padang rumput. Namun tiba-tiba ia merasakan ada seseorang yang menginjak dadanya. Rasa sakit itu mulai menjalar ke seluruh tulang rusuknya. Dadanya terasa sesak dan berat sehingga membuat Agatha kesulitan untuk bernapas.

Agatha mencoba membuka matanya. Sambil terus berusaha mengumpulkan kesadarannya, Agatha mencoba untuk bangun. Namun tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakkan. Matanya masih terpejam dan pikirannya melayang-layang.

Gadis itu mulai panik saat merasakan hawa dingin bergerak ke lehernya dan mulai mencekik lehernya yang jenjang. Agatha bisa merasakan kuku-kuku tajam menusuk kulitnya dan menancap di lehernya. Rasanya sungguh sakit dan perih.

Agatha membuka mulutnya dan hendak berteriak. Namun tidak ada suara yang keluar bibirnya. Ia harus segera sadar. Ini hanya ilusi. Agatha meyakinkan hati dan pikirannya bahwa yang ia alami hari ini sama dengan hari-hari sebelumnya, yaitu manipulasi dari ilusi bayangan.

Setelah berhasil mengontrol napasnya, Agatha meraba rumput yang ada di sampingnya. Ia mengambil cermin yang diletakkan tak jauh dari tubuhnya. Dengan sekuat tenaga, gadis itu menancapkan ujung cermin itu ke tangan milik sosok yang ada di lehernya. Beberapa detik kemudian sosok yang menginjak dada dan mencekik lehernya menghilang. Membuat ia bisa membuka matanya.

Agatha menarik napas dan menghembuskan napasnya. Ia lega bisa terlepas dari sosok yang selalu menghantuinya belakangan ini.

Agatha beranjak dari tempatnya. Ia harus bertanya kepada sang Dewi tentang kejadian ini. Ia tahu ini hanya ilusi. Tapi ilusi itu sangat mengganggunya.

Agatha berjalan menuju sebuah lembah yang gelap. Suatu lembah yang menjadi satu-satunya tempat yang berbeda dari hutan itu. Jika di seluruh wilayah di hutan itu sepanjang hari sang surya selalu bersinar dengar terang, tapi berbeda dengan tempat itu. Tak ada siang hari. Yang ada ialah malam hari. Hanya ada cahaya bulan dan bintang-bintang yang bertaburan di angkasa.

Hal inilah yang membuat Agatha yakin bahwa sang Dewi pasti berada di lembah itu. Dewi Artemis tidak suka dengan cahaya matahari. Sejak lahir hingga sekarang, Sang Dewi selalu berada di lembah yang lebih tepat dikatakan sebagai daratan yang membentuk pulau, buatan Dewa Zeus itu.

Agatha menunduk saat melihat sang Dewi yang tengah bermain dengan panah dan busurnya di langit. Ia tak boleh lancang untuk memandang wajah sang Dewi yang suci.

"Sembah sujud hamba Dewi," katanya sambil duduk bersujud di hadapan Dewi Artemis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sembah sujud hamba Dewi," katanya sambil duduk bersujud di hadapan Dewi Artemis.

Sang Dewi tersenyum. Ia turun dari langit dan berdiri di depan Agatha.

"Angkat kepalamu, Agatha" ucap lembut sang Dewi. "Apa yang membuat dirimu resah, Agatha?"

Agatha menegakkan kepalanya. Ia memandang kecantikan luar biasa sang Dewi. "Hamba hanya ingin bertanya tentang sesuatu, Dewi"

Moribund LoveWhere stories live. Discover now