Keberuntungan

573 51 4
                                    

Hal yang paling mengesalkan saat berada di sekolah adalah saat diadakannya ulangan mendadak atau kuis yang mengejutkan di akhir pelajaran. Kedua hal ini pasti sangat merepotkan bagi hampir semua murid, kecuali mereka yang memperhatikan pelajaran dengan serius atau pun mereka yang dianugerahi kecerdasan luar biasa dari Sang Maha Agung. Apa lagi jika hasil dari kedua hal itu langsung dibagikan. Sangat mengesalkan bukan? Ya! Sangat!

"Huaa!!!!" teriakan Micell mengejutkan seluruh siswa di kelas. Mereka yang sedang berdebar-debar menunggu vonis dari sang guru cantik namun mematikan, memandang Micell dengan heran. Gadis itu sungguh berani.

"Ada apa Micell? Apa kau sudah tidak sabar mendengar nilaimu saya bacakan?" ucap Bu Juanita, atau yang sering dipanggil dengan Bu Nita. Guru ini termasuk salah satu guru dari beberapa guru killer yang dimiliki oleh sekolah itu. Dia cantik dan seksi. Tapi jangan pernah tertipu dengan penampilannya! Walau pun Bu Nita berkata dengan lembut tapi kelembutannya itu ibarat racun dalam madu. Benar-benar mematikan!

Micell menggaruk-garuk kepalanya, "Emm.. Tidak Bu!" Gadis itu memukul-mukul kepalanya dengan pensil yang tadi ia gunakan untuk mengerjakan ujian dadakan dari sang guru kimia.

"Oh! Anakku! Tidak apa-apa! Saya akan bermurah hati. Saya akan membacakan nilaimu terlebih dahulu."

Sial!

Micell menutup matanya dengan telapak tangan kirinya. Ia tak sanggup melihat tatapan hina yang akan didapatkannya dari teman-temannya. Habislah sudah!

"Tapi saya berubah pikiran. Saya tidak akan membacakan nilaimu terlebih dahulu. Tak apa kan, Micell?"

Micell menarik tangannya dari wajahnya. Dengan senyuman yang mengembang di bibirnya, gadis itu berkata, "Tidak apa-apa Bu!"

"Baiklah! Saya akan membagikan dari nilai yang tertinggi." Sang guru mengambil kertas yang terletak paling atas dari tumpukan kertas di atas mejanya, "Jeffrey!" panggilnya.

Semua mata beralih memandang sang empunya nama. Tidak ada yang mengira peringkat nilai tertinggi yang selalu diemban oleh ketua kelas, kini direbut oleh sang murid baru.

Jeffrey berjalan mendekati guru kimia itu. "Luar biasa! Kau mendapat nilai sempurna." Bu Nita menyerahkan kertas ulangan kepada Jeffrey. Pemuda itu hanya memandang sejenak kertas itu kemudian kembali ke tempat duduknya tanpa memasang tampang bahagia sedikitpun. Padahal baik Thomas-peraih nilai tertinggi- sekalipun, tidak pernah berhasil mendapat nilai sempurna dari sang guru.

"Sakarang, saya akan memanggil sang peraih nilai terburuk di kelas ini." Guru itu kembali mengambil satu kertas, "Micell!!!"

Mendengar namanya dipanggil, gadis itu langsung menjatuhkan kepalanya di atas meja.

"Kemarilah, Micell!" ucap Bu Nita dengan lembut. Namun itu lah yang membuat Micell enggan untuk mendekati sang guru. Ia punya firasat buruk setiap kali mendengar irama suara Bu Nita yang begitu lembut.

"Micell!"

Dengan berat, Micell beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke meja sang guru.

"Bagus sekali, Nak!" kata Bu Nita sambil tersenyum. "Saking bagusnya, saya sampai tidak tahu bagaimana menilainya. Lihat!" Sang guru menunjukkan kertasnya ke hadapan Micell, "Dari 20 soal, satu pun tidak ada yang benar!" Bu Nita menatap Micell dengan lekat, "Sebagai hukuman kau harus mengerjakan semua soal dari buku cetak, mulai dari bab awal hingga bab akhir. Kau mengerti, Micell?" tanya guru itu sambil tersenyum.

"Mengerti Bu!"

"Bagus! Ini!" Micell mengambil kertas yang diberikan sang guru dan berjalan menuju kursinya. Gadis itu melihat lagi kertasnya yang diberi angka nol lengkap senyuman dan hiasan tanda silang disetiap nomor. Micell menoleh ke arah Jeffrey. Pemuda itu hanya duduk dengan santai sambil membaca bukunya. Dia bahkan terlihat semakin memukau karena kecerdasaannya itu.

Moribund LoveWhere stories live. Discover now