Penguntit

521 48 18
                                    


Di tengah malam yang gelap, malam yang tergelap karena tak ada satu pun benda langit yang bercahaya, seorang gadis pergi ke sungai yang jernih. Ia berjalan di jalan setapak menyusuri sisi sungai itu. Tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya suara angin yang berhembus yang menemani gadis itu. Beradu dengan pepohonan yang ada di sana. Gadis itu menghirup aroma angin yang dingin.

Gadis itu terus berjalan hingga kakinya terhenti. Sebuah cahaya bersinar terang dari arah batu di seberang sungai. Ia melihat seorang gadis cantik dengan pakaian serba putih dengan cermin di tangannya tersenyum. Samar-samar gadis cantik itu menganggkat bibirnya. Ia seperti mengucapkan sebuah kata kemudian menghilang di tengah hembusan angin.

"MICELL!!!"

Teriakan seseorang membangunkan Micell. "Micell bangun!!! Pak Brian sedang melihatmu!" kata Nadya sembari mengguncang-guncang tubuh Micell. Berlahan-lahan Micell membuka matanya dan melihat sang guru yang menatapnya dengan tatapan membunuh.

Astaga!!!

"Kau!!! Keluar dari kelas saya!!! Kerjakan semua soal yang ada di dalam buku cetak itu!!! Kau tidak boleh mengikuti pelajaran saya sebelum menyelesaikan semuanya!!!" perintah sang guru.

Dengan kesadaran yang belum pulih, Micell berkata, "Baik Pak!" Gadis itu mengambil buku cetak dan buku tugasnya. Ia berjalan keluar kelas, duduk di depan kelasnya dan membuka buku-buku itu. Micell melihat soal-soal itu, tapi pikirannya masih tertuju pada mimpi yang ia alami tadi. Micell memang jarang bermimpi dikala tidur. Terakhir kali ia bermimpi tentang sungai yang sama, tapi ia tidak mengingat kapan ia bermimpi tentang itu. Yang ia ingat adalah tidak ada gadis lain di sungai itu. Ia yakin bahwa dirinya berjalan sendiri di sungai itu. Micell juga heran mengapa gadis cantik itu memegang cermin? Dan sepertinya gadis cantik itu mengucapkan sesuatu.

"Wa... Wa... Aggghhhkkk!!!"

Micell mengoret-ngoret bukunya. Ia tidak bisa membaca bibir gadis yang di dalam mimpinya itu. Micell mencoba lagi dan ia tetap tidak bisa mengingatnya.

TENGG!!! TEEENGGG!! TEEENNG!!!

Lonceng surga itu terdengar. Micell mengangkat bibirnya dan tersenyum simpul. Akhirnya ia bisa terbebas dari hukuman dari sang guru killer.

"Selamat siang, Pak!!!" ucap semua siswa. Pak Brian menjawab salam siswa-siswinya itu kemudian berjalan keluar kelas.

"Hukumanmu masih berlaku Micell!! Kau harus menyelesaikan tugasmu baru saya izinkan kau mengikuti pelajaran, mengerti?"

"Mengerti Pak!"

Pak Brian berlalu meninggalkan Micell. Gadis itu berjalan ke mejanya dan membereskan buku-bukunya.

"Kau gila ya? Bagaimana kau bisa tertidur di pelajaran guru killer? Untung kau tidak diberi ultimatum seperti teman-teman lain."

Micell tertawa kecil. Ia mengerti arti dari kata ultimatum itu adalah surat panggilan orang tua atau SP. Biasanya sekolah mereka memang memberikan SP itu kepada murid-murid yang berkelakuan tidak baik. Tapi berbeda dari sekolah lain, sekolah mereka hanya memberikan dua kali SP, selanjutnya jika murid itu masih berkelakukan tak baik, ia akan mendapatkan surat drop-out.

"Tidaklah... Aku kan hanya tertidur. Mungkin ini efek dari obat yang aku makan tadi pagi."

Nadya menatap Micell dengan khawatir, "Kau tidak apa-apa kan? Kemarin kau pingsan dan tubuhmu panas sekali. Bukankah lebih baik kau istirahat di rumah?"

Micell menggeleng, "Tidak!!! Aku bosan berada di rumah. Sudahlah! Ayo kita rapat!"

Micell memimpin rapat yang acara Valentine yang akan tinggal beberapa hari itu. Setelah selesai, Micell berjalan keluar kelas dan berjalan ke halte bus. Hari ini ayahnya sedang ditugaskan di luar kota. Sedangkan ibunya sedang banyak orderan. Ia adalah seorang penjahit pakaian di kompleks perumahan di mana Micell tinggal.

Moribund LoveOn viuen les histories. Descobreix ara