Valentine

480 43 0
                                    

Pagi itu, suasana di sekolah Micell berbeda dari biasanya. Tempat parkir kendaraan tiba-tiba saja penuh dengan kendaraan para siswa. Micell pun harus menyandarkan sepedanya di pohon belakang sekolah karena ketidaksediaan tempat di sana. Yang lebih aneh lagi, dari gerbang sekolah ke halaman sekolah hingga lorong-lorong kelas, tak ada satu pun siswa yang berkeliaran. Micell bahkan berkali-kali memeriksa jam tangan dan jam ponselnya untuk memastikan bahwa ia tak terlambat.

Ketika masuk ke dalam ruang kelas, Micell merasa takjub melihat pemandangan yang ada. Hampir semua murid tengah sibuk mondar-mandir sambil membawa buku tulis mereka. Micell yakin, teman-temannya itu, saat ini, pasti sedang sibuk mencari jawaban dari tugas liburan yang diberikan oleh Pak Brian.

Micell duduk di bangkunya. Ia melirik ke arah Jeffrey. Pemuda itu sedang tertidur dengan lelap. Micell menengok ke kursi paling pojok di sebelah kanannya. Sang ketua kelas tengah duduk santai sambil membaca novel sains kesukaannya. Hal ini menunjukkan bahwa kedua siswa itu pasti sudah menyelesaikan tugasnya.

Micell mengeluarkan bukunya. Ia mencari-cari cermin yang kemarin ia letakkan ke dalam tas. Aneh sekali! Padahal ia yakin tadi pagi, sebelum berangkat sekolah, ia telah memeriksa dan cermin itu memang masih ada di dalam tasnya.

Micell memang gadis pelupa. Tapi untuk yang ini ia benar-benar yakin tidak melupakannya. Micel mengobrak-abrik tasnya. Dibongkarnya satu per satu isi dari dalam tasnya. Ia mengambil ponselnya dan mengetik sebuah pesan untuk ibunya. Namun sang ibu tak kunjung membalas pesan Micell. Setelah benar-benar sudah memeriksa bawaannya, Micell mencoba menghubungi ibunya. Baru beberapa detik tersambung, lonceng sekolahnya berbunyi nyaring. Segera saja murid-murid di kelas itu berlarian menuju kursi masing-masing. Micell juga segera membereskan mejanya dan mematikan ponselnya.

Pak Brian masuk ke dalam kelas. Setelah mengucapkan salam, guru killer itu langsung memerintahkan murid-muridnya mengumpulkan tugas yang ia berikan tiga hari yang lalu. Murid-murid itu maju ke depan meja guru dengan wajah was-was.

"Luar biasa! Kau bisa mengerjakan semua tugas dan hukuman yang saya berikan dengan baik, Micell," kata Pak Brian saat Micell maju mengumpulkan tugasnya.

"Tapi saya ragu kau bisa mengerjakannya dengan benar. Sekarang coba kau kerjakan soal yang ini." Pak Brian memberikan buku cetak yang berisi nomor soal yang dilingkari kepada Micell.

"Baik Pak."

Micell mengambil spidol di ujung papan tulis. Ia mulai menuliskan soal yang ada di buku cetak. Micell menatap soal itu dengan bingung. Ia kembali lupa dengan rumus dari soal itu.

Micell menoleh ke arah teman-temannya. Tapi semua temannya menunduk, seolah sedang mengheningkan cipta. Gadis itu tak putus asa. Ia memandang Jeffrey yang kebetulan sedang melihat ke arahnya. Micell menyatukan kedua tangannya memohon kepada pemuda itu.

Jeffrey menoleh dengan malas. Ia berdecak kesal.

 Ia berdecak kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Moribund LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang