Berjuang sendiri (end)

Mulai dari awal
                                    

" Lo inget kata-kata gue Al. jangan pernah berusaha nemuin Yuki lagi. Kesempatan lo udah abis sekarang, dan kalo lo masih nekat juga, lo akan berurusan sama gue !" Shawn pergi dari tempat itu dengan perasaan marah. Lelaki yang sangat jarang berlaku kasar itu memilih meluapkan rasa marahnya di tempat umum dan pada orang yang pernah ia kenal dengan baik. Dulu.

***

" Pa, Yuki mau nikah! "
Yuki datang tiba-tiba mengejutkan penghuni rumah yang saat ini sedang bersantai pada ruang dimana televisi menyala dan beberapa camilan tersedia di atas meja.

Suasana yang semula berisik dengan obrolan itu menjadi hening seketika. Mama dan Papa Yuki saling pandang. Leo dan Diny melirik satu sama lain sambil bertanya tanpa suara.

" Nikah? " sang Mama bertanya memastikan.

" Iya, Yuki udah capek kerja. Mau manjain diri di rumah bareng suami. Dan Yuki siap dinikahin sama orang yang Mama Papa pilih. "

" Lo sehat, Dek? " Tanya Leo tak percaya.
Yuki mengangguk dan kembali menatap kedua orangtuanya.

" Yuki serius Pa, Ma. Kalian selalu nanya kapan Yuki nikah, dan sekarang Yuki udah siap. Kapanpun! " setelah itu Yuki melenggang pergi masuk ke dalam kamar meninggalkan orang tuanya dengan perasaan bingung.

[•••]

" Yuki, apa kamu yakin sama keputusan ini? Aku emang cinta sama kamu , tapi harus secepet ini? "

" Lo mau gue nikah sama orang lain? Seenggaknya gue tau lo orang baik Shawn, walau kadang-kadang nyebelin!"
Jawab Yuki.

" Lo tau gue karena kita kenal dari kecil. Ya walaupun gue belum bisa cinta sama lo, gue akan berusaha. Mungkin butuh waktu yang lama, tapi gue janji akan buka hati gue buat lo. "
Sambung Yuki,
Shawn masih diam,

" Tapi kalo lo nggak mau sih nggak papa, gue tinggal bilang sama Nyokap Bokap gue dan Bang Leo kalo orang yang mereka rekomendasiin nggak bisa. BYE ! " Yuki beranjak dari kantor tempat Shawn bekerja menuju rumahnya. Namun terhenti saat Shawn menahan tangannya.

" Gue terima! "

[•••]

Kabar pernikahan Yuki dan Shawn yang akan berlangsung satu minggu lagi sudah membuat Al gelisah. Pikirannya jauh dari pekerjaan sehingga berdampak pada usaha yang ia geluti bertahun-tahun itu. Tidak hanya pekerjaan, bahkan dirinya selalu melamun setibanya di rumah.

Apa ini balesan buat gue,?
Dia akan nikah sama orang lain dan di sini gue cuma nikmatin kekalahan gue. Pecundang. Apa yang bisa dibanggain dari orang kayak gue? Bahkan gue nggak bisa jelasin semua kebenarannya.

Tuhan, beri aku satu kesempatan lagi. Aku janji, ini yang terakhir.

Al menatap cermin, meyakinkan lagi atas keputusannya. Terserah jika hari ini dirinya akan kehilangan semuanya. Ia rela, asal bukan kehilangan orang yang amat berharga.

***

" Shey, mungkin ini sudah waktunya. Please bebasin gue dari janji gue. Jelasin sama Kay kalo gue bukan Daddy nya. "

" Kamu gila? Kamu mau Kay sedih saat tau ternyata kamu bukan Daddy kandungnya? dia pasti nggak terima kalo ternyata Daddy nya udah meninggal. Kay masih kecil. Dan dia sayang sama kamu ! "

" Tapi sampai kapan Shey? Apa gue harus nunggu sampe 5 tahun lagi? Nunggu sampe dia ngerti dan hidup gue hancur? "

" Gue juga punya kehidupan. Dan lo? Lo masih muda dan bisa cari pengganti Nathan. Gue mohon dengan sangat Shey, lo tau riwayat cinta gue seperti apa. Dan lo juga tau cinta gue buat siapa! "
Sheilla terdiam, mencerna ucapan yang Al lontarkan dengan amat serius itu.

Short Story ( Alki Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang