XXV - I Know Your Secret

Start from the beginning
                                    

Maysa langsung mencibir. "Cih! Padahal lebih berkesan Bang Ij—" shit!!! Maysa nyaris keceplosan! Kontan anak itu langsung diam. Nadiana melirik ke arah Maysa dengan tatapan setengah melotot. Maysa menarik kedua bibirnya, lalu melirik ke arah lain. Mencoba tak merasa berdosa.

"Yah, Didi mah udah kebal sama gombalan Ijal ya, Di? Udah nggak mempan!" timpal Celine sok tahu.

"Errr... Dia mah kelakuannya emang nyampah!" balas Nadiana cepat. Maysa tidak berkomentar lagi. Tapi gadis itu kerap menarik kedua bibirnya untuk menahan tawanya. Bisa-bisanya si Didi sok malas sama Ijal! Emang yang tadi pagi itu maksudnya apa?! Sungguh, Maysa benar-benar menikmati drama ini.

***

Saat semua sudah berkumpul di restoran. Adin dan Maysa sibuk dengan ponselnya mengobrak-abrik isi Instagram Althaf yang jarang banget update. Iya, mereka keponya dari tagging photosnya. Sampai akhirnya terdengar suara kekecewaan dari kedua gadis itu.

"Yaaah—" ucap keduanya bersamaan.

"Kenapa?" Fanya langsung kepo ke layar ponsel mereka.

"Udah tunangan dia," ujar Maysa dengan nada kecewa berat.

"Kan gue udah bilang, stok cowok ganteng tuh kalo nggak udah di tekkin, ya ga demen perempuan!" jawab Nadiana.

"Tinggal Aidil ini mah," gumam Adin.

"Ah, Aidil demennya cewek kayak kuntilanak. Rambut panjang, putih, ramping. Waktu itu gue denger dia ngobrol sama Andre," cerita Nadiana akhirnya.

"Ih? Serius?!" seru Adin dengan mata melotot.

"Ciyus!" jawab Nadiana santai. Santai banget, sambil sibuk memotong-motong ayam chicken cordon bleu-nya.

Maysa melirik ke arah Nadiana. Hmm, pantes nih anak nggak excited lagi ngomongin Aidil. Dia juga udah ditekkin sama si Ijal! Gumam Maysa dalam hati sambil senyam-senyum.

"Sayang ya, Din. Lo sih bogel jadi nggak masuk kriteria Aidil deh," goda Fanya.

"Eh, kampret?! Emangnya elo ramping? Tuh gelambir perut nggak bisa dibohongin!" dumel Adin nggak terima.

"Ih, bodo! Yang penting udah laku! Ini gelambir bukti gue udah jadi emak-emak seutuhnya, ada yang mencintai gue apa adanya di rumah!" balas Fanya.

"Heeem... Duh, Fanya, jawabannya jadi pengen cepetan nikah," timpal Maysa.

"Emangnya udah naik level pake beha, May? Kemaren katanya kamu masih pake miniset. Kayak anak gue aja, May, yang baru masuk SMP," ujar Rieke sambil cekikikan.

"Ih, emaaak! Makanya itu May pengen dinikahin biar May cepat dewasa, Mak!" kilah Maysa ke Rieke.

"Jangan ngelangkahin Didi, May. Pamali," komentar Celine ke Maysa sembari menggoda Nadiana.

"Ugh, gue lagi, gue lagi!" dumel Nadiana. Suka sebal, yang lagi dibully siapa, ujung-ujungnya dia lagi yang dibully. Emang di jidat Nadiana tuh ada stempel "bully aku" apa ya?!

"Alah, palingan si Didi bentar lagi," ujar Maysa cepat. Matanya sambil mengerling ke arah Nadiana. Nadiana langsung menyipitkan matanya. Hmm... Something fishy nih! Maysa cuma senyam-senyum aja.

"Apa, May? Didi punya pacar ya May?" tanya Fanya super kepo.

"Si Banu bukan sih?" yak, Fanny mulai bikin asumsi.

"Hihhh apa sih kepo aja lo semua!" balas Nadiana segera.

"Eh, serius?! Kok lo ninggalin gue sih, Di?!" seru Adin nggak terima kalau-kalau dia benar diduluan Nadiana.

"Nggak! Ih, kepo aja pada. Kalian ngeledekin gue aja, nyariin kaga," gerutu Nadiana ngasal. Biar suasana jadi netral lagi.

"Ya elo, kurang disodorin sama Aidil gimana lagi coba?!" ujar Fanya mulai pakai nada tinggi ala emak-emaknya.

"Aduh... Udah lah, dia tuh model cowok yang enak diajak temenan doang. Lagian gue bukan tipenya dia," jawab Nadiana dengan nada malas.

"Eh, Di, biasanya orang kalo punya tipe tertentu, ujung-ujungnya malah sama yang beda banget dari itu lho!" ujar Rieke berusaha membesarkan hati Nadiana. Padahal Nadiana biasa aja sih. Dia cuma malas dijodoh-jodohin sama Aidil lagi.

"Iya, lagian Aidil orangnya nggak sombong. Bisa lah, dipepet-pepet dikit!" goda Fanya ke Nadiana.

Maysa memperhatikan raut muka Nadiana yang terlihat malas. Satu sisi sih dia masih pengen ketawa, merasa bangga karena mungkin menjadi satu-satunya orang yang tahu tentang Nadiana dan Ijal di kantor (ya selain Dokter Zidan, soalnya Zidan sama Ijal kan kemana-mana berdua mulu kek biji!). Satu sisi lagi dia mencoba membaca raut muka Nadiana yang sudah tidak terlalu minat membahas Aidil. Things are getting more serious than she thought.

"Eh! Jadi siapa nih yang menang taruhan Althaf?" tanya Maysa mengganti topik. Mereka pun berubah topik obrolan untuk berunding menentukan pemenang taruhan.

***

Selepas makan siang, Nadiana melepas sepatunya dan menggantinya dengan sandal jepit. Kemudian berjalan ke arah pintu keluar untuk mengambil wudhu di kamar mandi. Saat ia melewati meja Ijal, sempat-sempatnya ia menepuk bahu Ijal sambil mengucap kata, "Dzuhur!" tanpa suara. Ijal hanya tersenyum sambil mengangguk. Lalu Nadiana melewatinya begitu saja.

Tentu saja Maysa menyimak itu. Sejak ia mengetahui fakta tersebut, setiap melihat Nadiana berjalan ke meja Ijal, ia pasti langsung konsenterasi untuk memperhatikan kedua orang itu. Another episode, pikirnya.

Selesai buang air kecil, Nadiana mencuci tangan di wastafel, baru ia akan masuk ke bilik tempat mengambil air wudhu. Saat itulah ia bertemu dengan Maysa yang baru saja masuk ke toilet ketika ia keluar dari bilik wudhu. Sejenak Nadiana merapikan rambutnya yang basah di depan wastafel.

"Eh, setan kecil!" sapa Nadiana. Please, emang begitu gaya sapaan mereka sehari-hari, nggak usah heran.

"Eh, Ebony-nya Bang Ijal!" goda Maysa. Nadiana berusaha merespon santai dengan memutar kedua bola matanya. Seperti setiap Maysa menggodanya dengan Ijal dulu sebelum Nadiana benar-benar dekat dengan Ijal.

Maysa melirik ke arah tanda kunci pintu setiap bilik. Tadinya dia mau langsung masuk untuk buang air kecil, tapi karena melihat Nadiana di depan cermin, ia jadi mengurungkan niatnya.

"Di," sapanya.

"Ha?"

"I know your secret," ucap iblis kecil itu dengan mata mengerling genit ke arah Nadiana. Kemudian dengan santainya ia masuk ke dalam salah satu bilik lalu menutup pintunya.

Damn it! Damn it!!! Seru Nadiana dalam hati. Kenapa harus Maysa sih saksi matanya?!

***

A/N: Hai, sorry ya lama updatenya. Akunya mager bangeeet mau nulis dari kemarin. Oh ya, karena aku lagi revisi Jejak yang mau naik cetak, kemungkinan Red Cherry updatenya akan sangaaat slow. Soalnya mood nulis aku nggak bisa bentrok-bentrok gitu.
Yang masih mau baca Jejak di Wattpad, monggo sampai sebelum tanggal 31 Januari 2017. Soalnya tgl 31 mau kuhapus. Info lebih detail, baca di part terakhir works Jejak aja ya. Aku nggak akan jawab pertanyaan ttg itu di kolom komen ini. Thanks!

Red CherryWhere stories live. Discover now