IV - Kumis Missing In Action

130K 13.1K 1.5K
                                    

Nadiana menatap langit yang nampak kelabu di luar jendela kantornya. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Jam berapa ini? Nadiana melirik ke angka digital di layar ponselnya. Pukul 11:25, sebentar lagi akan makan siang. Makan siang dimana? Mau makan apa hari ini? Menentukannya saja Nadiana bingung. Dia memang lebih sering mengikuti langkah teman-temannya. Sama kayak jodoh, Nadiana lebih memilih langkah yang dituntun oleh Tuhan. Eaaa...

Telepon kantornya pun berdering. Sebuah panggilan masuk dari... Aidil. Wah! Mendadak rasanya jantung Nadiana melonjak. Oh, Tuhan, apakah ini langkah yang dituntun olehmu? Gumam Nadiana dalam hati. Senyum-senyum sendiri. Geli sendiri mendengar bisikan hatinya.

"Halo?" sapa Nadiana ketika mengangkat telepon.

"Halo, Nadiana. Ini Aidil. Mau tanya dong, pendingan nomor polis 854 itu udah diproses belum ya?" duh, suara Aidil ini adem banget di kuping. Kayak ada angin berhembus dari gagang telepon ke telinga Nadiana. Wusss... Mendadak hati Nadiana juga adem.

"Sedang diproses nih. Mungkin habis makan siang kali ya keputusannya?"

"Ooh, oke deh. Thanks ya, Nadiana." Intonasi bicara Aidil sedikit turun sebelum menyebut nama Nadiana. Ya Tuhan... Aidil ngomongnya baik banget ya. Kayaknya tuh bisa nenangin kalo orang lagi panik gitu. Mulai otak Nadiana berputar-putar nggak karuan.

"Oke, Mas. Umm, panggil Didi aja, Mas. Kaku banget Nadiana," ujar Nadiana memberanikan diri.

"Ooh, Didi ya, panggilannya?"

Nadiana senyam-senyum aja. "Iya."

"Jangan pake 'mas', panggil Aidil aja. Biar akrab," ujar Aidil di seberang sana.

Mampus deh! Langsung lemas dengkul Nadiana rasanyaaa!

"Eh? Oke, oke."

"Oke, deh. Thanks ya, Didi. Selamat makan siang!"

Makan siangnya sama kamu deh, Dil, boleh nggak sih? Hehehehe. "Ya, selamat makan siang juga... Aidil," ucap Nadiana pelan sebelum akhirnya ia menutup telepon.

Lagi asyik-asyiknya senyam-senyum, masih terbayang-bayang sosok Aidil yang meneduhkan hati, tiba-tiba saja Nadiana dikejutkan dengan suara tak diundang, "Eh, Dan, tau nggak, Awkarin sama Gaga putus!"

Suara cowok yang amat Nadiana kenal. Lantas Nadiana memutar bangkunya ke arah suara tersebut, arah Dokter Zidan.

"Anjir, Jal! Gosip ae lo kayak AB..." Zidan memutar kepalanya ke belakang. Belum selesai menyelesaikan kalimat, matanya kontan terbelalak ketika melihat sesuatu yang baru saja dilihatnya.

"ANJIR JAL KUMIS LO KEMANA?!" seru Zidan hampir berteriak. Nadiana kontan cekikikan melihat ekspresi Zidan ke Ijal. Yang diteriaki justru cengegesan.

"Buang sial. Kan Didi suka bilang kayak lele. Jadi gue cukur, biar dibilang ganteng sama Didi. Ganteng nggak, My Ebony?" tanya Ijal sambil senyum-senyum najis ke arah Nadiana. Nadiana sudah bergidik ngeri melihat alis Ijal yang naik-turun genit.

"Hmm... Ganteng... Ganteng..." jawab Nadiana cepat biar Ijal nggak nanya-nanya lagi.

"Ganteng-ganteng serigala, Di! Bentar lagi lo diterkam! Liat tuh mukenya ke elo, mupeng banget," ujar Zidan berlagak melindungi Nadiana.

"Idih... Alliando dong gue?" tangan Ijal langsung memainkan jambulnya. Sementara Nadiana memperhatikan penampilan baru Ijal. Ijal nggak jelek-jelek amat sih. Yaaa kalo dijadiin gandengan ke kondangan nggak malu-maluin amat lah.

"Idiiih Bang Ijal... Kumis lo kemana?" seru Maysa yang hampir di meja Nadiana sambil membawa-bawa kabel LAN.

"Kemana coba tebak, May?"

Red CherryWhere stories live. Discover now