VIII - "Calon Suami"

91.6K 11.2K 1K
                                    

Pagi itu dimulai dengan Nadiana yang sedang menunggu lift untuk naik ke lantai 9. Lalu seseorang berdiri di dekatnya. Refleks, Nadiana menoleh ke arah orang itu. Aidil. Nadiana langsung melempar senyum pada cowok itu dan Aidil membalas senyumannya. Aduh, lesung pipinya lucu abis!

"Pagi, Di!" sapanya. Pintu lift kemudian terbuka. Aidil mempersilakan Nadiana untuk masuk duluan.

"Pagi, Dil!" balas Nadiana. Ih, panggilan kita kayak rhymes gitu. Lucunyaaa! Aaakkk! Gumam Nadiana dalam hati. Untung aja di lift nggak cuma mereka berdua, ada orang-orang dari kantor lain juga. Kalo nggak, pasti Nadiana udah salting sendiri.

"Naik apa, Di?" tanya Aidil basa-basi. Memecah kesunyian.

"Naik busway."

"Hoo... Emang rumahnya dimana?"

Jiah, lupa nih orang pernah ngeluarin pertanyaan basa-basi kek gini waktu itu. Kenapa, Mas, nanya-nanya? Pengen dateng ke rumah bawa orang tua kamu ya? Ciaaa... Oke, otak Nadiana mulai norak.

"Di Kemanggisan."

"Hoo... Nggak terlalu jauh ya. Enak."

"Hehehe, iya."

Ting! Ah, sayang kenapa lantai 9 cepat banget sih sampainya! Kan Nadiana masih pengin basa-basi sama Aidil.

"Duluan ya, Dil!" ucap Nadiana sebelum keluar dari lift. Aidil balas melambaikan tangan padanya. Aduh, Aidil ini bak matahari banget buat Nadiana. Auranya bikin hari-hari Nadiana jadi cerah. Aiiisssh...

Namun Nadiana tidak langsung beranjak menuju kantornya dari depan lift. Ia menunggu lift sampai tertutup rapat lagi dan masih berusaha melirik ke arah Aidil. Aidil pun masih menatap ke arah Nadiana. Ketika pintu lift nyaris tertutup rapat, cowok itu agak memiringkan kepalanya agar masih bisa melihat ke arah luar lift dari celah sempit. Membuat Nadiana langsung senyam-senyum nggak jelas, nggak karuan. Berasa kayak lagi dalam sinetron FTV! Judulnya, "Tolong Terima Klaim Hatiku". Eh, nggak, nggak! Aidil sama Nadiana kan bukan anak Klaim. Yang anak Klaim itu Ijal. Eh, kok Ijal nongol mulu sih di otak Nadiana? Mungkin karena seringnya Nadiana berinteraksi dengan cowok itu. Saking seringnya cowok itu bikin Nadiana ketawa karena kelakuannya yang sampah abis. Eh, bentar-bentar, ada yang aneh. Ah, udahlah nggak usah dipikirin banget!

Ngomong-ngomong soal Ijal, anak itu sekarang jarang banget panggil-panggil Nadiana dengan sebutan Ebony lagi. Udah eling apa gimana, entahlah. Tapi dalam hati kecil Nadiana rasanya kok dia kayak habis melakukan kesalahan ya sama Ijal? Kayak, Ijal rasanya agak menjauhi dia. Padahal nggak juga sih, Ijal tetap suka bercanda sama Nadiana dan dokter Zidan kalau di kantor. Ijal juga masih biasa aja kalo ngomong sama Nadiana. Kadang masih suka iseng godain juga walaupun udah nggak seiseng dulu. Tapi ada yang beda aja gitu. Jadi nggak enak rasanya Nadiana.

Ketika hendak duduk di bangkunya, di sana sudah ada Ijal yang duduk di kursi Nadiana. Cowok itu sedang mengobrol dengan dokter Zidan. Tanpa diminta, Ijal langsung berdiri ketika melihat Nadiana datang.

"Pagi, Ebony!" nggak, itu cuma dalam otak Nadiana aja. Pada kenyataannya, Ijal hanya tersenyum menyapanya pagi itu. Nggak dingin sih, semua berjalan normal aja sebenarnya. Tapi kok ... kayak ada yang ... kurang lengkap rasanya?

Telepon Nadiana berbunyi, menandakan ada panggilan masuk. Dari Aidil. Jantung Nadiana rasanya nyaris berhenti berdetak karena kaget. Tumben banget pagi-pagi Aidil telepon Nadiana. Teringat pertemuan mereka tadi di lift. Gadis itu pun mengatur napas sebelum mengangkat telepon tersebut. Mengobrol basa-basi dengan Aidil terlebih dahulu, haha-hihi canggung-canggung lucu gimana gitu, sebelum akhirnya masuk ke pokok permasalahan. Seperti biasa, Aidil menanyakan soal pendingan SPAJ.

Red CherryWhere stories live. Discover now