XXV - I Know Your Secret

87.9K 11.8K 1K
                                    


Sebenarnya, Maysa biasanya sudah sampai kantor dari jam setengah 8 pagi. Kemudian ia akan pergi ke gedung belakang kantor untuk sekadar mencari bubur ayam, pecel, atau roti sebagai menu sarapan paginya lalu memakannya di pantry kantor sambil menonton TV di pantry. Kalau ada teman sarapan di sana, mereka bisa ngobrol sampai jam 8-an. Hari itu sama dengan hari-hari biasanya, Maysa sampai di kantor jam setengah 8 kurang. Ia turun ke bawah untuk membeli bubur ayam lalu kembali lagi ke kantor. Tapi pagi itu ia tidak memutuskan untuk tidak sarapan di pantry, karena menunggu teman sekantornya datang. Maka Maysa memutuskan untuk sarapan di depan komputernya sambil menonton vlog remaja masa kini di YouTube. Sesekali matanya melirik ke arah meja temannya itu untuk memastikan sudah datang atau belum.

Ketika sesosok perempuan dengan rambut coklat dengan aksen pink di bagian bawah berjalan dari arah pintu masuk ke area Operations, Maysa menghentikan video yang sedang di putar di YouTube serta menghentikan acara makannya dan menaruh sendok buburnya di atas wadah stryrofoam. Namun seketika ia menghentikan niatnya untuk bangkit dan berdiri menghampiri Nadiana karena ia cukup terkejut dengan apa yang dilihatnya.

Nadiana berhenti di meja Ijal, lalu menaruh segelas kopi di sana dengan cepat. Lalu berjalan lagi ke mejanya dengan santai. Bahkan matanya tetap menatap lurus ke depan. Seolah ia tidak melakukan apa-apa saat mampir di meja Ijal.

Wow. Wow. Wow. Oke, tadinya Maysa ingin menggoda gadis itu lalu menyebarkan apa yang dilihatnya beberapa hari lalu di parkiran motor ke grup ibu-ibu rempong. Tapi kemudian Maysa mengurungkan niatnya. Entah kenapa, ia ingin menjadi penonton momen-momen tersebut. Sebentaaar aja. Karena ia tahu, sekali mulutnya yang sebelas-dua belas dengan toa masjid itu mengeluarkan suara, pemandangan lucu kayak gitu pasti segera hilang.

Pantas aja akhir-akhir ini Ijal nggak annoying lagi depan Nadiana, pikirnya. Dia cenderung tidak acuh belakangan ini kalau ada Nadiana di dekatnya. Biasanya, mulutnya itu nggak pernah kehabisan kata-kata untuk membuat Nadiana kesal dengan gombalan-gombalan menjijikan.

Yang membuat Maysa nggak nyangka adalah kenyataan bahwa Nadiana ternyata make a move juga. Dia kira kalau memang mereka ada hubungan, harusnya Ijal aja yang agresif. Tapi ternyata Nadiana semacam pasif-agresif gitu ke Ijal. Berarti emang Nadiana-nya juga mau kan sama Ijal? Maysa nggak nyangka juga ternyata dibalik omongannya yang ngakunya geli setengah mati sama Ijal, ternyata diam-diam tuh anak mau juga sama Ijal!

Kalau pagi Nadiana suka diam-diam naruh kopi di meja Ijal, sore-sore kalau Ijal balik dari ngopi sore dengan dokter Zidan, dia suka main-main ke meja dokter Zidan. Tapi tangannya diam-diam naruh greek yoghurt ke meja Nadiana. Ini rasanya Maysa kayak lagi nyimak sinetron. Maysa yakin, dokter Zidan sebenarnya udah tahu. Atau mungkin udah menebak. Tapi dokter Zidan kan emang orangnya nggak terlalu suka ngebahas hal-hal yang bukan jadi urusannya gitu. Makanya diam aja.

***

Nadiana, Maysa, Celine, Rieke, dan Fanny menunggu di depan lift untuk turun makan siang. Yang lain menyusul. Ketika pintu lift terbuka, tepat sekali Althaf juga keluar dari kantornya. Lelaki itu buru-buru menuju lift agar tidak ketinggalan bersama temannya. Ketika pandangan mata Althaf dan Nadiana bertemu, Althaf tersenyum sopan ke arah Nadiana. Nadiana pun langsung membalasnya dengan senyum canggung. Damn! Nadiana rasanya kayak nggak percaya Althaf masih ingat sama dia!

Sikutan Fanny kemudian terasa di pinggang Nadiana. Teman-temannya pasti juga nyadar. Ya iyalah mereka pasti udah ngeliatin Althaf dari cowok itu masuk lift. Mana ada yang tahan buat nggak ngelirik?!

"Eh anjir! Kok dia inget elo sih?!" seru Maysa pertama kali ketika Althaf sudah menjauh dari pandangan mereka saat di lobi.

Nadiana hanya terkekeh dengan tawa sok dan penuh kemenangan. "Berkesan mungkin obrolan gue."

Red CherryWhere stories live. Discover now