XI - Menjadi Bahagia

82.4K 10.8K 737
                                    

A/N: Bagian ini banyak narasi. Skip aja kalo ngantuk.

***

Apa sih yang sebenarnya kita cari ketika memilih pasangan? Setiap orang punya motif yang berbeda-beda. Ada yang masih percaya cinta, ada yang mempermasalahkan keturunan, ada yang cuma cari tampang biar nggak malu-maluin kalau diajak ke kondangan, ada yang (katanya) berusaha realistis yaitu mencari kemakmuran hidup, ada yang cari teman hidup yang bisa diajak berbagi pikiran dan berbagi dunia, ada juga yang cuma niat ibadah. Nadiana sendiri sebenarnya juga masih bingung tujuannya mencari pasangan.

"Lebaran tahun depan Didi bawa pacarnya ya?" ujar Omanya tiba-tiba. Membuyarkan lamunan Nadiana seketika. Nah, Nadiana akhirnya ketemu tujuan dia mencari pasangan. Biar omanya nggak nanya-nanya terselubung gini mulu.

Sebenarnya Nadiana agak sebal sih. Omongan Oma nggak jauh dari soal nikah mulu. Nanti kalau Nadiana udah nikah, pasti omongan Oma nggak jauh dari ngurusin anak. Nih kayak tadi omongan Oma ke Amal. Baru juga nikah kemarin, udah ngomongin anak aja ke Amal.

                       

Nadiana paham sih, waktu seumur Nadiana mungkin Oma udah punya dua atau tiga anak. Jaman Oma muda dulu mungkin kesempatan karir atau kesempatan mengejar hobi nggak sebanyak dan semudah jaman sekarang. Jaman Oma muda dulu nggak ada serial TV Sex and The City yang menggambarkan kehidupan gemerlapnya Carrie Bradshaw and her beloved Manhattan, nggak ada serial TV kayak Grey's Anatomy yang bikin cewek-cewek bercita-cita punya suami dokter bedah ganteng macam McDreamy dan McHottie gitu, jadi terima aja cowok yang serius ngelamar Oma dulu. Maka obrolan Oma pun nggak jauh dari soal jodoh.

"Yah, Oma. Emangnya kalo kita punya pacar lebaran nanti, pacar Didi nggak ada acara sama keluarganya sendiri apa?" bantah Nadiana ke Oma.

"Wah berarti lo bisa bawa pacar lo dong ya, Rin, lebaran tahun depan? Kan dia nggak lebaran!" goda Amal ke Karina. Lalu dibalas dengan pelototan Karina ke Amal. Nadiana ketawa aja lihat respon kedua anak itu. Soalnya Karina pacarannya kan backstreet karena beda agama.

"Apaan sih! Udah putus kali!" balas Karina cepat untuk menyelamatkan dirinya. Nadiana dan Amal masih cekikikan melihat tampang panik Karina. Soalnya di dalam ruangan itu juga ada tante-tante dan bude-bude mereka. Bisa bocor nanti kemana-mana.

Kan, habis punya pacar, masalah nggak berhenti di situ. Nanti kalau nggak satu agama, dilarang. Nggak satu suku, dikomentarin. Kerjaannya nggak kece, dibahas juga. Urusan beginian bagai lingkaran setan yang nggak ada habisnya. Padahal tujuannya cuma satu: pengen hidup bahagia. Lengkap. Sempurna.

Nadiana melirik ke arah Oma yang sedang tersenyum melihat keceriaan cucu-cucu perempuannya. Lalu mata Nadiana berpindah menatap lembaran-lembaran rambut Oma yang sudah menipis. Warnanya tak hitam lagi. Ia sadar, Omanya sudah tak muda lagi. Entah berapa tahun lagi yang tersisa untuk Omanya.

Hari itu Nadiana berkumpul dengan keluarga besarnya di rumah Oma untuk acara ulang tahun almarhum Opa. Oma memang masih sering menyuruh anak-cucunya untuk berkumpul di hari ulang tahun Opa. Padahal Opa sudah meninggal sejak 10 tahun yang lalu. Kata Oma, supaya Opa tahu kalau anak-cucunya masih ingat sama Opa. Diam-diam Nadiana tahu, Oma kesepian sejak Opa nggak ada. Makanya beliau ingin ditemani anak-cucunya di hari ulang tahun Opa. Karena sebenarnya Oma rindu sekali dengan Opa.

Nadiana seringkali bertanya-tanya pada diri sendiri. Bisa nggak ya, dia ketemu cowok yang bisa dia cintai sampai tua? Mereka akan jadi teman sehidup-semati. Sampai rambut mereka beruban. Makanya Nadiana sendiri selama ini nggak mau asal pilih cowok. Karena itulah dia jomblo sampai di akhir umur 20-annya.

Pandangan Nadiana sempat berubah seiring bertambahnya umur. Siapa yang mau kenal dekat dengannya, Nadiana akan coba membuka diri. Nggak harus ada chemistry dulu. Karena chemistry bisa dibangun belakangan. Tapi ketika melihat Oma, pandangan Nadiana berubah lagi seperti semula. She wants to feel the "magic". Kayak Annie Reed dan Sam Baldwin di Sleepless in Seattle, Edward Bloom dan Sandra Templeton di Big Fish, Eleanor Dashwood dan Edward Ferrars di Sense and Sensibility.

Red CherryWhere stories live. Discover now