part 43

2.7K 133 3
                                    

Suara deringan ponsel ali selalu berdering, ia binggung karna saat ini ia sedang meeting bersama beberapa perusahaan yang bekerjasama dengannya. Ali juga merasakan perasaan tak enak, pikirannya selalu saja terfokus pada prilly.

"Pak ali, sebaiknya di terima dulu telponnya. Siapa tau penting karna sedari tadi berdering terus." Ujar febrian rekan kerja ali.

"Baik, kalau gitu saya permisi dulu." Ujar ali lalu bergegas untuk segera keluar dari ruang meeting.

Ali melihat di layar ponselnya tertera nomor yang tidak ia kenali, ali menaikkan sebelah alisnya pertanda binggung tapi dengan segera ia segera menerima panggilan telponnya.

"Hallo assalamualaikum?"

"Waalaikumsalam, li. Kamu di mana?"

"Maaf ini siapa?"

"Ini ka liza, li."

"Oh, ka liza. Ada apa, ka?"

"Li,kamu sibuk yah. Kakak telpon daritadi baru kamu angkat."

"Iya ka, maaf, emangnya ada apa? Kenapa suara kakak seperti khawatir gitu sih?"

"Begini, li, istri kamu pingsan."

"APA !!!" Pekik ali yang terkejut.

Semua karyawan menoleh saat mendengar pekikkan ali, mereka juga kaget karna suara ali yang begitu melingking di ruangan.

"Yaudah ali pulang sekarang, ka. Tolong jaga prilly yah, ka. Ali akan secepatnya pulang."

"Iya li, kamu hati-hati. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Ali memasukkan ponselnya ke dalam saku kemudian ia kembali memasuki ruang meeting untuk izin pamit lebih dulu karna ia harus segera pulang.

"Maaf semuanya, saya rasa pembahasan kali ini tunda dulu yah." Ucap ali pada semua rekan kerjanya.

"Loh, ada apa memangnya pak ali?" Tanya febrian.

"Saya harus segera pulang, istri saya sedang dalam keadaan yang tidak baik. Apalagi setelah saya dapat kabar kalau istri saya jatuh pingsan." Jelas ali membuat semua rekan kerjanya mengerti dan memahami keadaan ali saat ini.

"Yaudah kalau begitu, pak. Pembahasaan bisa kita atur lagi jadwalnya." Ucap febrian pada ali. "Pak ali, kalau mau pulang sekarang gpp, kami doakan semoga istri bapak baik-baik saja."

"Terima kasih atas doanya, kalau gitu saya permisi." Jawab ali kemudian bergegas meninggalkan ruang meeting.

Sebelum meninggalkan kantor ali lebih dulu menemui acha untuk pamit pulang dan memberi pesan untuk membuat jadwal ulang pertemuan dengan rekan kerjanya yang lainnya, acha sempat bertanya kenapa bosnya itu pulang cepat apalagi bisa di lihat masih pukul 10 pagi. Tidak biasanya ali pulang di jam seperti ini, tapi setelah ali menjelaskan alasannya acha mengerti bahkan ikut sedih bercampur rasa iri melihat ali begitu memetingkan prilly istrinya.

Rasanya acha ingin mendapatkan pria seperti bosnya itu tapi sepertinya tak mungkin baginya karna diantara ribuan pria hanya ada setengahnya yang seperti bosnya itu.

Ali kini sedang berada di perjalanan pulang, pikirannya terus saja tertuju pada prilly. Rasanya tak tenang apalagi saat mendengar kalau istrinya pingsan, ali merasa seharusnya tadi ia tetap memaksa prilly untuk ke rumah sakit. Sekarang seperti ini jadinya.

Sedangkan di rumah mama uly dan liza masih begitu cemas bercampur bahagia, cemas karna memang prilly belum juga sadarkan dirinya dan bahagia karna ada sesuatu yang membuatnya merasa bersyukur.

Tanya HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang