part 34

2.3K 144 0
                                    

Menikmati semangkuk wedang ronde dan segelas sekoteng membuat malam mereka semakin hangat, duduk di atas tikar sambil melihat langit malam kota Jogja yang indah dengan di penuhi bintang-bintang.

Ali menengadah melihat langit malam yang begitu cerah taburan bintang-bintang semakin memperindah langit malam ini, prilly sedari tadi memperhatikan ali. Ia merasa benar-benar bersyukur karna telah jatuh hati pada ali, prilly dapat berpikir karna tidak selamanya pilihan orang tua itu salah. Buktinya saat ini ia bisa merasakan ketulusan ali walau awalnya ia sudah berpikir tidak bahagia bersama ali, tapi sekarang semuanya ia rasakan. Ali selalu membuatnya bahagia.

Ali yang merasakan di perhatikan prilly kini menoleh dan menatap prilly. "Hayo liatin apa ?" Ujar ali mencibir prilly.

"Ya lihat kamulah, tapi sebenarnya juga lihatan orang-orang yang lagi romantis-romatisan sama pasangannya sih." Ucap prilly sedikit menyindir.

"Jadi kamu iri lihat mereka?"

"Kalau di bilang iri sih pasti, secara kamu nggak pernah nunjukin kemesraan kamu di depan umum."

"Hei, dengarkan aku yah. Kalau pun aku mau melakukan semuanya, aku nggak mau semua orang tau. Cukup aku dan kamu yang merasakannya."

"Kenapa gitu?"

"Karna kalau kita mengumbar belum tentu semua orang suka melihatnya, kalau orang yang tidak suka justru mereka akan menghina kita. Jadi bukannya aku nggak mau mesra atau romantis sama kamu di depan umum, aku akan melakukannya tanpa ada seorang pun yang tau dan hanya kita yang merasakan. Kamu paham?" Ujar ali sambil menatap prilly.

'Iya juga sih, selama ini ali romantis kalau lagi berdua doang. Di depan umum seolah dia biasa aja, jadi melayang gini gue denger penuturannya.' Ucap prilly dalam hati sambil senyum-senyum sendiri.

"Loh, kok malah senyum-senyum !" Ucap ali membuat prilly tersadar. "Dihabiskan sekotengnya, gimana enakkan rasanya? Lain sama yang jual di Jakarta."

"Iya enak sekotengnya, wedang rondenya juga enak. Bungkus boleh yah buat mama sama papa."

"Aku udah pesan, sekarang habiskan sekoteng kamu. Kalau udah habis kita pulang yah, udah malam benget nggak terasa."

Jam memang sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam, tidak terasa waktu begitu cepat dan tidak terasa sudah sangat malam. Mereka kini sudah berada di perjalanan pulang, berangkat menggunakan becak pulang pun juga sama. Karna tidak ada lagi kendaraan selain becak dan juga andong, itupun hanya beberapa saja yang masih terima penumpang.

Ali melepas jaketnya dan ia berikan untuk prilly, karna memang prilly tidak mengenakan jaket saat keluar tadi. Malam yang semakin larut begitu juga dengan suhu udara yang semakin dingin. Ali menoleh ke arah prilly yang terlihat lelah, tangannya pun terulur merangkul dan membawa prilly ke dalam dekapnya. Memberikan prilly kehangatan karna bisa ali yakini saat ini pasti prilly sedang kedinginan.

Setibanya di rumahnya bisa terlihat keadaan rumah sudah sepi dan lampu utama juga sudah di matikan, usai membayar mereka bergegas masuk.

"Untung kita nggak jadi bungkus skoteng sama wedang ronde yah, li. Kalau tadi di bungkus siapa yang mau menghabiskan." Ujar prilly saat ini mereka sudah berada di dalam kamar.

"Tadi kalau mau di bungkus bisa, ya untuk kamu. Apalagi kamu kedinginan."

"Nggak perlu minum sekoteng di rumah buat hangatin aku, kan ada kamu yang siap untuk peluk aku kaya tadi di becak."

"Kamu bisa aja deh, yaudah ganti baju sana." Titah ali membuat prilly segera menganti pakaiannya menjadi baju tidur.

***

Tanya HatiNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ