Part 9

1.5K 124 0
                                    

Di lihatnya punggung sang adik yg semakin menjauh, ricky pun tidak tinggal diam. Ia segera keluar dari mobil dan menyusul adiknya dengan jarak yg tidak terlalu dekat, di lihatnya prilly tengah memasuki lift dan ricky pun ikut masuk bersamanya.

Tangan mungil kini tengah menekan tombol 10, ricky hanya memperhatikannya saja. Tapi prilly tidak sadar bahwa sang kaka kini berada di dekatnya, lift yg membawa mereka ke lantai 10 kini tiba. Perlahan gadis mungil berjalan kearah kamar nomor 10256, saat pintu terbuka betapa terkejutnya prilly saat melihat sang kekasih sedang bercumbu dengan wanita lain.

"Halik !"Seru prilly membuat pria itu menghentikan aksinya.

Prilly berjalan untuk mendekati pria yg masih berstatus kekasihnya itu, dan wanita yg bersamanya kini tengah menutup tubuhnya polosnya dengan selimut.

PRAAAKKKK sebuah tamparan mendarat di pipi halik, membuat pria itu sedikit meringis.

"Ini cara kamu kalau nggak ada aku !" Bentak prilly dan hanya di balas dengan senyuman miring oleh pria itu.

"Iya, kenapa ? Masalah buat lo !!"Balas halik yg kini mencengkram tangan prilly.

"Iya masalah buat aku, karna kamu masih pacar aku. Kamu janji buat nikahin aku". Ucap prilly yg menahan rasa sakitanya.

"Ngimpi lo, dapat apa gue kalau nikahin lo ahh. Selama pacaran aja lo nggak pernah nurutin nafsu gue, tapi dia. Dia udah bisa bikin gue puas". Kata halik yg menunjuk ke wanita yg kini sedang memperhatikannya.

Prilly hanya terdiam, hatinya begitu sakit dan hancur mendengar perkataan lelaki yg selama ini ia puji puji di depan semua orang. Tapi ternyata ia salah.

"Kalau lo masih mau jadi kekasih gue, maka lo harus mau ngelakuin hal hal yg gue inginkan. Termasuk kesucian lo". Ujar halik yg langsung mendorong prilly, hingga prilly terjatuh.

Langkah semakin dekat membuat prilly ketakutan, halik semakin mengunci agar prilly tidak berontak. Prilly semakin ketakutan dan tidak tau harus berbuat apa, tenaganya tak sekuat halik.

***

"Ada apa om, ingin mengajak saya bertemu?" Tanya ali yg kini sedang bersama om rizal di sebuah restaurant.

"Begini nak ali, ini adalah sebuah janji abi mu kepada om semasa hidupnya. Abi mu dan om pernah berjanji jika kelak kalian dewasa maka om bersedia menyerahkan putri om dengan mu nak". Jelas om rizal membuat ali tak mengerti.

"Maksud om, apa?"Tanya ali yg tidak mengerti.

"Jadi begini, untuk terus mengikat tali persahabatan kami. Abi mu dan om berjanji untuk menjadikan mu sebagai anak om sendiri, yaitu dengan cara kamu menikahi putri om. Om percaya kamu bisa merubah putri om, dan cuma kamu, li". Ujar om rizal membuat ali terkejut.

"Tapi om"...

"Om mengerti alasan mu nak, kamu belum mengenal putri om. Mudah untuk kamu mengenalnya, besok om tunggu kamu di rumah om yah. Jam 7 malam". Sambung om rizal lalu memberikan selembar kertas bertuliskan alamat rumah om rizal.

Ali hanya terdiam menatap selembar kertas tersebut, kemudian om rizal pamit untuk segera pergi kembali ke kantor. Sedangkan ali ia masih betah untuk memandangi kertas tersebut.

"Woy, ngelamun aja lo !" Seru randy yg mengagetkan ali.

"Datang itu biaskan salam ran". Ucap ali mengingatkan.

"Hehe, assalamualikum. Sorry abisnya setelah kepergian om rizal lo ngelamun, apa sih yg lo lamunin li. Ngapain juga lo natap nih kertas, emangnya ada unik sama nih kertas yak". Kata randy yg mulai bawel.

"Waalaikumsalam, gue gpp ran". Ucap ali berusaha menutupinya.

"Ahh ali...ali lo nggak bakat nutupin apa yg lagi lo rasain di depan gue, lo pikir gue bego. Ehh bro lo sama gue temenan udah dari orok bro, masih aja berusaha nutupin apa yg lo rasain". Ujar randy yg merangkul ali. "Ceritalah, kali aja gue bisa kasih solusi buat lo". Sambung randy.

"Gue binggung ran, om rizal nyuruh gue buat datang ke rumahnya. Om rizal sama abi punya janji dan itu adalah mempersatukan gue dengan putrinya om rizal, lo taukan gue belum sama sekali kenal bahkan nggak tau sifatnya. Dan om rizal cuma gue yg bisa merubah putrinya, entahlah gue nggak ngerti". Ucap ali bercerita pada sahabatnya itu.

"Oke gue paham, kalau lo sayang sama abi lo. Nggak ada salahnya lo turutin permintaannya yg belum sempat ia wujudkan sewaktu hidupnya, cuma lo saat ini yg bisa buat abi lo bahagia disana. Gue ngerti kalian emang belum pernah bertemu lagi, tapi gue yakin lo bisa jadi kepala keluarga yg baik dan mendidik calon istri lo kelak. Ini bukan bukan unsur kesengajaan,li. Tapi ini adalah takdir lo, takdir dimana lo dipertemukan dengan om rizal tanpa kalian rencanain. Kalau emang anaknya om rizal jodoh lo, lo nggak akan bisa nolak,li. Lo sendiri yg ngajarin gue, kalau takdir tak bisa kita pungkiri atau kita tolak". Jelas randy memberikan masukan untuk ali.

"Thanks ran, lo emang sahabat gue". Ujar ali yg menepuk bahu randy.

"Sama sama,li. Li tugas gue sebagai sahabat lo, yaudah yuk balik ke kantor". Ucap randy.

Setelah meletakan beberapa uang di meja untuk membayar semua pesanan, mereka pun langsung meninggalkan restaurant dan kembali ke kantor.

Setibanya di ruangan, ali masih saja memikirkan ucapan om rizal. Apa ia juga harus memberitahu umminya, tapi ia takut dan ia binggung. Pasalnya selama ini ia tak pernah sedikit pun melirik seorang wanita, bertatapan saja tidak pernah.

"Permisi pak arka, bapak di panggil ke ruangan pak boby sekarang. Ada hal penting yg ingin pak boby katakan pada anda". Ucap risa sekretaris pak boby salah satu owner perusahaan airy company.

"Baik risa, terima kasih. Saya akan segera ke sana". Balas ali, lalu bangkit dari duduknya.

***

Ricky yg sedari tadi mengikuti adiknya dan mendengar suara isakan sang adik pun segera masuk, betapa terkejutnya saat melihat sang tengah tak berdaya.

BRRUUUKKKK...sebuah pukulan mendarat tepat di punggung halik. Dengan murka ricky menarik halik dan terus menghujani pukulan.

"Dasar brengsek, lo mau apain adik gue ahh !!!" Ucap ricky dengan nada tersegal segal.

Halik hanya tersenyum miring sambil memegangi sudut bibirnya yg sudah mengeluarkan cairan merah.

"Tenang bung, gue cuma ingin merasakan nikmatan surga bersama adik lo ini". Ucap halik sambil menunjuk prilly.

"Jangan sekali kali lo sentuh adik gue, kalau lo masih berani. Lo akan berhadapan langsung sama gue". Ujar ricky sengit.

Ricky langsung menarik kasar tangan prilly, kemudian ia melepas jaketnya untuk menutupi baju prilly yg sudah sobek akibat ulah halik. Banyak pasang mata yg memperhatikan ke arah mereka tapi ricky semakin mengeratkan rangkulannya kepada sang adik, tibanya di mobil kini ricky yg mengambil alih untuk menyetir. Tak ada percakapan apapun di antara mereka, hanya masih terdengar suara isakan prilly.

Tak terasa mobil yg di kendarai ricky telah tiba di halaman rumahnya, prilly masih saja terisak dan tidak berani untuk turun dan keluar dari mobilnya.

"Ka". Panggilnya lirih.

"Emm". Jawab ricky singkat.

"Tolong rahasian ini dari mama papa, aku nggak mau mama dan papa tau ka". Ujar prilly.

"Kenapa? Kamu malu, ini udah resiko kamu prilly. Itu cowo yg kamu dambakan dan kamu puji puji". Ucap ricky ketus.

Prilly tidak menjawab melainkan hanya terdiam sambil menangis.

"Yaudah kita turun, kamu nggak usah takut. Mama lagi keluar, tadi telpon kaka". Ucap ricky tapi prilly masih saja tak bergeming.

Ricky pun turun dari mobil kemudian beralih ke tempat dimana prilly duduk, tanpa aba aba ricky pun menggendong adiknya dan segera membawanya ke kamar. Setibanya di kamar ricky langsung membawa prilly ke tempat tidurnya.

"Kamu ganti baju, kalau perlu bajunya di buang. Kalau kamu nggak mau buang, biar kaka yg buang bajunya". Ucap ricky mencium kening adiknya sebelum pada akhirnya keluar dari kamar prilly.

Tanya HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang