Chapter 20 : Dia Bukan Hantu 2

Mulai dari awal
                                    

Disaat orang tuaku sibuk mencari pundi-pundi kekayaan. Disaat itu lah aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan mereka, orang-orang yang bekerja di rumahku. Aku benar-benar kesepian, sehingga disaat aku menemukan orang yang kucintai, aku berusaha dengan keras untuk mendapatkanya. Meski salah, tapi aku juga ingin bahagia.

"Ada apa sayang?" tanya mom yang duduk disampingku. Lagi-lagi, aku tertangkan sedang melamun.

Aku hanya diam menatap jendela mobil ini. Kami sudah berada dalam perjalan menuju rumahku.

Dad menatapku dari spion mobil. Aku tahu dia sangat keras padaku, namun itu semua karena aku adalah putra satu-satunya yang dia miliki. Dan aku juga lah penerus dari perusahaannya. Di dalam lubuk hatinya, aku tahu dia sangat menyayangiku. Terbukti saat aku terbangun dari koma ku, dad lah orang pertama yang memelukku sangat erat. Bahkan aku juga mendengar suara isak tangisnya itu, sesuatu yang tidak pernah ku dengar sebelumnya.

"Apa kamu mau makan sesuatu Ka? tanya dad.

"Engga Dad, kita langsung pulang ke rumah aja" jawabku singkat.

Mobil melaju dengan kecepatan yang sedang. Hingga lebih dari 30 menit kami dalam perjalanan, maka sampailah kami di depan sebuah gerbang besar. Rumah ini sangat besar jika hanya dihuni oleh 3 orang. Memang benar yang mom ucapkan, bahwa aku tertidur sangat lama. Cat rumah ini sudah berubah, warnanya kini jauh lebih terang dibandingkan dengan sebelumnya.

'Inilah penjaraku' Batinku.

Rumah ini terlihat besar dan mewah. Mungkin banyak orang yang akan terperangah dan menatap bahagia jika tinggal di rumah seperti ini. Tapi tidak denganku, aku seperti burung yang terperangkap dalam sangakar emas. Yang ku inginkan adalah lepas dan terbang bebas.

"Ayo sayang kita sudah sampai" mom membawaku dan menarikku keluar dari mobil..

Nampak beberapa pekerja menatapku iba, ada beberapa dari mereka yang menatap haru padaku. Mungkin karena mereka tahu aku berhasil bangun setelah koma selama 4 tahun.

Disanalah berdiri mba Inah, umurnya sama seperti mom. Mba Inah menangis saat menatapku. Ingin rasanya meminta maaf padanya karena selalu membuatnya khawatir. Lantas ku berikan senyum terbaikku, sebagai obat penenang untuknya.

Suasananya masih sama, meski ada beberapa perabotan yang berubah. Dad membantuku menaiki tangga menuju kamarku. Sedangkan bang Roni membawa kursi roda yang ku pakai tadi. Cara jalanku memang masih terseok-seok, meski begitu aku sudah bisa berjalan pelan.

"Sini sayang" dad menopang tubuhku perlahan.

Aku kembali dibuat kaget dengan perlakuan dad dan juga mom yang berubah. Mereka yang dulu selalu nampak tegas dan disiplin, namun kini beda. Aku merasakan kehangatan mereka sebagai orang tua. Aku bisa merasakan itu. Setiap ucapan mereka, perlakuan mereka padaku, bahkan tatapan mata mereka padaku. Sesuatu berubah disana, berubah menjadi lebih baik.

'Aku berharap semuanya membaik' bisikku dalam hati.


****


Memulai hidup baru nampaknya sedikit membuatku kesulitan. Aku sekarang kebingungan untuk melakukan sesuatu. Kegiatan rutin yang ku lakukan hanya terapi kaki dan juga belajar untuk mengejar ketertinggalku. Seperti biasa, mom sudah menjadwalkan semuanya. Apa yang sebaiknya ku lakukan, apa yang sebaiknya ku pilih. Meski sikap mom sedikit melunak, tapi tidak dengan kedisiplinannya.

Genap sebulan setelah aku bangun dari koma. Hari-hari ini terasa benar-benar sepi dan tak berwarna. Jujur, rasa bosan terus saja menghampiri ku. Ingin rasanya jalan-jalan ke luar rumah. Menikmati hal yang yang ada di luar sana. Namun kedua orang tuaku masih melarang, karena kakiku belum sepenuhnya sembuh. Hingga kini hari-hariku dihabiskan disini, disebuah tempat di dekat jendela kamarku. Aku bisa melihat semuanya dengan jelas dari sini.

DAMN I'am a GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang