Chapter 10 : Hantu Pendengar

10.3K 1.1K 52
                                    

"Bagaimana kamu bisa menjadi manusia Patha?"

....

....

Aku berusaha menjelaskan semuanya pada nek Ija. Iya, sosok yang menatapku saat itu adalah nek Ija. Bukankah aku sudah pernah menjelaskannya pada kalian, bahwa di rumah ini hanya ada aku dan nek Ija.

Nek Ija masih memandangku dengan tajam. Tak ada raut penasaran diwajahnya itu, hanya saja rasa kecewa mungkin tak bisa dipungkirinya. Nek Ija juga tahu bahwa satu-satunya cara agar bisa memperlihatkan wujud atau mendapatkan wujud adalah dengan pil Rupa.

"Bukankah nenek pernah bilang untuk jangan pernah berurusan dengan dia (Dahn)" Ucap Nek Ija.

"Iya Nek, tapi ini pil Rupa" Ucapku padanya.

"Seberapa berharganya pil rupa itu, tetap saja dia sangat berbahaya" Nek Ija kembali memperingatkanku.

"Iya nek, yang pentingkan aku sudah mendapatkan pil ini"

"Apa kau bahagia sekarang?" Tanya nek Ija.

"Tentu... aku bahkan bisa merasakan menjadi manus—"

"Kamu salah Patha.." Nek Ija sedikit termenung.

"Maksudnya apa nek?" Aku kebingungan dengan ucapan nek Ija barusan.

"Bagaimana kalau ada hantu lain yang tahu bahwa kamu memiliki pil itu hah? Bagaimana?" Tanya nek Ija dengan wajah kecewanya.

Aku tahu, bahkan sangat tahu. Jika para hantu tahu aku memliki pil ini, mungkin akan terjadi perkelahian diatara kami. Dan mungkin juga aku akan segera hancur dan masuk ke dalam neraka. Tapi itu adalah konsekuansi yang harus aku ambil. Aku menginginkan benda ini, maka harus ada konsekuensi yang aku terima. Dan aku sudah siap dengan hal itu.

Nek Ija, masih saja menjelaskan bagaimana pil itu bisa berbahaya bagi para hantu. Bukan efek yang didapatkan pada tubuh. Melainkan bisa saja pil itu menjadi buruan para hantu jahat. Aku juga tahu bahwa nek Ija khawatir padaku dan tidak menginginkan hal buruk terjadi padaku.

"Lo lagi ngapain disini bro?" Ucap Mario tiba-tiba.

"Eh.. engga kok lagi nikmatin suasana aja!" Jawabku.

Aku memang sedang mengobrol dengan nek Ija saat Mario tiba-tiba muncul. Mario berjalan dan duduk di kursi tepat di sampingku. Suasana belakang rumah Mario sangat asri, banyak sekali tumbuhan hijaunya.

"Sepertinya aku harus pergi sekarang Yo" Ucapku.

"Hah? Lo mau balik sekarang?" Tanya Mario memastikan.

"Iya, lagian juga kalau kelamaan minggat kasian orang tua aku di rumah" Jawbku.

"Hahaha... dasar, oke deh mau gue anter?" Kini Mario bertanya kembali.

"Ahh... ga usah Yo, aku bis—"

"Rumah loe dimana?"

'My God... rumah ku dimana ya, rumahku kan disini.... mikir... mikir... Patha..' Batinku.

"Ah... rumah aku di deket taman yang kemaren itu" Jawabku berbohong.

"Ya udah biar gue anter, gue siap-siap dulu" Ujar Mario sambil pergi ke kamarnya.


*****


"Udah puas menjadi manusianya?" Tanya nek Ija.

"Ya gitu deh... hehehe" Jawak ku sambil senyum-senyum.

"Dasar hantu nakal..." Ucap nek Ija padaku.

DAMN I'am a GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang