Chapter 1 : Hantu Baik

31.3K 2K 257
                                    

"Hey, jangan bergetayangan di rumah ini. Rumah ini sudah menjadi milikku... dasar sundel" Teriakku pada kuntilanak yang baru saja singgah pada pohon, yang tepat berada di depan rumah ini.

"Hihihii.."

Seperti biasa, mereka para hantu wanita yang berbaju putih dan berambut panjang menjuntai hanya bisa tertawa. Menyedihkan sekali, disaat sedih, senang, bahkan marah, yang mereka lakukan hanya tertawa. Tuhan memang benar-benar adil dalam menciptakan makhluknya.

"Aku hanya ingin duduk disini... hihihi..." Ucap sang kuntilanak itu.

"Tetap saja, seluruh kawasan ini sudah menjadi milikku. Dari ujung sana sampai sini... mengerti" Teriakku padanya.

"Hihihi..."

"Menyebalkan sekali, ahh... bukannya kau masih anak baru, aku melihat kulitmu belum sepenuhnya pucat. Bisa diperkirakan kalau kematianmu masih belum genap 40 hari." Tebakku.

Kalian harus tahu, kalau di dalam dunia perhantuan juga ada senioritas. Aku sudah menjadi hantu 4 tahun ini. Banyak hantu baru yang kesulitan mencari tempat tinggal. Bahkan hanya untuk sekedar singgah saja bisa diusir oleh hantu senior lainnya. Tapi untung saja aku terbangun di rumah ini, dan menjadi hantu tetap disini. Jadi tak perlu mencari tempat tinggal lagi. Namun yang aku lakukan pada kuntilanak ini, adalah hal wajar dalam dunia perhantuan kami. Jadi senioritas memang wajib ada.

Dan untuk melihat apakah mereka sudah senior atau belum, adalah dengan cara melihat kulit mereka. Semakin busuk dan rusak kulit mereka, maka mereka sudah lama menjadi hantu. Biasanya proses pembusukan di mulai setelah 40 hari kematian mereka. Sebelum 40 hari, bisanya mereka akan tetap terlihat fresh seperti layaknya manusia. Dan itulah masa-masa ospek bagi mereka.

"Hihihi... kau juga sepertinya baru di dunia ini" Ucap kuntilanak itu so tahu.

"Hah? Apa? Baru kau bilang... aku sudah menjadi hantu lebih dari 4 tahun. Catat itu"

Kurang ajar sekali dia, jelas-jelas aku ini seniornya. Bagaimana bisa dia meremehkan aku seperti itu.

"Tapi kulitmu masih bersih seperti seseorang yang baru saja meninggal... hihihi..." Ucapnya.

Aku menatap kuntilanak itu nyalang. Memang sih kulitku tidak terlihat busuk layaknya kulit hantu yang lain. Bahkan meski 4 tahun berlalu, aku masih merasakan kulitku sama seperti saat pertama aku menjadi hantu.

Aku pernah menanyakan permasalahan ini pada salah satu hantu senior. Namun jawaban yang mereka berikan juga tak jelas. Mereka tak tahu mengapa kulitku masih tetap sama seperti dulu. Dan lebih anehnya lagi, aku sama sekali tidak ingat siapa namaku. Bahkan bagaimana aku bisa mati sekali pun aku tak tahu.

Dan itulah yang selalu menjadi bahan olok-olokan dari para hantu yang lain. Kebanyakan dari mereka yang mati tak wajar akan melakukan balas dendam. Sedangkan aku, bagaimana bisa balas dendam nama sendiripun aku tak ingat.

Tapi aku biasa dipanggil 'Patha', sebenarnya itu bukan sebuah nama. Hanya saja hantu yang mengalami lupa ingatan biasanya disebut 'Patha'. Meski kasus tersebut sangat jarang terjadi, namun tetap ada. Dan sepertinya aku satu-satunya hantu yang mengalaminya.

"Memangnya kenapa jika kulitku tak membusuk?" Tanyaku padanya.

"Tidak apa-apa, hanya saja terlihat sedikit aneh jika kau dipanggil senior... hihihi." Ucapnya belagu.

'Sialan... awas saja kau' Gumamku dalam hati.

"HAHHH...." Aku berteriak sambil mengarahkan tanganku, layaknya sebuah dorongan ku lakukan pada hantu kuntilanak itu. Meski dari jarak jauh, namun energi yang aku lemparkan padanya, membuatnya jatuh dari pohon itu.

DAMN I'am a GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang