1. Let's Play

38.5K 1.3K 218
                                    

"Enggak, kamu salah sangka Jem! Kamu salah sangka!"

"Tapi dia hamil. Kamu sudah menidurinya kan?"

"Aku khilaf. Tolong dengarkan aku, jangan menghakimiku seperti ini, Jem!" ditakupnya Wajah Jemmy oleh Aldan menggunakan kedua Telapak Tangannya. Wajah Aldan ia majukkan ke depan sampai Dahinya menempel dengan Dahi milik Jemmy.

"Percaya aku, Jem. Aku butuh waktu untuk meninggalkannya. Ku mohon! "

Air Mata Jemmy tidak tertahankan lagi. Pria bertubuh kekar itu menangis, menitihkan Air Matanya dan membuat Aldan tidak memiliki pilihan lain selain memeluknya, mengusap bagian Kepala Jemmy sampai sesenggukan Jemmy terdengar melemah. Namun beberapa tetes Air Jemmy beberapa menetes di Bahu Aldan yang terbuka karena keduanya baru saja menyelesaikan kebutuhan biologis yang tentunya tidak bisa untuk tidak mereka lakukan setiap keduanya bertemu. Tanpa satu helai benang pun, Tubuh mereka menyatu dalam sebuah pelukan yang hangat.

"Aku akan segera menyelesaikan urusanku dengan Aliendia."

***

Semangkuk Sup, Ikan Bakar dengan sambal matah, Telur Mata Sapi, dan Nasi di atas Piring dirasa mubazir oleh Aliendia. Seharian ini dia memasak untuk Suaminya namun semua masakannya mungkin harus berakhir di tempat yang sama, yaitu tempat sampah. Mengapa harus di tempat sampah? mengapa tidak diberikan kepada orang lain misal Tetangga atau Security di Perumahan ini yang sedang bertugas malam?

Jawabannya karena Aliendia malu. Ya Wanita muda berusia dua puluh dua tahun dan mengenakan Hijab itu malu harus selalu memberikan semua masakannya agar termakan dan tidak terasa mubazir hampir disetiap harinya. Aliendia enggan melakukan hal yang sama untuk kesekian kalinya.

Dilirknya Jam di Dinding yang sudah menunjukkan pukul dua pagi. Waktu yang sama dan penantian yang sama. Meski rasa sakit dan penyesalan mendominasi segalanya, dia tetap menerima kenyataan ini. Tidak ada yang salah, atau mungkin dirinya yang kurang menarik di Mata Suaminya sendiri sehingga sang Suami harus mencari pelampiasan diluar sana.

Air Mata Aliendia harus menetes dengan sendirinya tanpa bisa dia tahan sama sekali. Malam yang panjang hingga dini hari pun telah tertempuh bahkan dua jam lagi Matahari akan menampakkan sinarnya. Seharusnya Suaminya sudah pulang tapi mengapa belum juga nampak derap langkah Kaki atau suara Mobil yang memasuki Garasi.

Sejenak Aliendia berdiri dari Kursi yang berada di sisi Meja Makan berukuran besar di Rumah ini. Satu per satu masakan yang dia buat dia pindahkan menuju ke Dapur. Mungkin pagi harinya Aliendia akan membersihkan dan mencuci semua yang dia pindahkan. Dengan Air Mata berlinang, Wanita muda itu tetap tegar menjalaninya. Apalagi dua minggu yang lalu dia baru saja mendapatkan kabar bahagia jika dia sedang hamil. Dia tidak menyangka sama sekali jika dia bisa hamil meski peristiwa malam itu tidak diharapkan oleh Suaminya sendiri.

Aliendia sudah membayangkan akan ada kebahagiaan lain yang dirasanya bisa membuat hidupnya ke depan akan berbeda. Sikap dingin dan penuh dengan penolakan dari sang Suami membuatnya selalu hampir menangis di setiap saat.

Mas,- panggilnya di dalam Hati.

Dicengkramnya kuat-kuat pinggiran Meja Makan yang terasa dingin se dingin hidupnya setelah masa pernikahan. Kebahagiaan yang diimpikannya serasa sirna begitu saja. Dia tidak bisa sama sekali merasakan kebahagiaan seperti banyak teman-temannya dapatkan setelah menikah dan menjadi yang halal untuk Suami mereka masing-masing.

Ada sebuah kesalahan dimana dia harus memilih antar A dan B dengan sebuah jaminan yang tidak jelas. Usianya masih muda, masih banyak cita-cita yang ingin dia capai bukan berhenti disini, di kehidupan dingin ini. Tidak ada satupun kehangatan atau kebahagiaan yang diberikan oleh Suaminya semenjak mereka memutuskan untuk menikah.

Let's Play (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang