CHAPTER III

779 34 5
                                    

Max bersandar pada ranjang rumah sakit yang kini menjadi rumah keduanya. Kondisi badannya sudah lebih baik, hanya sedikit lemas saja. Max ingin sekali cepat-cepat pulang. Dia benar-benar sudah tidak betah berada di sana. Dia melengkungkan bibirnya ke bawah sembari merajuk pada Sandra, Ibunya.

"Mom, Max mau pulang. Bilang sama dokter kalau Max udah baik-baik aja," rengek Max.

Sandra tersenyum lalu mengusap kepala Max pelan.

"Max, sayang dengerin Mommy. Max masih harus nginep di sini dua hari lagi soalnya kondisi Max masih naik turun, belum bener-bener stabil," jelas Sandra.

"Tapi Max udah gak betah di sini. Di sini bau obat, serem juga lagi," adu Max.

"Gue, kan juga nginep di sini, Max. Jadi lo gak usah takut," sela Devan yang baru saja ke luar dari kamar mandi.

Devan lalu menghampiri ranjang Max sedangkan Sandra hanya menggelengkan kepalanya pelan dan segera beranjak ke sofa. Max menatap tajam Devan. Devan terkekeh melihatnya. Menurutnya Max itu tidak pernah bisa menyeramkan, justru tampang luculah yang terlihat.

"Itu mata biasa aja dong. Jangan marah-marah, nanti gak ganteng lagi. Emangnya lo mau yang ganteng tinggal gue?" ejek Devan.

Max mencubit lengan Devan kencang.
"Aww!" teriak Devan meringis.

"Et dah bocah! Cubitan lo pedes amat!"

Devan lalu menoleh pada Sandra.

"Mom, anaknya nih kdrt sama Devan," adu Devan.

"Makanya jangan gangguin Adeknya, Van."

Sandra kembali melipat baju-baju Max yang dibawa ke rumah sakit, tak peduli pada pertengkaran Max dan Devan.

"Lah, gitu. Masa yang dibelain cuma Max, Mom," rajuk Devan.

"Rasain," ejek Max.

Devan mendengus lalu mencubit lengan Max.

"Aww!" ringis Max.

Akhirnya mereka saling mencubit satu sama lain dan juga memukul satu sama lain dengan bantal. Sandra menghembuskan napasnya kasar.

"Heh! Udah-udah! Kenapa jadi pada berantem, sih?!" teriak Sandra mulai jengah pada kedua anak kembarnya ini.

Baru saja dia berdiri dari duduknya, tiba-tiba terdengar suara ringisan dari Max. Kedua matanya membola saat melihat infus Max copot dan mengeluarkan banyak darah. Tubuh Max tiba-tiba melemas dan bersandar sepenuhnya pada Devan, sementara Sandra segera menekan tombol darurat.

"Max!!" panik Devan saat melihat Max sudah jatuh tak sadarkan diri.

🌻👬🌻

"Kondisi Max masih sangat lemah. Jadi gampang pingsan dan pusing."

Devan menggigit bibirnya saat mendengar penjelasan dokter pada Ibunya.

"Max kenapa, dok?" tanya Devan khawatir.

"Van, Max gak papa, kok. Max tadi cuman kaget ngeliat darah. Iya, kan, dok?" jawab Sandra sembari menoleh pada dokter.

"I-Iya, Max cu---"

"Bohong!" potong Devan.

"Kalian bohongin Devan. Devan tahu ada yang gak beres sama kondisi Max. Devan tahu itu. Max gak mungkin dirawat di rumah sakit sampe seminggu kalau Max gak kenapa-napa. Max juga gak mungkin langsung pingsan cuman gara-gara infusnya copot, kalo Max emang gak kenapa-napa," ungkap Devan dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

Twin Love Dilemma (COMPLETED)✔Onde histórias criam vida. Descubra agora